Rini merasa bersalah mendengar ucapan Edo pagi ini. Baru saja hatinya bahagia melihat perkembangan Tiara yang sangat bagus melalui telepon, Edo malah menghancurkan hatinya.Â
"Edo, ayok kita sarapan dulu. Jangan bicara gitu Nak."
"Edo gak mau makan!" Edo segera balik ke kamarnya dan duduk di meja belajarnya. Rini berlari mengejarnya. Tak disangkanya Edo begitu marah. Namun apa yang membuatnya menjadi begitu marah? Rini melihat jam tangannya, sebentar lagi jam tujuh. Tak ada waktu untuk bicara dengan Edo. Nanti saja, fikirnya. Rini ke meja makan lagi dan bergabung dengan  Agus dan Yusri.
"Gimana Rin? Mana Edo? Udah dibujuk belum?"
"Ini jam berapa Bang? Aku telat nanti, Â kamu aja coba bicara dengan Edo."
Yusri hanya diam melihat Ibunya bicara pada Ayahnya.
"Anakmu lebih penting. Kalau dia tak mau makan terus sakit, siapa juga yang pusing?"
"Please Bang, ini juga aku cuma minum teh dan sepotong roti."
"Udah anak nanti sakit, kamu juga mau ikutan sakit gitu? Telat sedikit biasalah. Konfirmasi dulu kalau perlu."
"Gak bisa bang, bang tau kan atasanku gimana orangnya? Aku berangkat. Yusri, ibu berangkat kerja ya. Itu lauk dimakan pulang sekolah nanti ya. Assalamualaikum." Rini menyalami anak dan suaminya. Agus hanya termenung bingung mau bagaimana menghadapi Edo. Biasa Rini yang pandai melunakkan hatinya jika mulai marah gitu. Namun daripada Edo sakit tak sarapan dicobanya juga ke kamar Edo.
"Yusri makan cepat ya, Ayah ke kamar abang dulu."