Membaca Kritis Guna Menepis Hoax Dalam Bimbingan Dan Konseling
Membaca kritis dalam bimbingan konseling adalah kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi dengan hati-hati, terutama dalam hal menangkal hoaks atau berita palsu. Dalam konteks layanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah, membaca kritis dapat membantu siswa dalam memahami dan menangkal hoaks yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam layanan BK Budaya membaca kritis di ruang digital juga diperlukan agar kita tidak termakan informasi bohong di media sosial.Â
Di era digital saat ini, informasi dapat tersebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan situs situs web yang tidak resmi. Banyak sekali hoaks atau informasi palsu terkait layanan konseling yang sengaja disebarkan untuk menyesatkan masyarakat, yang dapat menimbulkan dampak yang serius, baik secara sosial emosional, kesehatan mental maupun ekonomi Ada beberapa cara membaca kritis dalam bimbingan dan konseling, seperti berikut: 1.Mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya: Siswa diterima untuk mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya, mencari tahu asal-usul informasi, apakah berasal dari sumber yang terpercaya dan kredibel 2.Menganalisis konten informasi secara kritis: Siswa diajarkan untuk menganalisis konten informasi secara kritis, tidak menerima informasi begitu saja, tetapi mengkaji isinya dengan hati-hati, mempertanyakan apakah informasi tersebut didukung oleh fakta dan data yang valid, dan apakah informasi tersebut logis 3.Mengajak siswa lebih peduli terhadap budaya literasi: Peran guru bimbingan dan konseling sangat penting untuk mengajak siswanya agar lebih peduli terhadap budaya literasi, yang merupakan dasar bagi pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik Jenis-jenis hoaks yang sering muncul di media sosial antara lain: 1.Satire Atau Parodi: Konten yang sengaja dibuat untuk menyindir pihak tertentu atau sebagai suatu bentuk kritik 2.Misleading Content (konten menyesatkan): Konten yang dibuat secara sengaja untuk menyesatkan pembaca 3.Imposter Content (konten tiruan): Konten yang menggunakan nama, gambar 4.Fabricated Content (konten palsu): Konten yang tidak benar atau tidak sesuai dengan fakta, atau identitas yang tidak benar Untuk mengatasinya, perlu membaca kritis dan mengecek sumber informasi, serta menggunakan metode D-A-C-K (Dengarkan, Apresiasi, Cek-ricek dan Klarifikasi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H