Ketiga hal tersebut kait-berkait. Kalau ia dapat diibaratkan listrik, maka yang pertama adalah penambahan daya, yang kedua kesinambungan cahaya dan daya, sedang yang ketiga adalah pemeliharaan.
Maka agama dan manusia adalah 2 hal yang tak dapat dipisahan, agama adalah penuntun jalan yang tepat ketika mampu dipahami secara benar baik secara normatif maupun historis, dan manusia sebagai aktor yang menggunakan agama itu sendiri. Agama tidak bisa menggunakan analogi bahwa agama yang baik tergantung manusianya, melainkan interprtasi manusia terhadap agama itulah yang terkadang membuat agama itu tampak sebagai momok yang tak seharusnya di refleksi, karena agamapun itu pada hakikatnya mengantar manusia menuju jalan yang tanpa hal yang menyimpang.
Dan ketika agama coba untuk dilepaskan dari kehidupan manusia(sekuler) maka berujung pada kehancuran karena tidak adanya pedoman untuk melakukan hal yang seharusnya. Maka bukan agama yang patut untuk di refleksi namun manusia dalam menginterpretasikan ajaran agama itulah yang patut untuk di refleksi.
Demikian, wallahu a’alam
Daftar Pustaka
Kimball, Charles. Kala Agama Jadi Bencana.terj. Nurhadi. Bandung: PT Mizan Pustaka,2003.
Syamsul Arifin “ Memahami Kekerasan atas Nama Agama” dalam Sugiono, Sugeng (ed). Menguak Sisi-sisi Khazanah Peradaban Islam. Yogyakarta: Adab Press, 2008.
TIM. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: pokja, 2005
Quraish Shihab. Secercah Cahaya Ilahi.Bandung: Mizan,2002
[1] M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi,Mizan, Bandung, 2002.hlm 52
[2] Ibidhlm 53