Desa Cibuntu, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu desa dari 15 desa lainnya yang ada di Kecamatan Wanayasa. Desa ini terletak di sebelah Tenggara Kabupaten Purwakarta dengan luas wilayah sebesar 124,25 hektar. Mata pencaharian warga Desa Cibuntu rata-rata adalah seorang petani dan peternak.
Desa ini dikelilingi oleh area persawahan dan hutan. Desa Cibuntu merupakan desa berkembang yang masih kental akan suatu hal-hal yang tradisional dan belum tersentuh dengan modernisasi. Selain bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, beberapa kalangan warga di desa Cibuntu menyambung hidup dengan bergerak di bidang UMKM.
Sejumlah UMKM yang berada di Desa Cibuntu, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta menawarkan produk-produk berupa makanan tradisional. Beberapa makanan tradisional hasil produksi UMKM warga Desa Cibuntu, yaitu terdapat wajit, gegeplak, aneka keripik, manisan pala, kue ali, kue kembang goyang dan kue jalabria.
Kelompok 185 KKN Tematik Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Purwakarta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cibuntu dengan tema kegiatan “Konsumsi dan Produksi di Desa” yang merupakan salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga tujuan menyeluruh dan persyaratan penting untuk, pembangunan berkelanjutan, bersama dengan pemberantasan kemiskinan dan pengelolaan sumber daya alam untuk mendorong pembangunan ekonomi dan sosial.
Kami melakukan kunjungan kepada salah satu pelaku UMKM milik Ibu Neni yang berada di wilayah RT 4 Desa Cibuntu. Kami dibantu oleh salah satu staff desa untuk mengunjungi pelaku UMKM tersebut. Dari kunjungan tersebut, kami melihat tahap produksi serta mewawancarai Ibu Neni selaku pemilik UMKM.
"Usaha ini sudah berjalan kira-kira selama 10 tahun. Produk yang dijual di sini ada wajit, gegeplak, kue ali, keripik singkong, keripik pisang, keripik talas, dan kue kembang goyang. Biasanya dipasarkan ke sekitar Desa Cibuntu dan ke pasar di Wanayasa. Tidak ada karyawan, hanya dijalankan oleh saya, suami, dan anak." ujar Bu Neni. Masih ada potensi bagi UMKM ini untuk bisa menjangkau pasar yang lebih besar. Walaupun belum memiliki karyawan, tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya dengan adanya usaha ini berpotensi untuk mengurangi pengangguran yang ada di wilayah Desa Cibuntu.
Selain tahap produksi, kami juga menanyakan terkait penanganan limbah di UMKM Bu Neni. Limbah produksi yang dihasilkan diantaranya ada batok kelapa, kulit singkong, kulit pisang, dan kulit talas."Setelah selesai produksi limbah-limbah tersebut digunakan kembali untuk diolah menjadi pupuk kompos" ucapnya.
Berdasarkan hal tersebut, UMKM milik Bu Neni sudah mampu meminimalisir limbah produksi serta menerapkan salah satu sistem 3R yaitu Recycle. Hal ini sudah sejalan dengan salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
Kami berharap pemerintah Desa Cibuntu agar dapat terus meninjau serta memantau UMKM yang ada di Desa Cibuntu untuk memastikan pola produksi yang dilakukan setiap UMKM berjalan dengan prosedur yang tepat serta melakukan pemberdayaan di setiap UMKM agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H