Konsep membeli barang sekaligus berdonasi nampaknya semakin ramai digaungkan oleh para kalangan entrepreneur dan e-commerce di Indonesia. Konsep yang menggabungkan antara aktivitas membeli barang dengan donasi ini memodifikasi konsep fundraising yang sudah lama eksis. Jika kita tarik ke belakang, istilah Jualan-Sambil-Berdonasi atau Membeli-Sambil-Berbagi ini berangkat dari ide galang dana untuk membantu individu, komunitas dan area yang mengalami bencana alam atau musibah yang pada akhirnya dihubungkan dengan menjual produk.
Konsep Jualan-Sambil-Donasi dan Membeli-Sambil-Berbagi didasari oleh fenomena saat ini dimana Generasi Y dan kaum Millennial mempunyai ketertarikan lebih untuk membeli produk yang mempunyai value unik di baliknya. Selain itu, kesadaran masyarakat akan permasalahan sosial terbentuk akibat aktivitas intens di sosial media yang banyak menyorot isu sosial dalam bentuk gambar, caption dan video tentang kemiskinan, kelaparan, bencana dan lainnya.
Portal online dengan mengadopsi konsep Jualan-Sambil-Berdonasi atau Membeli-Sambil-Berbagi lebih cendrung menggunakan konten berbasis emotional engagement untuk menarik perhatian konsumen. Tren menggunakan konteks sosial dalam berbisnis ini adalah konsep cerdas karena hal tersebut memberikan pemahaman bahwa suatu usaha tidak hanya fokus untuk mendapatkan profit tetapi juga memberikan imbas sosial yang positif terhadap lingkungan sekitar.
Pertanyaan yang muncul adalah, apakah konsep emotional engagement ini akan terus bertahan? Apakah bentuk usaha Jualan-Sambil-Berdonasi atau Membeli-Sambil-Berbagi akan tetap relevan?Â
Berkaitan dengan pertanyaan di atas konsep berjualan dengan menyertakan konten isu sosial adalah bentuk yang sudah lazim digunakan. Lalu jika dikaitkan dengan argumen relevan atau tidak maka emotional engagement akan terus relevan dan valid selama suatu usaha konsisten dengan value yang dibawa.
Berdasarkan hasil penelitian University of Indiana, terdapat enam emosi utama yang muncul pada konsumen diantaranya adalah surprise, fear, sadness, joy, disgust dan anger. Ketika sebuah konten mampu menarik salah satu emosi tersebut untuk muncul maka hal tersebut akan mampu memicu konsumen untuk mencari tahu tentang produk dari sebuah usaha dan akhirnya akan men-trigger keingintahuan konsumen melalui sosial media tentang profil usaha tersebut.
Siklus tersebut secara alami akan terjadi pada saat setiap orang. Emosi yang muncul dipicu oleh rasa ketertarikan atas konten yang dibaca. Tujuan dari emotional engagement pada konten ini berfungsi sebagai penarik perhatian.
Lantas, apakah kaitan antara emotional engagement dengan konsep Membeli-Sambil-Berbagi?
Ketika Anda membeli suatu produk dengan dibalut konten yang mampu memunculkan emotional engagement tadi, maka akan muncul positive vibe saat Anda membaca konten tersebut. Disitulah akan muncul ketertarikan secara emosi untuk mengetahui lebih dalam produk tersebut. Lalu, kemungkinan untuk membeli produk tersebut pasti akan lebih besar mengingat karakter masyarakat sekarang yang menyukai value sosial dibalik suatu produk atau jasa yang ditawarkan.
Konsep Membeli-Sambil-Berbagi dikaitkan dengan transformasi praktik donasi masa kini. Manusia modern saat ini lebih tertarik terhadap sesuatu yang nyata dan transparan. Konsep untuk menjual produk sekaligus dan berdonasi melalui sejumlah harga yang dibayarkan akan lebih menarik dibandingkan menawarkan donasi secara langsung dengan konsep direct approach.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H