Jika berbicara mengenai relawan dan kegiatan sosial dapat dipastikan Anda sudah mengenal Kelas Inspirasi. Ya, sebuah kegiatan mengajar yang diprakarsai oleh para alumni Indonesia Mengajar dan para profesional. Kelas Inspirasi dimulai pada tahun 2012 dan saat itu pilot project yang dilaksanakan adalah mengajar di sekolah area Jakarta.Â
Kelas Inspirasi (KI) yang saya ikuti adalah KI Karawang angkatan ke 2 yang jatuh bertepatan dengan hari lahir saya pada 20 Februari. KI Karawang sendiri diikuti oleh lebih dari 100 relawan yang tersebar ke berbagai sekolah di area Karawang. Para relawan terdiri dari fasilitator, dokumenter dan pengajar yang berasal dari berbagai macam latar belakang pekerjaan dan pendidikan.Â
Saya sendiri tergabung dengan rekan rekan relawan yang ditugaskan mengajar di SD N Muara II berlokasi di Dusun Timbul Jaya, Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat. Kami terdiri dari 13 relawan yang terbagi menjadi 3 orang fasilitator, 2 orang dokumentator dan 8 orang pengajar. Rekan rekan saya yang menjadi relawan pengajar diantaranya Leni (Belitung), Shaka (Jakarta), Bangun Ambar (Tangerang), Frida (Bekasi), Iswa (Karawang), Nur (Karawang) dan Farida (Karawang). Riko (Karawang) dan Ririn (Bogor) adalah rekan saya yang menjadi dokumentator. Sementara Murni (Karawang), Fredi (Karawang) dan Diah (Karawang) adalah fasilitator kami.
Di Hari Inspirasi yang jatuh pada hari Senin, saya dan rekan rekan relawan harus berjibaku dengan hujan dan jalan bebatuan yang licin untuk mencapai SD N Muara II. Semangat kami yang sudah menyala sejak lama tidak lantas surut hanya karena hujan deras dan padam listrik yang melanda Desa Muara dan sekitarnya.
Rombongan kami tiba di sekolah pukul 8 pagi. Saat kami tiba di sekolah betapa miris melihat kondisi sekolah tersebut. Lapangan yang tergenang air hujan bercampur dengan rumput dan tanah seperti sawah becek yang menjadi danau lumpur. Lapangan tersebut seperti tidak layak digunakan. Semula niat kami ingin melaksanakan Upacara Bendera tetapi kondisi dilapangan tidak memungkinkan. Lantas kami langsung bertemu dengan para guru untuk berkenalan dan langsung masuk kelas untuk mulai belajar.
Para relawan saling mendukung dan membantu walaupun tugas utama para relawan berbeda. Para fasilitator yang dengan sigap memberikan komando dan mengatur jadwal acara supaya berjalan lancar. Sementara para dokumentator dengan totalitas mereka mengabadikan setiap momen berharga di Hari Inspirasi dan tak kalah para relawan pengajar dengan semangat memberikan kelas yang menarik didukung dengan alat peraga yang mereka bawa.
Kami tidak melihat sedikitpun kesedihan anak-anak tersebut. Kami juga tidak melihat rasa tidak senang dengan kondisi sekolah mereka. Jiwa mereka yang masih tulus hanya mampu memahami bahwa sekolah mereka adalah tempat belajar. Bagaimanapun kondisinya. Hal ini membuat kami sadar bahwa terkadang bahagia itu sederhana. Dapat berangkat sekolah dan bertemu dengan teman-teman adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang anak-anak didik SD N Muara II dapatkan.Â
Tumpukan buku usang, meja kursi kayu yang lapuk, ruangan kelas yang kumuh, lubang-lubang yang menghiasi atap kelas dan jendela yang sebagian tidak berkaca menghiasi sekolah mereka. Ditambah tidak adanya perpustakaan dan tak ada kamar mandi menjadikan sekolah tersebut jauh dari kata layak. Tetapi satu hal yang menyadarkan saya dan rekan rekan relawan, keinginan anak-anak tersebut untuk menimba ilmu dan meraih cita-cita mereka adalah pemicu semangat mereka.
Para relawan hanya mampu berkontribusi dengan cara memberikan semangat dan pengalaman bagi para anak didik untuk terus belajar dan belajar. Kegiatan yang kami selingi dengan yel-yel penyemangat, alat peraga ataupun senam-senam ringan merupakan strategi untuk menghadirkan suasana ramah dan bersahabat dengan para siswa.
Saya sempat teringat dengan kata-kata lama oleh senior saya bernama Iqbal yang juga merupakan seorang aktivis dan penyuka kegiatan sosial saat kuliah di Semarang. Beliau berkata bahwa "Hanya orang-orang gila saja yang mau dan rela menyisihkan waktu mereka untuk melakukan kegiatan sosial seperti ini". Memang betul sekali ucapannya, karena siapa yang rela dan bersedia mengambil cuti kerja atau meluangkan waktu kuliahnya hanya untuk ikut kegiatan relawan seperti ini? Makna gila disini bukanlah makna sebenarnya. Gila disini merupakan idiomatic untuk menjelaskan bahwa para relawan seperti kami adalah pemuda bangsa yang masih peduli dengan persoalan sosial di sekitar.
Waktu semakin siang dan hujan pun mulai berhenti. Rasa sedih karena harus berpisah dengan para siswa sempat hadir. Tetapi saya dan rekan rekan relawan percaya bahwa paling tidak kami sudah memberikan usaha maksimal yang kami mampu.Â
Akhirnya kami menutup Hari Inspirasi dengan melakukan gerakan senam ringan dan flashmob. Dipimpin oleh para relawan, para siswa pun mengikuti gerakan-gerakan kami. Selesai melakukan aktivitas indoor, kamipun melakukan rangkaian penutupan dengan tiup gelembung sabun di depan jalan sekolah. Kebahagiaan lagi-lagi terpancar dari aktivitas sederhana yang kami lakukan bersama anak-anak didik SDN Muara II. Semoga tagline "Sehari Mengajar Selamanya Menginspirasi" benar-benar akan terjadi melalui momen KI Karawang batch 2 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H