Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa

Penghuni bumi dan penyuka angin

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia, Jangan Inferior, Yah!

19 Desember 2022   15:39 Diperbarui: 19 Desember 2022   16:03 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa yang tanpa akar hanya akan menjadi bangsa yang rapuh dan tak bisa tumbuh. Ibarat sebuah pohon, sebuah bangsa perlu menguatkan akarnya agar bisa tegak dan tumbuh berkembang.  Dengan demikian, bangsa harus memiliki dan mengenal akarnya, akar sebuah bangsa dapat dilihat melalui sejarah. Sejarah dapat memberikan pengajaran, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan bagi sebuah bangsa. Melalui prinsip "menengok ke belakang" untuk melangkah ke depan, sebuah bangsa bisa melihat, merencanakan, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Pada akhirnya, bangsa yang tahu persis dirinya tidak akan udah terombang-ambing oleh budaya bangsa lain.

Sebagaimana rupa akar, ia memiliki cabang. Salah satu cabang akar bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Sudah sepantasnya bangsa Indonesia bangga dengan lahir dan hadirnya bahasa Indonesia. Bahasa ini lahir dan dikenalkan kepada seluruh wilayah Nusantara pada puluhan tahun yang lalu. 

Dialah Muhammad Yamin, tokoh yang melakukan usaha pergerakan dengan mengumpulkan seluruh perwakilan pemuda tiap-tiap daerah di Nusantara untuk kemudian menyelenggarakan kongres yang dikenal dengan nama Kongres Pemuda. Kongres Pemuda dilakukan dua kali, pada Kongres Pemuda II, lahirlah Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928, di Jakarta. Usaha yang perlu diperhitungkan dan dihayati dengan cara yang seksama bagi bangsa Indonesia.

Perhatikan saja, bait ketiga Sumpah Pemuda berbunyi bahwa "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

Sejak dideklarasikannya Sumpah Pemuda, semangat bangsa Indonesia semakin membara. 17 tahun kemudian, atas nama bangsa Indonesia, Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal yang perlu diingat, proklamasi ditulis dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris, Belanda, apalagi Jepang.  

Semakin hari, bahasa Indonesia terus berkembang. Bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan-tulisan surat kabar; dialog dan pidato radio; serta tulisan dinding. Puncaknya, bahasa Indonesia, digunakan salah seorang penyair perjuangan, Chairil Anwar, untuk mengutarakan perasaannya. Puisi berjudul "Aku" ciptaannya itu menjadi karya sastra fenomenal bangsa Indonesia hingga hari ini. Hampir di setiap pembelajaran sekolah, puisi tersebut dijadikan sumber belajar pelajaran bahasa Indonesia.


Bahasa Indonesia Hari Ini

Bahasa Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Bahasa Indonesia lahir dari percampuran berbagai macam bahasa. Bahasa Indonesia menyerap bahasa dari tiap-tiap daerah di Nusantara dan sebagian diserap dari bahasa para bangsa yang pernah menetap di Indonesia, salah satunya bahasa bangsa penjajah, seperti Portugis, Belanda, dan Jepang. Hal itulah yang memuat bahasa Indonesia memiliki kekhasan tersendiri, terutama untuk dipelajari sebagai sebuah alat komunikasi.

Hingga hari ini, tepatnya di Australia, bahasa Indonesia sudah dijadikan mata pelajaran pilihan wajib di sekolah dasar. Selain itu, di negeri tersebut, beberapa Universitas membuka jurusan bahasa Indonesia. Apapun motif yang dihadirkan oleh pemerintah Australia dengan mengenalkan bahasa Indonesia, semestinya bisa menjadi alat dorong bagi bangsa Indonesia sendiri yang hingga hari ini masih mengesampingkan bahasa Indonesia sebagai sebuah kebanggaan.

Tak hanya di Australia, beberapa negara di dunia menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu pilihan jurusan di universitas negera tersebut. Sebut saja Jerman, Korea Selatan, Belanda, dan Tiongkok secara resmi telah membuka jurusan Bahasa Indonesia. Tak elok jadinya apabila bangsa Indonesia masih menempatkan bahasa Indonesia ini sebagai bahasa sampingan saja. 

Apakah bangsa Indonesia lupa bahwa dahulu, bahasa Indonesia ini menjadi alat pelecut semangat kemerdekaan? Apakah bangsa Indonesia lupa bahwa dulu ia pernah mencintai bahasa Indonesia lewat karya sastra?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun