Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa

Penghuni bumi dan penyuka angin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kacamata Tabrani dan Topi Bono

16 Desember 2022   08:40 Diperbarui: 16 Desember 2022   14:30 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara kreativitas, Primadi Tabrani pernah berbicara, bahwa manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu kemampuan fisik, kemampuan kreatif, dan kemampuan rasio. Bedanya hanya pada perimbangan pada tiap manusia, karena tak ada manusia yang persis sama.

Beliau juga membuat sebuah limas citra manusia untuk menjelaskan ketiga kemampuan tersebut, gambarnya adalah sebagai berikut.

Secara alamiah, kemampuan menggerakan seluruh bagian inilah yang dimiliki manusia. Keterpaduan antara seluruh bagian citra manusia menimbulkan kemantapan intuisi yang berdampak pada kematangan secara integral yang kemudian kita sebut kreativitas.

Kreativitas dibangun atas dasar kesadaran, ketaksadaran, dan ambang sadar. Sosok kreatif selalu terdorong untuk memunculkan imaji, perasaan, dan gerak. Dorongan gerak inilah yang akan dijelaskan beserta cirinya.

Menurut beliau, dorongan gerak pada sosok kreatif dan cirinya adalah sebagai berikut:

1. Dorongan Bermain (keingintahuan, humor, dan toleransi). Cirinya: Suka iseng.
2. Dorongan imaginasi-perasaan-gerak. Cirinya: Khas/orisinil.
3. Estetika dan Etika. Cirinya: Peka.
4. Terbuka (open mind). Cirinya: Lentur/fleksibel.
5. Keberanian. Cirinya: Bebas.
6. Spontan. Cirinya: Bergairah/antusias.
7. Visi/Tujuan/Cita-Cita. Cirinya: Perenung.

Dari keseluruhan tersebut terdapat beberapa ciri khusus, antara lain kritis, kooperatif, dan kreatif. Sosok yang suka iseng, khas, dan peka, umumnya berdaya kritis tinggi.

Selanjutnya, kooperatif. Sosok yang kritis, lentur, dan bebas, cenderung memiliki sifat kooperatif. Artinya, bukan hanya kemampuan bekerja sama, tetapi juga memikirkan kebermanfaatan dari karya yang dibuat.

Terakhir, sosok yang kreatif merupakan pribadi yang kritis, kooperatif, bergairah (antusias), dan perenung. Ia mampu mencipta dunia dengan penuh daya, sesuai dengan arti yang termaktub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu memiliki daya cipta.

Selanjutnya, kreatif juga bisa diartikan kooperatif. Mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan beragam suku dan bangsa.

Kreativitas tidak hanya menjadi konsumsi pribadi. Ia harus menjelma menjadi konsumsi bersama atau sosial. Kreativitas harus dibagikan, dikolaborasikan, dan dipadupadankan.

Kreativitas harus mencetuskan alternatif atau jalan keluar bagi kepentingan sosial. Jawaban ini hanya bisa dilalui melalui jalan musyawarah. Jalan itu tidak mudah atau terlalu sukar. Musyawarah merupakan jalan terciptanya jawaban.

Dalam musyawarah manusia menyalurkan kreasi dan melakukan proses kreasi. Menyalurkan ide dan membuat keputusan bersama. Mufakat.

Namun, dalam musyawarah karakteristik tiap manusia yang bermusyawarah perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan.

Edward de Bono dan Topi-Topinya (Foto: DAVID CRUMP/ANL/REX/SHUTTERSTOCK)
Edward de Bono dan Topi-Topinya (Foto: DAVID CRUMP/ANL/REX/SHUTTERSTOCK)

Menurut Edward de Bono, manusia memiliki sejumlah karakteristik dalam berpikir.

Dalam berpikir, manusia cenderung mengedepankan salahsatu dari enam karakter yang dimilikinya. Yang tiap-tiap manusia memiliki kencerungannya masing-masing.

Karakter tersebut disimbolkan menjadi beberapa topi berwarna, antara lain sebagai berikut:

1. Topi putih, karakter berpikir manusia yang mengedepankan data dan informasi fakta.
2. Topi merah, karakter berpikir manusia yang mengedepankan rasa, perhatian, dan kecemasan.
3. Topi hitam, karakter berpikir manusia yang mengedepankan kritik, komentar, dan ancaman.
4. Topi kuning, karakter berpikir manusia yang mengedepankan optimisme, peluang, dan sikap positif
5. Topi hijau, karakter berpikir manusia yang mengedepankan kreativitas, ide baru, dan alternatif.
6. Topi biru, karakter berpikir manusia yang mengedepankan pengorganisasian, pengaturan, dan perencanaan juga pengambilan keputusan secara mufakat.

Mufakat yang diperoleh dari musyawarah sama halnya dengan menetasnya telur kreativitas. Ia dapat dimanfaatkan.

Pada proses musyawarah tersebut, sebenarnya ada proses yang menarik. Seringkali kita menyebutnya design thinking, sebuah cara berpikir desain yang diterapkan untuk memecahkan masalah melalui musyawarah dengan tahapan berupa discovery, interpretation, ideation, experiment, dan evolution. Sebuah cara menarik dalam menyelesaikan sebuah persoalan.

Cara berpikir desain ini dikenalkan oleh Tim Brown pada tahun 2008. Sebenarnya, istilah design thinking lebih dahulu dikenalkan oleh David Kelley.

Akhirnya, temuan-temuan tadi dapat memberikan kebermanfaatan dan kemudahan bagi manusia dalam upaya penyaluran ide dan penyelesaian masalah.

Seorang praktisi kreativitas, Andi Yudha Asfandiyar mengatakan bahwa kreatif itu harus menyelesaikan masalah. Kita tahu bahwa menyelesaikan masalah sama dengan melakukan kebaikan. Perlu dicoba.

Terakhir, keberagaman berpikir yang dipaparkan Edward de Bono sedikit banyaknya membuka sikap manusia agar senantiasa lentur dan toleran.

Tentu, Primadi Tabrani bisa sedikit membusungkan dadanya, sebab ia telah menjelaskan lebih dulu hal ihwal ciri sosok kreatif yang salah satunya yakni fleksibel (lentur).

Ia juga menerangkan akan pentingnya sikap kooperatif dalam berkreasi yang juga merupakan ciri sosok kreatif. Tahun demi tahun memunculkan perbedaan, datanglah Tim Brown dengan frasa yang dikenalkannya pada dunia, design thinking.

Kreativitas berujung pada penyelesaian masalah, baik itu secara individu maupun komunal. Kreativitas mengantarkan manusia agar senantiasa berbuat kebaikan. 

Lewat strategi design thinking, penyelesaian masalah menjadi lebih menarik. Sosok-sosok manusia dengan karakteristik yang berbeda disatukan dalam musyawarah untuk berbagi ide menyelesaikan masalah.

Di dalam kumpulan tersebut, tidak hanya diisi orang kreatif saja, tapi juga orang-orang yang seperti dijelaskan Edward de Bono melalui topi-topinya itu. Menggabungkan ide dari cara berpikir manusia yang beragam untuk menyelesaikan/mengatasi/mengantisipasi masalah lama, baru, maupun yang akan datang.

Hal inilah yang perlu kita ambil sebagai ajang latihan bersikap toleran terhadap karakter tiap manusia. Semoga kebaikan dan keberkahan senantiasa dicari setiap manusia yang melakukan proses kreasi (creator).

Selanjutnya, tiga kata kunci terakhir adalah apresiasi, empati, dan simpati. Trio kata terseut merupakan kata-kata yang mengerami telur-telur kreativitas hingga akhirnya menetas.

Sosok kreatif telah terlatih untuk bisa mengapresiasi, simpati, dan empati pada karya apapun. Ia terlatih untuk menghargai, merasakan dan menghayati apa yang ada di luar dirinya.

Sebab, ia sadar bahwa ia adalah manusia. Ia sadar bahwa ia bagian dari masyarakat bumi. Ia sadar bahwa ia harus belajar. Ia sadar bahwa ia harus membaca. Ia sadar harus belajar membaca. Membaca segala hal.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun