"Keberuntungan selalu menaungi orang yang melakukan kebaikan"
Victor Hugo yang menampilkan sosok Jean Valjean sebagai tokoh utama. Jean Valjean, seorang narapidana yang melarikan diri dan menjadi buronan Jenderal Javert. Hidupnya berubah ketika bertemu seorang Uskup yang memberikan pencerahan serta memberikan harta untuk kemudian Valjean gunakan untuk modal kehidupan barunya.
Kalimat itu kupelajari dari Les Misrables, novel karyaValjean meninggalkan masa kelamnya dan ia menjadi seorang walikota di sebuah kota di Prancis. Identitas masa lalunya tersebut disembunyikan guna membuat jati diri yang baru. Meninggalkan masa lalu yang terlalu kelam untuk diingat dan dirasakan. Namun, memori tetap tersimpan dari pikirannya.
***
Fantine, seorang wanita pekerja yang bekerja di pabrik konveksi milik Valjean harus menerima takdir karena ia dipecat dari tempat tersebut. Fantine difitnah oleh teman di pabriknya. Sampai akhirnya ia harus menjual diri. Hartanya digunakan untuk menolong anaknya, Cossette, yang tengah sakit dan butuh pertolongan. Ia merasa merasa bersalah, Valjean menebus kesalahannya dengan membantu Fantine yang saat itu sudah tak memiliki harapan dan harga diri lagi. Valjean merasa bersalah dan segera membantu Fantine untuk menyelamatkan sang anak. Saat itu, Fantine ditemukan tak berdaya di sebuah tempat pelacuran, Valjean selamatkan dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Apa daya, tak lama berselang, Fantine pun meninggal dan ia tak dapat bertemu anaknya lagi, Cossette. Valjean mencari sang anak di suatu kota. Selama itu juga, Javert, sang jenderal bengis terus mencari keberadaan Jean Valjean. Javert terus bersumpah untuk menegakkan keadilan dengan mencari dan memburu buronan itu. Kisah pun terus berlanjut dengan cerita upaya kabur sang buronan Jean Valjean dari incaran Jenderal Javert.
***
Kisah dalam Les Misrables menjadi tanda sendiri bagi penikmatnya. Hugo mampu menyuratkan sebuah gambaran hakikat cinta. Gambaran drama kehidupan tentang apa yang disebut dengan cinta. Cinta yang dapat hadir dari orang-orang yang tertindas; dari orang-orang yang kurang beruntung. Begitu besarnya pengorbanan atas nama cinta.
Dengan latar kehidupan sosial Prancis pertengahan abad 19, gambaran tersendiri bagi pembaca bahwa pada masa itu kemiskinan merajalela. Pencurian dan kebebasan yang kebablasan menjadi sajian yang biasa dalam kehidupan masyarakatnya. Kaum parlente yang berkuasa sedangkan kaum kecil diterpa bencana.
Kesadaran memaafkan akan selalu menular bagi orang yang dimaafkan. Namun, ego akan merusak segalanya sehingga dapat berakhir dengan tragis. Hal itu tergambar jelas dari sosok Javert yang akhirnya harus mengkhiri hidup dengan melompat dari jembatan.
"Sesuai judulnya, malang nasibmu, nestapa hidupmu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H