Mohon tunggu...
Rizkiyah NurfitrotulJannah
Rizkiyah NurfitrotulJannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Digital di Indoensia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Di Ambang Revolusi Digital: Indonesia Menghadapi Tantangan Pemberdayaan Masyarakat

16 November 2024   11:30 Diperbarui: 16 November 2024   11:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pernahkah kita membayangkan Indonesia tidak memiliki akses ke internet? Tidak ada e-commerce? Tanpa platform media sosial? Ini adalah realitas sehari-hari bagi sebagian masyarakat di pedesaan, itu bukan imajinasi. Saat kita berbicara tentang revolusi digital dalam pemberdayaan masyarakat dan Society 5.0, ada beberapa saudara-saudara kita yang belum memiliki akses internet dasar. 

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan penting dalam pemberdayaan masyarakat, meskipun indonesia sedang mengalami momentum penting dalam transformasi digital. Menurut data dari Kementerian komunikasi dan digital  83.218 desa di Indonesia, lebih 12.500 belum memiliki akses internet yang memadai. 

Inftastruktur dan literasi masyarakat menunjukkan perbedaan digital. Sebuah survei terbaru menjukkan bahwa 45% masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan masih kesulitan mendapatkan dan memanfaatkan layanan digital dasar. 

PT telekomunikasi Indonesia membuat program smart village nusantara, diinisiasi oleh kementerian desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi yang bertujuan menjadi desa-desa yang cerdas dan modern dengan menggunakan teknologi digital. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitass hidup masyarakat desa, memperkuat ekonomi pedesaan, dan mendukung pemerataan pembangunan di seluruh indonesia. 

Program pemberdayaan digital tidak selalu berjalan dengan baik. Resistensi budaya dan kendala teknis masih menjadi hambatan besar di beberapa tempat. 

Pemberdayaan masyarakat digital perlu pendekatan yang menyeluruh:

  • Infrastruktur yang Terbuka: Bukan hanya membangun, tetapi juga memastikan keterjangkauan, membuat solusi alternatif untuk daerah terpencil, dan melibatkan komunitas lokal dalam pemeliharaan 
  • Literasi berbasis Konstektual: Program pendidikan yang disesuikan dengan kebutuhan lokal, menggunakan bahasa dan ilustrasi yang relevan, dan mendapatkan pendampingan yang berkelanjutan daripada pelatihan singkat.
  • Pembangunan Ekonomi Digital: Membantu usaha kecil dan menengah (UMKM) menggunakan platform digital, membangun ekosistem e-commerce yang ramah pemula, dan mendorong inovasi lokal.

Revolusi digital Indonesia harus dirancang untuk merata tanpa membedakan kelas sosial. Kita harus memastikan transformasi ini mecakup semua orang dan memberdayakan. Untuk proyak jangka panjang, pemberdayaan masyarakat digital membutuhkan konsistensi dan kesabaran. Ini adalah perjuangan yang panjang, membutuhkan lebih dari teknologi canggih tetpi juga membutuhkan kebijakan yang mendukung inklusi digital, kolaborasi nyata dengan berbagai pihak berwenang, pendekatan yang menghargai kearifan lokal, dan evaluasi dampak berkelnjutan. 

Kolaborasi dari berbagai stakeholder sangat penting. Dalam menghadapi tantangan pemberdayaan digital ini, pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil harus bekerja sama. 

Revolusi digital Indonesia menjadi revolusi yang merangkul, bukan meninggalkan. Mari memastikan bahwa tidak ada yang terlewat dalam evolusi digital di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun