Mohon tunggu...
Rizki Ramadhan
Rizki Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Saya merupakan seorang Freelance Writer. Menjadi Freelance Writer sudah saya tekuni sejak tahun 2019. Menulis merupakan hobi saya sejak kecil hingga sekarang. Saya percaya bahwa dengan mengungkapkan sebuah tulisan akan mengubah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Seni dan Budaya Dalam Menyampaikan Pesan Tentang Pentingnya Kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan

31 Mei 2024   09:48 Diperbarui: 31 Mei 2024   10:25 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laut China Selatan merupakan salah satu aktivitas perairan yang sangat penting di kawasan Asia dan dunia. Sebagai jalur perdagangan yang padat dan sebagai pusat aktivitas ekonomi, kawasan ini menjadi tumpuan dalam meningkatkan devisa negara. Dikutip dari medium.com, perairan ini memiliki luas mencapai 3,5 juta kilometer persegi. Selain itu juga terdapat lebih dari 250 pulau, atol, dan karang laut yang potensial.

Sejarah terbentuknya Laut China Selatan, secara geologis memiliki kedalaman yang relatif dangkal. Hal ini dikarenakan posisinya berada di atas paparan benua, dan diperkirakan terbentuk lebih dari 45 juta tahun yang lalu. Secara geopolitik, letak kawasan ini berbatasan langsung dengan banyak negara yang didominasi oleh Asean.

Sengketa dan ancaman konflik menjadi hal yang wajar terjadi, dikarenakan letak yang strategis dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu besar. Berdasarkan informasi dari Asia Maritime Transparency Initiative, mengungkapkan jika negara Tiongkok (China) memiliki klaim kepemilikan terluas di area tersebut. Namun demikian Hukum Lau International (UNCLOS) melarang tindakan tersebut. Akibat klaim sepihak,  China membuat situasi geopolitik kawasan Laut China Selatan menjadi tidak stabil.

Potensi Geografis dan Cadangan Hidrokarbon

Berdasarkan informasi dari ahli geofisika laut Peter Clift menyatakan pada tahun 2001, kawasan tersebut memiliki patahan-patahan besar, hingga terbentuknya kawasan perairan Laut China Selatan. Peter Clift berpendapat bahwasanya lokasi patahan tersebut, diperkirakan memiliki kekayaan cadangan gas alam yang sangat melimpah. Kemudian laporan dari US energy Information Agency (EIA) pada 2013, diperkirakan cadangan gas dan minyak mencapai 11 miliar barel. Hal tersebut juga dilaporkan oleh pihak Kementrian Geologi China yang menyatakan jika cadangan gas alam di Laut China Selatan mencapai ratusan triliun kaki kubik.

Laporan dan riset tersebut semakin memperkuat jika Laut China Selatan dapat menjadi lumbung energi kawasan Indo-Pasifik. Beberapa negara seperti Vietnam dan Filipina telah melakukan upaya eksplorasi dan melakukan kerjasama energi dengan beberapa pihak. Pada tahun 2011, perusahaan energi milik Vietnam melakukan kerja sama dengan India untuk kesepakatan kerja sama eksplorasi migas jangka panjang. Tindakan tersebut memancing amarah dan kekecewaan China, hingga menuduh kedua negara melanggar kesepakatan.

Tidak hanya kekayaan migas, kawasan yang menghubungkan Asean dengan jalur perdagangan dunia tersebut juga memiliki aktivitas perdagangan yang diperkirakan mencapai US$3,7 triliun, dan menjadi kedua tertinggi setelah Selat Hormuz.

Seni dan Budaya Dalam Menyampaikan Pesan Pentingnya Kedaulatan di Laut China Selatan 

Peran seni dan budaya dalam menyampaikan pesan tentang pentingnya kedaulatan di Laut Cina Selatan tidak bisa diremehkan, terutama dalam menjangkau generasi Z yang dikenal sebagai generasi digital. Melalui karya seni visual, musik, teater, dan film, pesan-pesan mengenai kedaulatan dan konflik di Laut Cina Selatan dapat disampaikan dengan cara yang lebih emosional dan personal. Contohnya, pameran seni yang menggambarkan kehidupan nelayan lokal yang terancam oleh klaim teritorial asing dapat menggugah rasa empati dan kepedulian Gen Z. Begitu pula, lagu-lagu bertema nasionalisme atau film dokumenter tentang sejarah dan pentingnya Laut Cina Selatan bagi Indonesia dapat menjadi sarana edukasi yang menarik bagi mereka. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform utama, seni dan budaya dapat menjangkau dan mempengaruhi pandangan Gen Z secara efektif, membangkitkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan kedaulatan negara di wilayah strategis ini.

Input sumbhttps://pixabay.com/id/photos/karnaval-surakarta-indonesia-batik-8028612/er gambar
Input sumbhttps://pixabay.com/id/photos/karnaval-surakarta-indonesia-batik-8028612/er gambar

Seni dan budaya memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan tentang kedaulatan di Laut Cina Selatan kepada generasi Z, melalui berbagai bentuk ekspresi kreatif seperti seni visual, musik, teater, dan film. Dengan menggunakan media sosial, pesan-pesan ini dapat menjangkau dan mempengaruhi generasi muda secara efektif, meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap isu-isu kedaulatan nasional.

Dalam era yang dipenuhi dengan informasi yang terus berputar cepat dan stimulasi visual yang tak terbatas, seni dan budaya memiliki peran yang semakin penting dalam menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dan membangkitkan kesadaran akan isu-isu penting di tengah masyarakat. Salah satu isu yang krusial dalam konteks geopolitik Indonesia adalah perlindungan dan pemajuan kedaulatan di Laut Cina Selatan. Peran seni dan budaya dalam menggugah kesadaran tentang pentingnya kedaulatan di wilayah tersebut, khususnya kepada Generasi Z, yang merupakan kelompok demografi yang didorong oleh nilai-nilai kreativitas, ekspresi diri, dan keterhubungan digital.

Melalui seni visual, musik, film, dan bentuk-bentuk ekspresi budaya lainnya, hal ini dapat menyampaikan bagaimana pesan-pesan tentang kedaulatan di Laut Cina Selatan dapat disampaikan dengan cara yang meresap dan mempengaruhi generasi muda untuk terlibat dalam perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan negara di wilayah yang strategis ini. Dengan mengapresiasi peran seni dan budaya dalam menyampaikan pesan-pesan kompleks secara emosional dan artistik, kita dapat memperluas basis dukungan dan kesadaran akan pentingnya kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan di kalangan Generasi Z.

Pengaruh Film dan Media Visual

Film dan media visual telah lama menjadi sarana dalam menyampaikan pesan, opini, serta kritik tentang peristiwa dan kejadian yang telah terjadi. Penggunaan film dokumenter dalam pelajaran sejarah di sekolah menjadi media seni dan budaya dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Contohnya peristiwa kelam G30S PKI yang menjadi saksi sejarah politik dan pasca kemerdekaan Indonesia. Pembuatan film dokumenter G30S dibuat bertujuan sebagai pengingat dan pelajaran sejarah generasi bangsa Indonesia.

Input suhttps://pixabay.com/id/photos/ponsel-video-smartphone-pasangan-5431597/mber gambar
Input suhttps://pixabay.com/id/photos/ponsel-video-smartphone-pasangan-5431597/mber gambar

Dalam film tersebut digambarkan secara rinci, bagaimana kekejaman PKI dalam menindas para jendral hingga membuat ketidakstabilan politik Indonesia di masa itu. Hal ini juga dapat menjadi pedoman bagi generasi muda khususnya Gen Z dalam pemberian pemahaman dalam konteks ancaman konflik Laut China Selatan. Berbagai platform media yang mudah untuk diakses bisa menjadi sarana dalam memberikan kesadaran bangsa membela kedaulatan maritim Indonesia.

Ekspresi Seni dan Budaya Dalam Menjaga Kedaulatan Maritim di Indonesia 

Dalam konteks menjaga kedaulatan maritim di Laut China Selatan, bentuk ekspresi budaya memiliki peran penting yang tidak boleh diabaikan. Ekspresi budaya, seperti seni, tradisi, dan nilai-nilai lokal, dapat menjadi alat diplomasi yang kuat dalam memperkuat identitas nasional dan menegaskan klaim teritorial. Misalnya, melalui pameran budaya, festival maritim, dan kegiatan seni yang menyoroti warisan laut, negara dapat menegaskan keterikatan historis dan kulturalnya dengan wilayah tersebut. Ini tidak hanya tentang memperlihatkan kekayaan budaya kepada dunia, tetapi juga menguatkan rasa kepemilikan dan kebanggaan masyarakat terhadap wilayah maritim. Lebih jauh, pendekatan ini dapat menciptakan dialog yang lebih damai dan konstruktif di antara negara-negara yang terlibat dalam sengketa, mengurangi ketegangan melalui pemahaman dan penghormatan terhadap warisan budaya masing-masing. Dalam era globalisasi ini, integrasi ekspresi budaya dalam strategi maritim adalah langkah cerdas untuk menjaga kedaulatan dengan cara yang lebih lembut namun tetap efektif.

Sebagai generasi yang tumbuh dalam era digital, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam memperjuangkan kedaulatan maritim di Laut China Selatan. Melalui seni dan budaya, pesan-pesan tentang pentingnya kedaulatan dapat disampaikan dengan cara yang lebih relevan dan menarik bagi mereka. Seni digital, film, musik, dan media sosial adalah saluran yang efektif untuk menggugah kesadaran dan membangun rasa kepemilikan terhadap wilayah maritim ini. Dengan memanfaatkan kreativitas dan teknologi, generasi muda dapat lebih mudah terlibat dan berpartisipasi aktif dalam diskusi dan aksi nyata terkait isu-isu kedaulatan. Pada akhirnya, pendekatan ini tidak hanya memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga wilayah perairan nasional, tetapi juga menumbuhkan semangat cinta tanah air yang lebih dalam di kalangan Gen Z. Dengan demikian, seni dan budaya berperan krusial dalam membentuk generasi yang sadar dan bertanggung jawab terhadap masa depan kedaulatan maritim Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun