Mohon tunggu...
Rizki Wardhana
Rizki Wardhana Mohon Tunggu... Content & Digital Activation -

Freelance Music Journo & Free Thinker | Semper Fidelis | Feel free to contact me rizwar17@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mata Najwa: Eksistensi dan Sumbangsih Najwa Shihab untuk Jurnalistik Indonesia

17 September 2015   14:06 Diperbarui: 17 September 2015   15:12 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat betul dalam benak, sosok Najwa Shihab pertama kali saya ketahui saat live report tragedi Tsunami Aceh pada Desember 2004 lalu. Ketika Najwa melaporkan peristiwa yang sangat miris tersebut di salah satu program berita di Metro TV dengan suara lirih serta tetesan air mata, kontan saya pun ikut terenyuh.

Beberapa tahun kemudian, Najwa dipercaya sebagai host talkshow in-house di Metro TV bernama Mata Najwa. Sebuah talkshow fenomenal yang mungkin di awal produksinya para crew tidak menyangka akan banyak lampu sorot dan kontroversi yang mewarnai di setiap tahunnya.

Fenty Effendy, seorang penulis senior berkesempatan mengemas perjalanan Najwa Shihab di Mata Najwa dalam sebuah buku berjudul Mantra Layar Kaca. Sebuah buku yang menjelaskan tentang sebuah talkshow yang tiba-tiba masuk dalam dinamika perpolitikan Indonesia, tentang seorang jurnalis perempuan yang liputan pertamanya di stasiun Gambir dan kini menjadi role-model bagi jurnalis-jurnalis lainnya dan tentang bagaimana melakukan wawancara dengan baik, membongkar segala jawaban misterius narasumber, mencari celah agar narasumber bercerita privasi dengan cara yang elegan tanpa melupakan etika jurnalistik.

Untuk pernyataan yang terakhir di paragraf sebelumnya, sejujurnya memang itu yang paling berkesan untuk saya pribadi selama melihat Najwa eksis di pertelevisian Indonesia. Najwa selalu punya puluhan trik jitu dalam menghadapi narasumber saat wawancara. Jika diibaratkan Najwa seolah menjadi ibu yang siap mendengarkan keluh kesah anak-anaknya, bertanya tanpa tendensi menghakimi namun lugas saat melemparkan pertanyaan sehingga tak heran jika beberapa narasumber sangat nyaman bercerita apapun kepada Najwa, apalagi di beberapa kesempatan kadang terselip haru, emosi bahkan tangis yang tak terbendung dari narasumber.

Kemampuan Najwa lainnya yakni dirinya selalu menjadi pendengar yang sangat baik dan menciptakan gestur penuh arti. Bisa dilihat dari gestur yang dirinya lakukan saat narasumber berbicara, terkadang Najwa tampak setengah merunduk dengan tangan diletakkan di dagu, alis di naik-turunkan hingga beberapa gestur yang jarang dilakukan oleh host­ talkshow lainnya.

Dalam Mantra Layar Kaca, Fenty merekam dengan baik beberapa moment-moment penting perjalanan Mata Najwa. Mulai dari proses kreatif pra produksi, eksekusi sehigga behind the scene dibalik setiap episodenya. Fenty membagi keseluruhan moment-moment berharga tersebut dalam tiga bab yakni Dunia Dalam Kotak Ajaib, Menuju Ketujuh dan Warna Mata Najwa.

Di buku ini pula, diceritakan kembali bagaimana antusias ribuan orang saat digelarnya Mata Najwa On Stage. Saya sendiri menjadi saksi bagaimana daya magis Mata Najwa saat digelar di beberapa kota di Indonesia. Saat saya menonton langsung di Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) IPB pada 27 September tahun lalu, sungguh pengalaman luar biasa, biasanya saya berdesak-desakan untuk menonton konser musik tapi kali ini saya berdesak-desakan untuk sebuah talkshow politik.

[caption caption="Mahasiswa Antri Untuk Menonton Matanajwa On Stage"][/caption]

Tak hanya itu, ambience selama talkshow pun begitu stabil, Najwa sebagai si empunya acara pintar menjaga ritme diskusi. Favorit saya adalah ketika Najwa selalu memberikan pertanyaan ‘balon’ atau sederhananya pertanyaan tambahan/pertanyaan lanjutan demi memperjelas jawaban narasumber, kemampuan ini tidak akan muncul jika Najwa tidak memiliki semacam ‘sixth sense’ yakni sudah memperkirakan jawaban narasumber. Sekilas style Najwa ini mengingatkan saya pada Rachel Anne Maddow, host The Rachel Maddow Show di MSNBC.

Mata Najwa sendiri kini sudah menjadi pilar penting untuk dinamika perpolitikan praktis di Indonesia. Saat tahun pemilu 2014 lalu, kredit tersendiri bagi Mata Najwa dan tim karena telah menunjukkan kelasnya karena tidak terpengaruh dengan posisi owner yang menjadi ketua umum partai dan anggota koalisi pendukung salah satu presiden atau tidak menganut filosofi ‘asal bapak senang', justru Mata Najwa memberikan edukasi politik yang begitu bagus di beberapa episodenya, contohnya di episode Jokowi atau Prabowo yang menampilkan masing-masing juru bicara kedua pihak yakni Anies Baswedan dan Mahfud MD serta mendatangkan empat politisi muda yang mengusung calonnya masing-masing kala itu yakni Fadli Zon dan Ahmad Yani di kubu Prabowo, sedangkan di kubu Jokowi terdapat Maruarar Sirait dan Adian Napitupulu.

Tak hanya berkutat dengan topik politik yang begitu berat, terkadang beberapa tokoh politik diundang untuk berbicara di luar pakemnya, semisal BJ Habibie mencurahkan kesedihannya setelah ditinggal sang istri, Hasri Ainun Habibie, dalam episode Separuh Jiwaku Pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun