Mohon tunggu...
Rizki Vonna
Rizki Vonna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik Sejarah

Pendidikan Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cut Nyak Dhien: Si Ratu Rimba dalam Perang Aceh

14 Oktober 2023   23:25 Diperbarui: 14 Oktober 2023   23:33 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

(Kemarahan, kemurkaan, dan caci maki yang diterima panglima laut).

Cut Nyak Dhien berkata : lebih baik aku mati di rimba ini daripada menyerah kepada cafe company (dengan suara keras dan murka). Walaupun demikian panglima laot dengan berat hati mengkhianati Cut Nyak Dien ia memutuskan untuk melapor kepada Belanda. Panglima laut mendatangi bivak Belanda dan berunding dengan Van veltman bahwa panglima laut bersedia menyerahkan Cut Nyak Dien dengan syarat Cut Nyak Dien harus dijaga layaknya seorang putri bangsawan, perundingan pun disepakati. 

Akhirnya panglima laut dan Van vuuren serta Van veltman mengarungi hutan belantara sampai beberapa hari, akhirnya pada 7 November 1905 Cut Nyak Dien ditemukan dengan keadaan yang begitu uzur, matanya rabun, berjalan pun harus ditandu oleh pengawalnya. Amarahnya begitu memuncak kepada panglima laut dan kafe kompeni. Caci maki, sumpah serapah dilontarkan cut nyak Dien kepada mereka. Van veltman memberikan rasa hormat kepada Cut Nyak Dhien, namun Cut Nyak Dhien merasa penghormatan yang tidak ada artinya ia merasa lebih baik mati daripada harus tunduk kepada Belanda. Sesuai kesepakatan Cut Nyak Dhien di bawa ke kutaraja dan di perlakukan layaknya seorang putri bangsawan dengan makanan, pakaian dan pelayanan yang baik. Simpati rakyat terus memuncak di dalam tahanan di Kutaradja, rakyat berganti-gantian menjenguknya. Hal ini menimbulkan kecemasan pemerintah Belanda sehingga pada tahun 1907 Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun