Mohon tunggu...
Rizki Utama
Rizki Utama Mohon Tunggu... Lainnya - Berbagi Lewat Tulisan

Business System dan Business Process Management Professional - Alumni MM FEB Universitas Indonesia dan Teknik Industri Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Money

Strategi Bersaing SpaceX -Space Exploration Technologies Corporation

16 Maret 2021   21:00 Diperbarui: 16 Maret 2021   21:06 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba kita lihat tweet dan berita dibawah

sumber: www.twitter.com
sumber: www.twitter.com

sumber: www.bbc.com
sumber: www.bbc.com

Bukan sekali itu saja SpaceX-nya Elon Musk yang didirikan tahun 2002, berhasil membuat sejarah dalam bisnis peluncuran luar angkasa (space launch). Pada bulan Desember 2013 SpaceX melakukan peluncuran pertamanya menggunakan roket Falcon 9 yang membawa satelit komunikasi ke Geostationary Transfer Orbit (GTO). 

Dengan biaya US$ 56,5 juta per peluncuran ke orbit rendah bumi (Low Earth Orbith- LEO). Falcon 9 menjadi yang termurah di industri peluncuran luar angkasa. Peristiwa itu langsung memberi tekanan besar kepada para pesaingnya yang telah lebih dulu bermain di industri tersebut, tak terkecuali Arianespace (Perancis) dan ULA - United Launch Alliance (Amerika - joint venture antara Boeing Defense dan Lockheed Martin Space, Defence & Security). Setelah itu, ditahun-tahun berikutnya, jumlah peluncuran roket SpaceX terus meningkat dan mendominasi pasar peluncuran komersial. 

sumber: wikipedia
sumber: wikipedia

sumber: wikipedia
sumber: wikipedia

Sejarah lain yang dibuat SpaceX adalah peluncuran Crew Dragon, pesawat luar angkasa berawak yang membawa 2 astronot NASA ke ISS (International Space Station) pada tanggal 30 May 2020. Peluncuran itu merupakan peluncuran pertama di dunia yang dilakukan oleh perusahaan swasta. Lalu, strategi bersaing apa yang dilakukan oleh SpaceX sehingga dalam waktu yang relatif cepat berhasil membuat berbagai terobosan yang cukup memberikan kejutan dan tekanan di industri peluncuran luar angkasa? Jawabannya, cost leadership atau cost advantage atau low-cost strategy.

Cost Advantage 

Perusahaan dengan strategi ini harus mampu menciptakan value yang lebih besar dibanding pesaingnya melalui produk atau jasa dengan harga atau biaya (cost - C) yang lebih rendah dengan manfaat (perceived benefit - B) yang sama atau mungkin lebih rendah asalkan selisih antara B - C (value created) lebih besar dibanding pesaing. Makin besar selisih antara manfaat yang dirasa dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut maka makin tinggi value produknya. Jika kita lihat tabel estimated payload cost per kg diatas, 3 alat peluncur termurah; Falcon 9, Falcon Heavy dan Starship adalah milik SpaceX. Maka tidaklah mengherankan sejak 2013 tren jumlah peluncuran SpaceX terus meningkat bahkan melampaui Ariane-nya Perancis yang sebelumnya mendominasi pasar peluncuran luar angkasa komersial. 

Apa yang dilakukan SpaceX?

Hal yang sangat jelas dan populer yang dilakukan SpaceX adalah penggunaan roket yang bisa dipakai ulang (reuseable). Tertulis jelas di www.SpaceX.com :

"Falcon 9 is the world's first orbital class reusable rocket. Reusability allows SpaceX to refly the most expensive parts of the rocket, which in turn drives down the cost of space access."

Inilah yang merubah peta persaingan dalam industri peluncuran luar angkasa, perubahan yang sangat radikal yang membuat pesaing mau tidak mau harus mengikutinya jika ingin tetap kompetitif.

sumber: www.SpaceX.com
sumber: www.SpaceX.com

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan tanggal 16 April 2020 di www.cnbc.com dengan judul "Elon Musk touts low cost to insure SpaceX rockets as edge over competitors" disebutkan biaya peluncuran roket Falcon 9 adalah US$ 62 juta, sementara jika menggunakan roket pesaing dengan kemampuan yang sama yaitu Ariane5 dari Arianespace atau AtlasV dari ULA biaya yang dikeluarkan mencapai US$ 165 juta.[4]

Berikutnya, lebih dari 70% komponen produknya dibuat dan dirakit sendiri oleh SpaceX menggunakan fasilitas produksi dan infrastuktur miliknya di Hawthorne, California. Mulai dari desain, pembuatan komponen, pengembangan software, perakitan subsystem, vehicle integration, vehicle testing, operasi peluncuran dan operasi orbit. Dengan cara ini SpaceX tidak tergantung kepada pihak lain dan rahasia teknologinya tetap terjaga. Model operasi vertical integration seperti ini menjadikannnya bisa menekan cost dan mempermudah pengawasan, bandingkan dengan pesaing utamanya, pemerintah Amerika, yang hanya menjadi system integrator dan operator peluncuran yang memiliki lebih dari 1.200 kontraktor dengan lokasi tersebar di berbagai tempat.[5]

Kemudian, hal selanjutnya yang dilakukan SpaceX adalah penggunaan strategi modular product design and parts comonality serta penerapan mass production yang dipopulerkan oleh Ford pada awal abad ke-20. Roket SpaceX, Falcon 9 menggunakan 9 mesin yang identik dan Falcon Heavy menggunakan 27 mesin yang sama. Lalu komponen pendorong yang digunakan pada Falcon 9 sama dengan yang digunakan pada Dragon, pesawat luar angkasa berawak milik SpaceX. Bandingkan dengan kendaraan peluncur luar angkasa lainnya yang umumnya menggunakan dua atau satu mesin yang berbeda (customize) untuk setiap jenis roketnya. Dengan memproduksi varian komponen yang sedikit dalam volume yang besar, SpaceX bisa mencapai skala ekonomis yang lebih baik dan tentunya harga yang lebih rendah.[5]

Karena penerapan konsep desain dan produksi tersebut diatas maka optimasi produksi melalui otomatisasi proses bisa dilakukan oleh SpaceX, hal ini belum pernah terjadi di industri peluncuran luar angkasa dimana merakit secara manual masih dilakukan. Inilah yang membuat leadtime produksi SpaceX jauh lebih cepat dan proses produksinya efisien.

Dari uraian diatas terlihat jelas, apa yang dilakukan oleh Elon Musk dan tim SpaceX-nya merupakan sesuatu yang radikal dan revolusioner di industri penerbangan luar angkasa. Biaya peluncuran ke luar angkasa turun sangat drastis. Visi Elon Musk menjadikan penerbangan luar angkasa menjadi "lebih terjangkau" berhasil sehingga sangat pantas jika ia disebut sebagai game changer seperti Steve Jobs dengan Apple-nya, Bill Gates dengan Microsoft-nya atau Jeff Bezos dengan Amazon-nya. Mereka semua adalah orang-orang yang visioner, kreatif dan tidak takut gagal. (RU)

Referensi:

  1. Economics of Strategy., Besanko, David et al., John Wiley & Sons, Inc. 3rd Edition, 2004.
  2. NASA Astronauts Launch from America in Historic Test Flight of SpaceX Crew Dragon
  3. Space launch market competition, 
  4. Elon Musk touts low cost to insure SpaceX rockets as edge over competitors,
  5. SpaceX -- Low cost access to space, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun