Sudah jadi tradisi masyarakat kuno menggunakan sulfur atau yang dikenal luas sebagai belerang sebagai obat anti parasit, anti bakteri bahkan juga digunakan sebagai anti virus.Â
Untuk menghilangkan gatal-gatal serta penyakit lainya Sulfur sudah terbukti manjur dan teruji klinis. Namun, apakah sulfur yang diyakini manjur tersebut, bisa membasmi virus corona?.
Meski membutuhkan rangkaian penelitian panjang, saya cukup meyakini sulfur bisa menjadi salah satu bahan baku untuk memerangi virus corona.
Dalam tradisi China kuno, penggunaan sulfur sebagai bahan obat-obatan sudah dikenal sejak abad ke 9 Mahesi. ketika para ahli kimia kekaisaran Tiongkok, mencoba membuat ramuan awet muda untuk sang Kaisar. Alhasil, ternyata para ahli kimia tersebut malah menemukan kegunaan lain dari sulfur. Belerang yang dicampur dengan kalium nitrat dan arang ini ternyata mencatatkan sejarah baru bagi dunia. para ahli kimia ini menjadikan campuran ini menjadi serbuk hitam yang menjadi bahan peledak yang dikenal saat ini sebagai bubuk mesiu.
Sampai saat ini, keampuhan sulfur atau belerang memang terus diuji. Bahkan secara klinis, tubuh manusia memerlukan sulfur untuk pembentukan insulin di dalam tubuh.
Selain itu, penggunaan sebagai suplemen luar tubuh sulfur juga bisa memperbaiki jaringan kulit, peredaran darah, kepadataan tulang dan fungsi syaraf. Dimana sulfur bekerja menyerap racun tubuh dan mengeluarkanya.
Tanpa menkonsumsi sulfur sebagai suplemen tambahan, mineral ini diperoleh tubuh dari berbagai sayur, buah dan telur. Namun, dalam proses pemasakan kandungan sulfur dalam sayuran, buah dan telur akan mengurai serta berkurang. Untuk tidak menghilangkan kandunganya, sehingga sebaiknya menkonsumsi sayur secara mentah agar kandunganya tetap utuh.
Dari hasil riset berbagai pakar bahwa manusia juga bisa mendapat manfaat dari sulfur yang dikonsumsi sebagai suplemen dengan kadar 200 - 1500 mg per harinya. Yang bisa diperoleh dari mineral alam atau diekstraksi dari buah dan sayur. Namun, ketika kadar sulfur juga cukup tinggi maka dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi alergi serta keracunan. Tentunya tidak terhadap sulfur hasil proses ekstraksi buah dan sayur serta telur.
Sebagai rujukan, Tiongkok saat ini menyatakan diri sebagai negara yang telah bebas dari pusat pandemi corona. Dan Tiongkok pula telah menggunakan sulfur sebagai bahan onat-obatan sejak ribuan tahun silam.
Berbagai kabar yang diperoleh, bahwa dalam pengobatan pasien corona Tiongkok juga menggabungkan pengobatan modern dengan obat-obat herbal kuno mereka. Sehingga, sudah selayaknya mineral sulfur juga diteliti sebagai bahan baku pembuatan obat anti virus Covid 19.Â
Memang diyakini, jika mineral ini benar-benar bisa menyembuhkan, tetap harus dibutuhkan rangkaian penelitian yang panjang. Tapi meski demikian, harus digaris bawahi bahwa penelitian penggunaan sulfur sebagai bahan obat-obatan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Tentunya, literatur yang ada, bisa menjadi rujukan untuk mempersingkat hasil penelitian demi kemaslahatan umat manusia.
Saya juga pernah mengujikan penggunaan sulfur terhadap manusia, yakni kepada diri saya sendiri. Ketika saya terserang batuk dan flu yang tidak reda dalam waktu 3 pekan. Saya lantas mencoba sulfur sebagai suplemen, seketika batuk dan flu tersebut mulai berkurang.
Sehingga saya meyakini yang maha kuasa telah menghadiahi manusia mineral sulfur dengan segala manfaatnya sebagai kemaslahatan umat manusia.
Salam Kemanusiaan.
Rizki Wardhana Siregar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H