Sejarah kerap kali dilupakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Padahal, presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pernah berpesan untuk jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau biasa disingkat sebagai Jasmerah, yang menjadi bagian dari pidato politiknya pada 17 Agustus 1966.Â
Sejarah memang menjadi penunjuk bagi generasi berikutnya untuk terus belajar dan tidak mengulangi kesalahan di masa lalu. Pentingnya sejarah memang tidak perlu diragukan kembali, namun, di masa hari ini yang lebih penting ialah memasyarakat sejarah, utamanya tentang pentingnya kegunaan sejarah, dan bagaimana kegunaan sejarah mampu menjadi menguntungkan secara ekonomi.
Hal ini yang kemudian menjadi perhatian bagi pemerintah Kabupaten Berau. Dalam acara hari jadi ke 108 tahun Teluk Bayur, Bupati Berau H. Muharram menekankan pada pentingnya sejarah kota tua Teluk Bayur.Â
Teluk Bayur sendiri memiliki memori tentang masuknya pertambangan batu bara di Berau. Selain itu, untuk menarik wisatawan ke Teluk Bayur, pemerintah Kabupaten Berau mengusahakan renovasi bagi beberapa bangunan tua peninggalan Belanda, dan kerja sama pengembalian dokumen-dokumen dan naskah-naskah kuno penting yang terkait dengan sejarah Teluk Bayur ke Kedutaan Besar Belanda.Â
Upaya Bupati Berau dalam mengembangkan wisata berbasis sejarah tentu harus didukung. Karena, tak hanya mampu memasyarakatkan sejarah dan mengedukasi publik tentang sejarah suatu daerah, namun pariwisata berbasis sejarah juga mampu menciptakan peluang ekonomi baru.Â
Harapannya tentu berbagai upaya tersebut mendapatkan kemudahan, dan Teluk Bayur mampu menarik banyak wisatawan, yang berimbas pada semakin majunya perekonomian warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H