Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Saputra
Muhammad Rizki Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Jika dalam hidup hanya ada satu pilihan maka saya akan mengambilnya.

Saya adalah orang yang senang mendengar pengalaman orang lain ketika orang itu mau membagikannya kepada saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Agro Estate Dapat Menjadi Tumpuan Pangan Nasional?

29 April 2021   00:17 Diperbarui: 29 April 2021   00:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanian merupakan salah satu sektor penting untuk sebuah ngara.  Oleh karena itu tak heran Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Khususnya pada komoditas pertanian, sektor ini memiliki peranan penting pada suatu negara dimana tujuannya selain memenuhi kebutuhan pangan juga menstabilkan perekonomian suatu negara. Sudah puluhan tahun Indonesia memiliki beberapa komoditas pertanian unggulan yang sudah dikenal di mata dunia diantaranya karet, kapas, kelapa sawit, kopi, tembakau dan masih banyak lainnya. 

Oleh karena itu sejak orde baru sudah ada program yang dikhususkan untuk mengembangkan sektor pertanian. Pembangunan lima tahun atau yang biasa disebut Pelita pada era soeharto mengatur tentang program pengembangan pada sektor pertanian. Pada saat itu beberapa komoditas pertanian di Indonesia mencatatkan titik tertinggi ekspor pada sektor pertanian.

Namun sekarang yang menjadi permasalahan adalah jumlah lahan pertanian di Indonesia makin tahun makin berkurang. Hal ini juga mempengaruhi hasil pertanian beberapa komoditas di Indonesia yang hasil panennya bahkan berkurang dibanding pada era orde baru. Oleh karena itu pada saat ini menjadi tantangan pemerintah dan kita bersama untuk mengolah pertanian di Indonesia menjadi lebih baik lagi. 

Presiden Joko Widodo dibatu Kementerian Pertanian mengusungkan konsep pengelompokan lahan pertanian untuk jenis tanaman tertentu. Hal ini dimaksudkan agar beberapa jenis komoditas bisa tetap terjaga akan kekonsistenanya dalam panen yang dihasilkan. Program tersebut dinamakan Agro Estate, jika kita sebagai orang awam sering mendengar Real Estate. 

Sebenarnya tidak ada perubahan yang signifikan terhadap Agro Estate dengan Real Estate dimana didalmnya terdapat manajemen dan sistem dalam melakukan kegiatan di dalamnya. Yang membedakan hanyalah kegiatan yang diatur didalamnya jika Real Estate didalmnya mengatur tentang Properti, sedangkan Agro Estate yang diatur merupakan Pertanian.

Turunan program dari Agro Estate adalah Food Estate dimana pengelompokan lahan pertanian yang jenis atau komoditasnya itu lebih kepada pangan. Mengingat nilai impor beras kita tinggi bukan hanya sebtaas menstabilkan harga di pasaran, namun juga memiliki tujuan sebagai ketahanan pangan akan suatu peristiwa yang tidak diduga-duga seperti bencana alam. Jika terjadi bencana alam negara tidak perlu bingung karena cadangan panga yang ada di negaraya sudah cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan negaranya. Oleh karena itu profram Food Estate di inisiasi oleh Presiden Joko Widodo dan juga Kementerian Pertanian. 

Program ini mengelompokan lahan pertanian berdasarkan jenis taaman atau komoditasnya apa saja. Pada program ini terdapat dua pihak yang membantu petani, pertama dinas atau kementerian itu sendiri baik dari penyediaan bibit yang baik, pupuk yang bagus hingga penyuluhan ke para petani tentang cara bertani yang baik dan juga mengikuti teknologi. Kedua ialah swasta dimana pihak swasta juga sama membantu petani dalam memenuhi kegiatan pertanian seperti penyediaan alat untuk memudahkan kegiatan pertanian hingga proses pendistribusian yang jauh lebih baik karena telah terstruktur dengan jelas.

Salah satu porgam Food Estate yang baru saja dilakukan berada di Provinsi NTT dimana para petani dibantu oleh pemerintah dan juga swasta dalam mengelola kegiata pertanian disana. Hasilnya tingkat panen jauh lebih tinggi dan juga usia tanam jauh lebih sedikit dibanding pertanian konvensional sebelumnya. Mengingat kontur di NTT yang berbeda dengan yang ada di Jawa oleh karena itu pemilihan jenis atau komoditas juga perlu dipertimbangkan agar hasil yag diahrapkan sesuai. 

Salah satu contoh adalah jika masyarakat Jawa untuk memenuhi Karbohidrat dengan memakan nasi, berbeda dengan masyarakat yang ada di NTT yang mengkonsumsi Sorgum sebagai penyedia Karbohidratnya. Sorgum ini juga merupakan salah satu contoh komoitas yang dikembangkan lewat program Food Estate. Oleh karena itu sudah banyak program yang berhasil diterapkan di beberapa daerah lain di Indonesia. Sehingga tak heran jika beberapa tahun ke depan jika seluruh wilayah di Indonesia sudah terintegrasi dengan baik lewa progam Agro Estate. Tidak dipungkiri jika program ini menjawab akan ketahanan pangan nasional Indonesia, dan selain itu juga dapat dtingkatkan untuk mengekspor komoditas keluar sehingga menambah pendapatan ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun