Mohon tunggu...
Rizki Ramadhani
Rizki Ramadhani Mohon Tunggu... -

I enjoy design, art, writing, photograph, and other colorful activities.\r\n\r\nSee my blog at http://redgalery.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Batik, Sejarah, dan Perkembangannya

6 Januari 2012   23:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 3300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161866" align="aligncenter" width="394" caption="Foto: Rizki Ramadhani, Lokasi: Pengrajin Batik Bali"][/caption] Siapa yang tidak mengenal batik? Paling tidak rata-rata penduduk Indonesia memiliki minimal satu potong baju batik, apalagi saat ini sudah diterapkan satu hari wajib memakai batik, baik itu di perusahaan swasta atau pegawai negeri. Bisa dikatakan batik adalah bagian dari kehidupan penduduk Indonesia. Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Dalam hal ini UNESCO telah menganugerahkan penghargaan bahwa batik Indonesia adalah bagian dari budaya asli Indonesia. Kata batik itu sendiri dapat diartikan sebagai kain atau bahan yang digunakan untuk kebutuhan sandang. Batik berasal dari bahasa Jawa yang dalam ejaan bahasa asing, tetap ditulis batik. Kata batik ini telah tersimpan dalam Encyclopædia Britannica dalam bahasa Inggris sejak tahun 1880, dengan ejaan battik, ditemukan sejak masa kolonial Belanda di Indonesia, dan berasal dari kata mbatek, mbatik, batek, dan batik. Dalam sejarahnya, batik tradisional Indonesia berasala dari tanah Jawa, dan dikenal dengan sebutan batik tulis. Batik tulis ini diproduksi melalui proses pengerjaan tradisional menggunakan tehnik wax-resist dyeing technique (proses pembuatan pola gambar atau lukisan pada kain dengan lilin, proses pencelupan warna serta pengeringan). Walaupun dalam sejarah tercatat bahwa batik berasal dari kebudayaan tanah Jawa, dengan tradisional batik tulisnya, namun pada kenyataannya saat ini telah tumbuh beragam produsen batik di luar tanah Jawa. Dalam proses pengerjaan batik tulis ini, dapat dikatakan keseluruhannya menggunakan energi manusia. Seperti saat saya dan ibu saya mengunjungi salah satu tempat produsen batik di Bali (November 2009), saat itu saya sedang menjadi turis lokal bersama ibu saya. Di teras depan toko yang menjual batik tersebut, digelar sebuah presentasi tata cara pembuatan batik tulis (lihat foto). [caption id="attachment_161868" align="alignright" width="300" caption="Foto: Rizki Ramadhani, Lokasi: Pengrajin Batik Bali"]

13258913391466260598
13258913391466260598
[/caption] Rupanya proses pembuatan batik tulis ini telah dijadikan aset untuk menarik para wisatawan. Baik itu proses penenunan kain sebelum digambar, dilukis atau dibuat motif. Penenunan kain ini masih menggunakan alat tenun tradisional, menggunakan tenaga manusia. Mulai dari menyatukan benang dengan menggunakan tangan untuk menggerak-gerakan gelondongan kayu, dan dibantu dengan ayunan kaki pada alat penggerak alat penenun yang terletak di bagian bawah. Sampai proses menggambar atau melukis dengan canting (alat yang digunakan untuk melukis batik) dan malam (lilin yang digunakan untuk melukis dan pewarnaan batik). Pola batik di Bali ini tentu saja berbeda dengan batik di Jawa. Batik di Jawa, khususnya batik tradisional Yogyakarta dan Surakarta, banyak menggunakan motif yang berakar dari konsep tradisional budaya Jawa (alam semesta), dengan warna-warna tradisionalnya yaitu indigo, coklat tua, dan putih, yang merepresentasikan 3 dewa dalam agama Hindu (Brahma, Visnu, dan Siva). Untuk beberapa motif tradisionalnya, sesuai dengan budaya turun-menurun di Yogyakarta dan Surakarta, hanya dapat dikenakan pada saat acara tradisional tertentu. [caption id="attachment_161870" align="alignleft" width="300" caption="Foto: Rizki Ramadhani, Lokasi: Pengrajin Batik Bali"]
1325891466747975747
1325891466747975747
[/caption] Dalam perkembangannya, di daerah lain di Indonesia, batik memiliki motif unik tersendiri dengan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka, seperti bunga, alam, satwa, gambar orang yang bercirikan daerah tersebut, atau gambar manusia dan dongeng yang berasal dari daerah tersebut. Pantas saja saya banyak melihat motif barong saat berada di pengrajin batik di Bali. Sedangkan warna-warni batik pesisir, di daerah Jawa bagian utara, lebih merupakan campuran dari budaya Jawa, Arab, China, dan Belanda. Di era modernisasi ini, batik telah berkembang menjadi sebuah industri, batik tradisional bersaing di pasar global dengan batik modern, yang mengembangkan teknik pembuatan batik cap dan batik print. Seirama dengan perkembangan budaya, proses pembuatan batik ini lebih modern, pembuatannya tidak menggunakan tehnik tradisional canting dan malam seperti batik tulis. (Rizki Ramadhani) sumber : "Ms Melody Canvas Journey" sumber lainnya: Batik - Wikipedia, the free encyclopedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun