“Ini adalah cerita seekor kupu-kupu yang sedang menghisap madu, pada setangkai mawar putih.”
Hari itu mentari seakan tersenyum malu. Seketika terlintas dalam benak kupu-kupu akan lirik sedih. Bertanyalah kupu-kupu," Apakah kau pernah merasakan sedih?"
Mawar putih tak mengerti arti pertanyaan kupu-kupu, "Apakah maduku membuat kau merasa sedih?"
Menggelenglah kepala kupu-kupu.
"Apakah bentukku yang tak nyaman membuat kau sedih?"
Menggelenglah lagi kupu-kupu.
"Apakah warnaku yang pucat membuat kau sedih?"
Dengan tak sabar kupu-kupu berkata tanpa malu, "Madumu tak membuatku sedih, Bentukmu pun tak membuat sedih hatiku, Apalagi warna pucatmu yang putih,"
"Tak ada bagian dirimu yang mengusik gundahku." Seketika tertawalah mawar putih.
"Mengapa kau tertawakan aku?" Kesal kupu-kupu merasa diejek oleh mawar putih.
"Jangan marah wahai kupu-kupu, Aku mengerti akan arti sedih, Jawab mawar putih dengan malu, Aku mengerti juga akan arti kasih. Itu kan arti sedih mu?" Terucaplah pernyataan tanya dari mawar putih.
Tersipu malu kupu-kupu mendengar hal itu. Mengangguklah kupu-kupu dengan lirih.
"Tak seharusnya kau pertanyakan padaku, Dengan bijaksana berkatalah mawar putih, Tanyakanlah pada hatimu, Tak ada yang sempurna dari sebuah kasih, Tak akan ada canda tanpa sedihmu,"
"Tak akan manis kasih tanpa setetes sedih, Kepakanlah sayap mengikuti tawa di hatimu, Angin kan membantu meniup rasa sedih."
Kupu-kupu pun terbang menjelang waktu,
Tak lupa berucap kasih pada mawar putih.
(Rizki Ramadhani/"Ms Melody Canvas")
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H