Mohon tunggu...
Rizki Rahmawati
Rizki Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Hobi menulis dan bercerita tentang rasa juga hal yang dialami. ingin membagikan rasa ke banyak insan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ayah Sebenarnya Sayang atau Tidak?

1 November 2022   21:15 Diperbarui: 1 November 2022   21:23 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      

Ayah, mendengar satu kata itu seketika memunculkan banyak hal dan rasa yang akan terlintas oleh setiap pribadi. Tapi dari banyaknya yang terlintas sebenarnya kisah apa yang pas untuk diceritakan?. Apakah kisah itu sedih atau gembira?.

Bahkan dari semua kisah itu kita akan menemukan satu kisah yang selalu membuat kita berprasangka dan menilai ayah dari satu sisi. Seorang ayah pada akhirnya selalu berdampingan dengan penilaian sepihak dari anak. Tapi, mungkin akan berbeda halnya jika sisi seorang ayah seluruhnya diketahui dan dipahami oleh anaknya.

Entah pertanggungjawabannya atau pengorbanannya yang minim terlihat. Intinya sisi lain dari seorang ayah membuat kita selalu bertanya-tanya “Ayah Sebenarnya Sayang atau Tidak?”.

Ayah adalah seorang imam, pemimpin, ketua, dan pedoman dalam keluarga. Setiap ayah mempunyai tanggung jawab besar untuk membuat suatu keluarga dapat berjalan sesuai norma di masyarakat maupun agama yang dianutnya. 

Dia akan bertugas sebagai benteng sampai menjadi sepatu untuk anak dan istrinya. Tapi ibarat langit yang mendung atau berkabut, seperti itulah hampir kebanyakan setiap ayah berotasi. 

Aksinya tak terlihat dan dia selalu ingin semua yang ada di keluargnya bisa hidup dengan enak meskipun kadang dia akan berada di belakang untuk memberikan dorongan, kadang di tengah untuk memberikan pelukan, tapi ada saatnya dia berdiri di depan untuk memimpin jalan yang sulit dilewati oleh orang terkasihnya.

Mungkin, sebagai seorang anak kita akan selalu berpihak pada hal yang kita lihat menguntungkan ataupun baik untuk kita, seperti itulah hal yang kita lihat dari seorang ibu, ibu yang selalu ada di samping kita menjadi pendengar dan penolong. Ibu kita nilai sebagai dewi pahlawan saat kita lahir sampai seterusnya, namun gelar dewa pahlawan bahkan hanya dimiliki oleh bebapa ayah.

Tak semua ayah beruntung mendapatkan gelar yang hebat dari anaknya. Tapi, apakah kita pernah mendengar keluhannya?. Mungkin jawabnnya hanya satu, jawaban adalah tidak. Dia benar-benar diam sampai bisa dibilang sukses menyimpan keluhannya sendiri, dia bahkan tak rela berbagi hal yang kotor untuk anak dan istrinya. 

Tempat berserahnya hanya pada dirinya. Dia menyimpan semuanya dengan perlakuan yang bahkan kita anggap tidak penting untuk kita.

Dari saat dia memutuskan untuk menikah maka saat itu semua hal yang dia rasa penting untuk dirinya tidak dia pentingkan lagi. Saat dia memutuskan untuk menyambut kelahiran anaknya maka saat itu juga semua hal yang membuat dia bahagia adalah menyaksikan anaknya bisa tidur dengan lelap tanpa menangis di malam hari. 

Melihat anaknya bertumbuh adalah hal istimewa baginya. Tapi hal istimewa itu berubah menjadi ketakukan, dia takut anaknya akan bertambah dewasa dan dia belum mampu untuk melakukan hal lebih untuk anaknya. 

Padahal dari awal pun dia sudah melakukan hal di luar batasannya sebagai seorang manusia ataupun seorang ayah. Ayah rela tidak dilihat, karena dia ingin selalu menjadikan istrinya sebagai ibu yang hebat, ayah rela dibenci karena itu mungkin kado yang harus dia terima saat ingin melindungi anak tercintanya.

Banyak sisi misterius dari seorang ayah, yang tidak akan kita tahu saat kita belum menjadi sepertinya. Pandangan sisi itu kita yang ciptakan, mungkin untuk bisa menerima sisi lain kita perlu berdamai dengan diri sendiri dan mulai belajar untuk bisa melihat sisi baik dari ayah. 

Semua sisi itu akan membuat kita sadar mungkin tanpa kehadirannya kita akan tenggelam di lautan, saat itu ibu akan terjun ke dalam laut tanpa memikirkan apakah dirinya mampu menyelam sedalam itu, tapi ayah akan mendorong perahu dan menyeretnya sampai perahu itu bisa mengangkut anak dan istrinya, meskipun dia bahkan sulit untuk mengangkut tubuh ringkihnya di tengah lautan. 

Pada akhirnya definisi ayah di mata setiap orang pasti akan berbeda. Bagaimana cara kita melihat prespektif dalam dirinya itu hal yang membedakan. Sebesar apapun daya tolak dia akan tetap ada dan siap sedia di sisi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun