Mohon tunggu...
Putra
Putra Mohon Tunggu... Freelancer - UX Designer

Seorang UX Designer namun suka nulis banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kasus Kekerasan di STIP, Penutupan Sekolah Kedinasan Bukan Solusi, Moratorium Bisa Jadi Solusi

13 Mei 2024   11:11 Diperbarui: 13 Mei 2024   11:31 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana - Seorang taruna dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Putu Satria Ananta Rastika (19), kehilangan nyawanya setelah dianiaya oleh seniornya, Jumat (3/5/2024). Kapan kekerasan yang diwariskan di sekolah kedinasan ini akan berakhir?

Putu dan empat temannya tertangkap oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), mengenakan pakaian olahraga di kelas, yang dianggap sebagai pelanggaran. Sebagai bentuk pendisiplinan, Tegar memanggil Putu dan teman-temannya ke kamar mandi, di mana dia memukul ulu hati Putu lima kali hingga korban terjatuh.

Tegar mencoba menarik lidah Putu untuk memberikan pertolongan, namun hal itu justru mengakibatkan Putu meninggal karena kekurangan oksigen akibat terhalangnya saluran pernapasan saat lidahnya ditarik oleh Tegar.

Sehari setelah kejadian, penyidik Polres Metro Jakarta Utara menetapkan Tegar sebagai tersangka. Kapolres Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan, menyatakan bahwa Tegar adalah tersangka tunggal dalam kasus ini dan didakwa berdasarkan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara.

"Karena yang memukul hanya dia. Yang lainnya tidak terlibat dalam kejadian di ruangan tersebut," ujar Gidion.

Menjadi Kebiasaan

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menyatakan bahwa kasus meninggalnya Putu memperpanjang daftar arogansi senior terhadap junior di institusi pendidikan.

"Hal ini perlahan menjadi kebiasaan. Ini menciptakan sistem yang buruk, sebuah ekosistem yang merusak, hingga mempengaruhi pola pikir," kata Ubaid.

Dia juga mengungkapkan bahwa kekerasan senior terhadap junior terus berulang karena adanya pembiaran dalam lingkungan pendidikan.

"Ada pembiaran yang terjadi. Kejadian seperti ini tidak mungkin luput dari pengamatan siapa pun. Selidiki para korban, lakukan investigasi, pasti ini sudah diketahui," tambah Ubaid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun