Mohon tunggu...
Rizki Putria Rahayu
Rizki Putria Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Pecinta Alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keserasian Pernikahan Berdasarkan Perhitungan Jawa

10 Desember 2023   11:43 Diperbarui: 10 Desember 2023   11:48 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pelaksanaan Wawancara 

     Hari/Tanggal : Sabtu, 29 April 2023 

     Waktu : 10.00--11.00 WIB 

     Tempat : Rumah Mbah Suloko 

B. Biodata Narasumber 

     Nama : Mbah Suloko 

     Jenis Kelamin : Laki-laki 

     Pendidikan : SD 

     Pekerjaan : Petani 

     Usia : 67 

     Alamat : Dk. Pengkol, Ds. Kawengan, Kec. Jepon, Kab. Blora 

C. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

  • Pertanyaan: Kalau di Jawa itu kan sebelum menikah terdapat beberapa aturan yang harus dipenuhi ya mbah, salah satunya             adalah terdapat hitungan-hitungan khusus. Nah, untuk tatacara pelaksanaan hitungan itu bagaimana Mbah? 
  • Jawaban: Hitungan yang bagaimana nduk?, hitungan tahun to?, seperti rojiji, parluji itu apa bukan?. Kalau rojiji itu suro siji siji.     Untuk tahun sekarang yang digunakan rojiji ini. Sedangkan parluji itu sapar telu siji. Hitungan yang ini rumit, kalau saya jelaskan lebih dalam nanti kamu bingung. Hitungan ini digunakan untuk mencari hari yang baik untuk melaksanakan pernikahan.
  • Pertanyaan: Kalau hitungan yang weton itu bagaimana Mbah? 
  • Jawaban: Oalah seperti senin pon, kamis wage ituto? 
  • Pertanyaan: Iya Mbah. Nah seperti itu kan ada hitungannya kalau senin berapa pon berapa gitu kan Mbah? 
  • Jawaban: Iya nduk memang ada sendiri-sendiri, itu namanya jarak. Minggu 5, senin 4, selasa 3, rabu 7 , kamis 8, jumat 6, sabtu 9. Sedangkan yang pasaran, legi 5, pahing 9, pon 7, wage 4, kliwon 8. Berarti kalau wetonnya senin pon jarak-nya 11. 
  • Pertanyaan: Kok bisa dapat hitungan kalau minggu 5, senin 4, dst. Itu dari mana asalnya Mbah? 
  • Jawaban: Ya dari nenek moyang dahulu, saya juga tidak tau. Waktu saya diajari dulu ya sudah langsung ada seperti itu. 
  • Pertanyaan: Untuk pasangan yang serasi itu jumlah jaraknya biasanya berapa Mbah?
    Jawaban: Biasanya yang ganjil seperti 23, 27 itu. Tapi kalau 25 tidak. Tapi ya tidak hanya itu. Masih ada banyak lagi. 
  • Pertanyaan: Berarti kalau seandainya jumlah jarak kedua calon pengantin 25, apakah sudah dinyatakan tidak berjodoh Mbah? 
  • Jawaban: Ya tidak juga. Saudara saya juga ada yang seperti itu. Dalam hitungan jawa mereka dinyatakan tidak berjodoh, tetapi ya bagaimana lagi kalau anak zaman sekarang sudah saling cinta ya mereka tidak akan bisa dipisahkan. Sampai sekarang juga rumah tangga mereka baik-baik saja alhamdulillah. 
  • Pertanyaan: Nah seperti itu apakah ada hal-hal khusus yang harus dilakukan untuk menerjangnya Mbah? 
  • Jawaban: Tidak ada. Tapi kalau orang zaman dulu memang benar-benar tidak berani untuk menerjang hitungan jawa. 
  • Pertanyaan: Njenengan dulu belajar seperti ini dari siapa Mbah? 
  • Jawaban: Dari mertua saya, Mbah Tarman. Seperti ini turun-temurun. Mbah Tarman dari mbah-nya lalu Mbah Tarman menyalurkan ilmunya itu ke saya. 
  • Pertanyaan: Ya sudah Mbah terimaksih sudah bersedia menyalurkan sedikit ilmunya kepada saya sekaligus membantu untuk memenuhi tugas kuliah saya. 
  • Jawaban: Iya nduk sama-sama. Sebenarnya masih banyak lagi aturan jawa mengenai penikahan. Nanti kalau saya jelaskan semua tidak akan selesai-selesai. Tetapi yang paling pentingdan harus di ingat adalah"jodoh itu di tangan Allah".Yang seperti saya jelaskan tadi adalah bentuk ikhtiyar seorang makhuk, karena makhluk tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Belum tentu semua hitungan tersebut benar, tetapi kebetulan banyak yang benar. 

D. Kesimpulan 

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasanya alasan atau landasan orang jawa melakukan hitungan-hitungan sebelum dilaksanakannya acara pernikahan adalah sebagai ajang ikhtiyar atau sebuah usaha seorang makhluk. Karena salah satu kewajiban seorang makhluk adalah berikhtiyar untuk mendapatkan jalan yang lebih baik. Tradisi tersebut juga tidak bertentangan dengan tauhid, karena didalam pelaksanaannya tidak ada kegiatan yang mengandung unsur untuk menyekutukan Allah. 

Semua murni dari pengetahuan manusia itu sendiri. Dan setelah melakukan perhitungan, mereka tetap bertawakkal. Mereka tidak merasa bahwa mereka akan bisa mengetahui takdir yang akan terjadi, tetapi mereka tetap menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Dalam tradisi perhitungan pernikahan tersebut juga terdapat unsur tasawufnya, yaitu menghormati warisan leluhur dan melestarikan budaya. Seperti yang sudah dikatakan Mbah Suloko dalam sesi wawancara yaitu beliau dapat mengetahui semuanya dari mbah-mbahnya. Dan semua itu dipelajari secara turun-temurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun