Mohon tunggu...
Rizki Nur Rahmi
Rizki Nur Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Hallo aku Rahmi asal Purbalingga, saat ini sedang menempuh studi program sarjana di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya jurusan Gizi. Hobiku scroll IG dan nonton youtube dengan konten seputar kuliner, olahraga (terutama badminton dan workout) serta konten kesehatan dan kecantikan. Kalau mau kenal lebih lanjut, bisa kepoin IGku di @rnrahmiii_ Have a nice day semuanyaa👌

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati-hati Emotional Eating Pemicu Obesitas!

6 November 2022   14:16 Diperbarui: 7 November 2022   06:09 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emotional eating adalah cara makan ketika kita menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi emosi, bukan makan karena lapar. Emotional eating ini sering terjadi terutama bagi para remaja yang sering mengalami naik turun emosi. 

Emotional eating biasanya dihubungkan dengan perasaan negatif, seperti saat sedang merasa kesepian, sedih, gelisah, takut, marah, bosan, atau stress. Emosi ini biasanya menyebabkan makan lebih banyak tanpa berpikir makanan apa saja dan sudah berapa banyak yang dimakan. Jika hal ini dilakukan secara terus-menerus, tidak menutup kemungkinan emotional eating dapat memengaruhi berat badan sampai berdampak pada kondisi kesehatan tubuh kita.

Akibat utama yang timbul karena emotional eating ini adalah kegemukan. Bagaimana hal itu bisa terjadi? 

Pada saat kita marah atau stress, itu akan memicu hormon adrenalin dan kemudian tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol yang kemudian secara tidak langsung memicu kita untuk makan lebih banyak. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah hormon kortisol ini bekerja menghambat pencernaan dan mengubah gula darah menjadi lemak. Lemak yang menumpuk dalam tubuh dan tidak diimbangi dengan olahraga yang cukup lama-lama akan memicu obesitas dan meningkatkan risiko penyakit lain yang lebih berbahaya, seperti hipertensi, jantung, diabetes, dan masih banyak lagi. 

Selain kegemukan, akibat lain yang mungkin timbul karena emotional eating ini khususnya bagi wanita adalah ketidaksuburan. Hal ini dikarenakan biasanya makanan yang dimakan saat emotional eating adalah jenis junkfood atau makanan cepat saji. 

Lemak jenuh yang terdapat pada junkfood dapat mempengaruhi ovulasi yaitu mengganggu proses pelepasan sel telur dan juga mengakibatkan keseimbangan hormon di dalam tubuh terganggu atau sering disebut PCOS. 

Untuk teman-teman yang biasanya melakukan emosional eating ketika stress, berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan diri tanpa melakukan emotional eating. 

1. Meditasi, meditasi adalah salah satu bentuk latihan untuk memusatkan dan menjernihkan pikiran, sehingga Anda bisa merasa lebih tenang. Dengan meditasi ini kita bisa lebih mengontrol emosi kita dan memanajemen stress. 

2. Curhat, tidak diragukan lagi curhat atau bercerita kepada orang terdekat adalah obat stress yang paling ampuh. Dengan menyampaikan isi kepala kita kepada orang yang kita percaya itu akan mengurangi pikiran negatif dalam diri kita dan pastinya akan membuat kita merasa lebih plong

3. Olahraga, salah satu manfaat olahraga yaitu mengurangi stress. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan rutin berhubungan dengan penurunan aktivitas saraf simpatik dan hypothalamic-pituitary-adrenal dimana saraf simpatik dan hyphothalamic-pituitary-adrenal adalah sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk merespon stress dan menimbulkan perubahan fungsi tubuh akibat stress.

Nah, itu dia penyebab dan juga cara mengendalikan stress tanpa emotional eating. Ingat selalu untuk tidak menjadikan makanan sebagai pelarian, karena apa yang kita makan saat ini akan mempengaruhi bagaimana kondisi kita di masa depan. 

Jangan lupa selalu jaga kesehatan ya guys! See you

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun