Disclaimer : Sekedar uneg-uneg pribadi saya
                                                                   sumber : kompas.com
             Salah satu bahan pangan berbahan dasar kedelai yang populer adalah tahu (tofu). Dikutip dari Sejarah Tahu Masuk Indonesia, Hingga Jadi Lauk Terpopuler Setelah Tempe dokumen yang mencatat tahu pertama kali, sekitar 164 tahun sebelum masehi ditulis oleh Li Shihen dari Dinasti Ming. Makanan yang ditemukan pertama kali di daratan China ini memang populer di hampir semua negara di dunia, bahkan kanal youtube taste show secara khusus membuat tayangan khusus tentang memasak tahu. Tahu menjadi pilihan yang umum bagi masyarakat Indonesia, selain murah tahu juga mudah dibuat menjadi berbagi jenis makanan dan rasanya nikmat.Â
             Mirip dengan tahu, bahan pangan lain dari kedelai yang tak kalah bergizi adalah tempe. Ya, tempe adalah makanan asli bangsa Indonesia yang menjadi sumber konsumsi protein. Makanan berbahan dasar kedelai ini memang merakyat, khususnya masyarakat Indonesia. Adakah ahli bahasa yang telah menerjemahkan tempe kedalam bahasa lain (Inggris misal)? Sampai saat ini saya rasa namanya ya tetap tempe di semua negara. Produk inovasi pangan asli bangsa kita, yang untuk saya pribadi adalah penemuan membanggakan.
             Bagaimana tidak? dilansir dari laman twitter BBC Indonesia, seorang pengusaha  tempe kelahiran Grobogan yang menjual tempe di negara Jepang mengaku bahan pangan ini mulai dikonsumsi dan populer disana. Inggris dan Meksiko menjadi negara selanjutnya yang dibahas dalam berita tersebut, tempe makin populer di kalangan vegan yang memang tidak mengonsumsi daging. Tempe menjadi salah satu pilihan makanan menarik, disamping rasanya yang enak juga kaya akan nutrisi yang baik untuk tubuh.
            Lain hal dengan kepopulerannya di mancanegara, bahan dasarnya (kedelai) masih menjadi isu yang mengkhawatirkan di Indonesia. Dikutip dari bisnis.com, impor kedelai Indonesia sepanjang semester I/2020 saja telah mencapai 1,27 juta ton atau senilai US$510,2 juta (sekitar Rp7,52 triliun) sebanyak 1,14 juta ton diantaranya berasal dari Amerika Serikat. Sungguh memprihatinkan ketika kita menyatakan diri sebagai negara agraris, tapi hampir 90% konsumsi kedelai harus impor. Kedelai yang menyangkut hajat hidup orang banyak ini sepertinya harus menjadi isu yang perlu lebih menjadi perhatian kita. Nampak seperti topik obrolan klasik warung kopi yang tidak pernah tidak ada ujungnya memang, meskipun demikian tetap saya tulis sebagai wujud kepedulian dan cinta Indonesia.Â
            Sangat menarik kalau membahas tempe, karena pendiri republik ini pernah memakai istilah tempe untuk mengkampanyekan mental bangsa pemberani. Semua substansi dimana terkandung dalam penggunaan istilah tempe yang dipakai Ir. Soekarno dalam tulisan berikut Cerita Akhir Pekan: Asal Muasal Istilah Mental Tempe harus kita setujui, kecuali tempe sebagai gambaran mental yang lembek dan konotasi yang negatif mungkin perlu kita pikirkan kembali. Makan tempe seringkali sering dikaitkan dengan kalangan ekonomi bawah, kekurangan (atau kalau mau lebih kasar lagi miskin) mungkin perlu kita revisi.
            Sebaiknya kita mulai menikmati tempe dan tidak malu ketika mengkonsumsinya. Tempe bungkus godong (daun) jati digoreng, disajikan bersama sambel dan nasi anget seperti nampak pada twit pakde Amal ini sungguh membuat kemecer. Sebagai kaum pecinta lalapan, setiap melihat postingan beliau saya selalu bergumam sendiri "nikmat mana lagi yang kau dusta kan". Bukankah sebaiknya semakin banyak yang mencintai tempe sedemikian?
           Dibalik sejarah dan pentingnya tempe bagi Nusantara, nampaknya tempe telah terlanjur memiliki konotasi arti yang negatif dan berlawanan dengan kampanye untuk mencintai produk dalam negeri. Nampak lebih elok jika kita semua mulai gerakan ini, mendefinisikan ulang beberapa istilah untuk mewakili identitas kita sebagai bangsa yang bangga atas jati diri Indonesia, saya percaya mulai dari keyakinan dan kecintaan akan identitas kepentingan ekonomi niscaya mengikuti. Mengakui tempe sebagai warisan leluhur kita dan menjadikan simbol kebanggan layaknya wagyu Jepang, spageti Italia atau kebab Turki harus mulai kita lakukan sebagai usaha membangun identitas bangsa. Saya cinta tempe Indonesia!