Peranan Penting Pembangunan Waduk Pacal di Bojonegoro yang Dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Hilndia Belanda pada Tahun 1927

Pada tahun 1939, waduk pacal mampu menampung air sebesar kurang lebih 36,5 juta M3 wilayah pembangunan waduk pacal yang cukup luas. Pada musim pancaroba yang datangnya hujan tidak menentu rata-rata air yang dapat ditampung pada wduk pacal; berada pada kisaran 35 juta M3. Sedangkan pada musim kemaru waduk pacal cenderung lebih kering karena taka danya curah hujan.

Pembangunan waduk pacal ini benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membangun pendapatan pada sector pertanian. Pada tahun 1940 sat musim penghujan penggunaan air dari waduk pacal terbilang cukup banyak karena penduduk sepenuhnya menanam padi. Lalu saat musim pancaroba, penduduk mulai menanam tanaman palawija agar kebutuhan air dapat berkurang. Tumbuhan palawija membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan dengan padi. Dan pada musim kemarau, penduduk beralih pada penanaman tumbuihan tembakau yang dimana tembakau cenderung tak membutuhkan begoitu banyak air.

Jangkauan aliran air dari waduk pacal sebenarnya tidak mencakup seluruh bagian wilayah kabupaten bojonegoro. Hanya ada beberapa kecamatan yang menjadi bagian aliran air waduk pacal. Sedangkan beberapa kecamatan tidak mendapatkan aliran karena kondisi geografis kecamatan tersebut terletak lebih tinggi dari wikayah waduk pacal. Tak hanya itu, beberapa kecamatan lain tidak dialiri air dari waduk pacal karena telah memiliki sumber airnya sendiri.

Waduk pacal setidaknya memiliki 35% peranan dalam mengaliri air untuk kebutuhan pertanian di kabupaten bojonegoro. Setelah pembangunan waduk pacal ini, sedikit demi sedikit kondisi perekonomian pemerintah mulai membaik dan pendapatan mulai meningkat. Peran waduk pacal sangat besar dalam menunjang kesuksesan panen pertanian di kabupaten bojonegoro. Ketersediaan air mulai dapat dikendalikan sehingga tidak lagi terdapat masalah kekeringan ataupun banjir akibat cuaca yang tidak menentu.