Santri bukanlah hal asing lagi di telinga orang Indonesia, hal ini dapat di lihat dari banyaknya pondok pesantren yang dapat kita temukan hampir di setiap daerah di Indonesia. Nah di tulisan saya kali ini saya akan membahas sedikit tentang opini atau pandangan saya tentang peran santri.
Tapi sebelum sampai pada pembahasan tersebut saya akan memaparkan sedikit penjelasan tentang siapakah santri itu? Pada umumnya kebanyakan orang mendefinisikan santri sebagai seseorang yang sedang atau pernah melalui pendidikan di pondok pesantren.Â
Namun disisi lain ada juga yang berpendapat bahwa seorang santri adalah orang yang ikut/manut (patuh) kiai, mau itu pernah belajar di pesantren maupun tidak.Â
Sedangkan secara bahasapun terdapat berbagai macam pendapat yang berbeda juga, salah satunya mengatakan bahwa kata "santri" berasal dari bahasa Sanskerta yang berasal dari kata "shastri" yang memiliki akar kata yang sama dengan sastra yang makna kitab suci, agama, dan pengetahuan
Jika kita lihat santri memiliki peran yang cukup besar dan penting dalam masyarakat. hal tersebut, dapat dilihat melalui biasanya seorang santri diberi kepercayaan untuk mengurus suatu acara yang berkaitan dengan agama di desanya.Â
Selain itu terkadang santri menjadi tempat masyarakat untuk menanyakan solusi dari suatu permasalahan terutama permasalahan agama. Pandangan masyarakat tentang seorang santri, terkadang melihat sosok santri itu sebagai seorang yang sholeh dan serba bisa dalam melakukan berbagai hal, terutama dalam urusan agama.Â
Sehingga tidak heran apabila santri dipandang sedikit berbeda oleh masyarakat terutama dalam segi agama, padahal kenyataannya tidak semua santri serba bisa dalam melakukan berbagai hal, namun kenapa terkadang seorang santri yang tidak ahli dalam suatu bidang tapi tetap bisa menyelesaikan pekerjaan pada bidang tersebut dengan sangat baik?Â
Tentu saja hal tersebut di karenakan seorang santri mempelajari sedikit tentang bidang tersebut sebelum terjun langsung untuk praktek, dan faktor yang membuat pekerjaan tersebut lancar tanpa kendala bahkan berlangsung sangat baik itu karena santri tersebut telah mendapat ridho dari gurunya, selain itu tentunya tidak lupa karena telah mendapat ridho Allah SWT.
Selain menilai santri sebagai seseorang yang serba bisa, masyarakat juga melihat santri sebagai seorang yang beradab baik, berakhlak baik dan sopan santun kepada siapapun.Â
Hal tersebut di karenakan dari pendidikan santri yang selain berfokus kepada kitab-kitab ulama terdahulu dan Al Quran juga berfokus kepada penempaan perilaku atau adab santri kepada siapapun, agar nantinya di masyarakat dapat menjadi orang yang beradab kepada siapapun dan dimanapun dia berada, yang mana akhirnya dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar.Â
Selain itu, di dalam pondok pesantren santri juga di tanamkan sikap kebersamaan antara para santri, hal tersebut dapat di lihat dari hampir setiap kegiatan di pondok pesantren yang di lakukan dengan bersama-sama, mulai dari bangun tidur, makan, antri mandi, pelajaran, hingga tidur lagi. Dengan menanamkan sikap kebersamaan ini dapat menumbuhkan sikap persatuan di dalam diri setiap santri.
Jika dilihat dalam sejarah santri memiliki peran yang sangat penting dalam tercapainya kemerdekaan Indonesia, salah satunya peran santri yang paling menonjol dapat terlihat pada tangggal 22 Oktober 1945, yang saat itu Hadratusyekh KH. Hasyim Asy'ari mendeklarasikan Resolusi Jihad. Hal tersebut awalnya di serukan untuk merespon NICA (Netherlands Indies Civil Administrasion) yang mencoba menjajah kembali Indonesia.Â
Pada awalnya kedatangan pasukan Inggris ke Indonesia memiliki tujuan untuk mengevakuasi interniren, membebaskan tawanan perang, hingga melucuti dan memulangkan tentara Jepang. Â
Pada awalnya pemerintah Indonesia kala itu mengizinkan untuk menjalankan tujuan-tujuan tersebut dengan syarat tidak boleh ada satupun pasukan Belanda yang diselundupkan, dengan sikap baik ini pemerintahan berharap agar kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang baru saja di proklamasiakan bisa mendapatkan pengakuan dari sekutu.Â
Tapi sayangnya sikap terbuka tersebut dikhianati oleh sekutu, pasalnya saat menjalankan misinya itu pasukan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) diam-diam menyelundupkan pasukan NICA, dengan adanya hal ini semakin membuat masyarakat curiga dengan aktifitas sekutu di Indonesia sehingga para laskar pemuda mulai bersiap mengangkat senjata mengantisipasi terjadi pertempuran.Â
Melihat situasi  negara yang mulai memanas, Bung Karno mengirim utusan ke pondok pesantren Tebu Ireng untuk menemui KH. Hasyim Asy'ri dengan tujuan untuk meminta pendapat tentang situasi negeri dan pada waktu itu Bung Karno juga mencurahkan kegundahannya karena hingga bulan Oktober belum ada yang mengakui kemerdekaan Inodnesia, hal itu disebabkan propaganda Belanda yang menyebutkan bahwa negara bentukan Soekarno dan Moh. Hatta adalah negara bentukan fasisme Jepang.Â
Dalam menjawab kegalauan hati Bung Karno KH. Hasyim Asy'ari lantas mengundang konsul-konsul NU di seluruh jawa dan madura untuk berkumpul di Surabaya pada tanggal 21 Oktober 1945, hal ini juga merupakan respon atas sejumlah daerah kepada Inggris dan Belanda. Dan akhirnya pada keesokan harinya, pertemuan para kiai dan santri menyepakati bahwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat islam. Kesepakatan inilah yang akhirnya di sebut dengan Resolusi Jihad.
Agar kita dapat selalu mengingat dan meneladani semangat jihad para santri terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 22 Oktober 2015 di tetapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 tahun 2015 tentang Hari Santri, bahwa pada tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri nasional. Jadi marilah kita sebagai santri-santri saat ini meneruskan perjuangan santri-santri terdahulu dalam menjaga kemerdekaan bagsa Indonesia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H