Mohon tunggu...
KKN MIT 18 POSKO 96
KKN MIT 18 POSKO 96 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa KKN

Mahasiswa Uin Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Zaitun dan Zulaikha

1 September 2024   01:38 Diperbarui: 1 September 2024   01:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam merayap dengan lembut, membungkus desa dalam kesunyian yang menenangkan. Di dalam ruangan yang sunyi itu, Zaitun duduk melamun di depan pintu rumahnya. Cahaya bintang berkilau di langit malam, namun Zaitun merasa seolah kehilangan sinar, hatinya murung dan kosong. Suara gemuruh angin yang kencang di luar seakan menambah kesedihannya. Ia merasa lelah, hidup sendirian tanpa kunjungan dari siapa pun.

Di sisi lain desa, Zulaikha menikmati malam dalam kesendirian. Di depan rumahnya, ia duduk dengan tenang, meresapi kedamaian. Namun, tatapan Zulaikha tiba-tiba teralih pada seorang nenek tua yang tampak sedang bermain ayunan di malam larut. Dalam hati Zulaikha bertanya-tanya, "Mengapa nenek itu bermain ayunan di waktu seperti ini?" Ia pun mendekati nenek tersebut dan berkata, "Nenek, sudah larut malam, masuklah ke dalam rumah."

Nenek itu berhenti dari ayunannya dan dengan perlahan meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun. Zulaikha melanjutkan malamnya dengan ketenangan, sementara Zaitun masih terjaga, merasakan seolah malam ini takkan pernah berakhir. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya, "Apa yang salah dengan diriku? Mengapa aku tidak bisa menikmati waktu sendiriku seperti orang lain?"

Malam terus berlalu, dan Zulaikha merasa malamnya semakin cepat berlalu karena keterlarutannya dalam kesendirian. Keesokan paginya, Zaitun dan Zulaikha bertemu di sebuah galeri lukisan. Mereka sama-sama tertarik pada sebuah lukisan karya Arya Suryalesa, yang menampilkan seseorang gadis sedang menikmati keindahan bulan.

"He, kamu juga tertarik pada lukisan ini?" tanya Zaitun.

"Iya, lukisan ini sangat menarik. Menurutku, orang yang digambarkan dalam lukisan ini tampak nyaman dengan kesendiriannya, menikmati kedamaian dalam kesunyian," jawab Zulaikha.

Zaitun mengangguk. "Aku juga tertarik, tapi aku masih bingung. Mengapa orang itu bisa merasa nyaman ketika sendirian dan dalam keheningan?"

Zulaikha merenung sejenak. "Dalam keheningan, terdapat energi yang sulit ditemukan ketika suasana ramai. Ketika kita berada di tengah keramaian, kadang kita kehilangan kontak dengan diri sendiri."

"Tapi aku tidak bisa menemukan kedamaian dalam keheningan itu," kata Zaitun.

"Kedamaian adalah hasil dari kedalaman hati. Itu datang kepada seseorang yang sudah bahagia dengan dirinya sendiri," jelas Zulaikha.

Zaitun terdiam, merenungkan kata-kata Zulaikha. "Jadi, berarti seseorang bisa menemukan kedamaian dalam keheningan ketika dia sudah bahagia dengan dirinya sendiri?"

"Benar," jawab Zulaikha. "Karena pada dasarnya, kita hidup untuk menemukan kebahagiaan dalam diri kita sendiri, dan keheningan adalah pintu menuju kedamaian yang kita ciptakan."

Sore hari tiba, dan mereka masing-masing pulang ke rumah. Zaitun merasa terinspirasi oleh percakapan mereka dan bertekad untuk mencari kebahagiaan dalam dirinya sendiri. Di sisi lain, Zulaikha merasa semakin dekat dengan kedamaian batin yang telah ia temukan. Malam itu, kisah mereka berakhir dengan pemahaman baru tentang kedamaian dan kebahagiaan.

~ Kisah Malam Ini ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun