Di tengah perkembangan zaman seperti ini, seluruh penikmat sepakbola bisa menyaksikan liga-liga terbaik Eropa melalui televisi ataupun internet melalui streaming. Karakter permainan sebuah tim, tipikal pemain, seakan semua sudah diketahui oleh rakyat sepakbola dunia meskipun liga tersebut bukan liga yang dicintai. Namun, saat ini muncul perdebatan liga manakah yang merupakan liga terbaik di Benua Biru saat ini?
Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Italia, adalah liga-liga yang mendapat perhatian lebih jika harus membicarakan tentang liga manakah yang terbaik di Eropa saat ini. Memang tidak ada peraturan tertulis mengenai syarat atau hal-hal yang harus dimiliki oleh masing-masing liga, untuk menjadi yang terbaik. Dalam tulisan ini, masing-masing dari liga yang disebut diatas akan dikupas secara bebas mengenai kekurangan dan keunggulannya. Mengenai liga manakah yang terbaik, itu tergantung penilaian masing-masing individu.
Dimulai dari negara penemu sepakbola, yaitu Inggris. Inggris memang dikenal sebagai negaranya sepakbola dan masyarakat disana sangat antusias jika menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan sepakbola. Liga tertinggi atau utama di Inggris adalah Barclays English Premier League yang dulunya bernama F.A Premier League. Liga paling utama di Inggris ini diisi oleh 20 tim yang saling bertanding secara home-away. Banyak klub-klub besar disana, antara lain yang sering disebut dengan bigfour karena selalu berlangganan mengisi 4 posisi teratas Liga Inggris ketika musim berakhir, yaitu Manchester United, Liverpool, Chelsea dan Arsenal. Seiring berjalannya waktu, ketangguhan personil bigfour terganggu dengan kehadiran dua klub yang kini menghiasi papan atas klasemen liga Inggris. Dua klub itu adalah Tottenham Hotspur dan Manchester City. Kedua klub ini sangat menganggu jalannya anggota bigfour untuk bersaing memperebutkan status juara liga.
Kapasitas dan mental dari anggota bigfour memang tidak bisa diragukan lagi. Tapi dengan kehadiran klub yang bermain dengan konsisten, Tottenham dan klub kaya raya, Manchester City, diyakini menghadirkan petaka bagi anggota bigfour. Hal inilah yang menjadi nilai plus bagi Liga Inggris. Banyak tim yang berpeluang menjadi juara liga di akhir musim. Persaingannya sangat menarik untuk disaksikan. Terkadang, tim besar akan menang dengan mudah jika bertanding dengan tim besar lainnya, tetapi pada partai lainnya, tim besar itu akan dengan mudah dikalahkan dengan tim yang statusnya lebih kecil. Inkonsistensi dari tim-tim besar Liga Inggris ini menjadikan Liga Inggris dianggap sebagi liga yang sangat kompetitif. Ditambah dengan gaya bermain yang sangat khas, kick and rush, liga ini dinilai sebagai liga terkeras di dunia karena para pemain sangat sering melakukan kontak fisik.
Secara individu, Liga Inggris adalah gudangnya pemain bintang. Sebut saja Wayne Rooney, Robin van Persie, Frank Lampard, Steven Gerard, Rafael Van Der Vaart, David Silva, dll. Tidak bisa dipungkiri, semua tim-tim papan atas Liga Inggris dihuni oleh bintang-bintang kelas wahid. Terutama Man. City, dengan uang yang unlimited, sangat getol membeli pemain-pemain berstatus bintang meskipun jasanya tidak terlalu dibutuhkan oleh tim. Sejak dibeli oleh pengusaha minyak asal Timur Tengah, Syeikh Mansour, Manchester City disulap menjadi tim bertabur bintang. Dengan kekuatan finansialnya itu, Manchester City kini telah berhasil mengumpulkan pemain-pemain berkelas seperti David Silva, Sergio Aguero, Edin Dzeko, Yaya Toure, Samir Nasri, Mario Balotelli, Carlos Tevez, Gael Clichy, dll. Belum lagi dengan bintang-bintang yang mengisi tim-tim papan atas lainnya. Dengan begitu, Liga Inggris sangat menarik untuk ditonton karena dipenuhi bintang dunia dan menjadi nilai plus (lagi) untuk Liga Inggris. Tetapi, itu menjadi boomerang bagi negara Inggris sendiri. Lihatlah para bintang yang berdatangan ke Liga Inggris, mayoritas dari mereka adalah berasal dari negara lain. Hal ini berdampak pada timnas Inggris. Timnas Inggris dianggap tidak bisa melahirkan bibit-bibit muda berbakat karena kalah bersaing dengan pemain-pemain bintang yang datang ke Liga Inggris. Tak pelak, Inggris sebagai negara penemu sepakbola pun hanya 1 kali meraih Juara Piala Dunia. Pemain asli Inggris pun, dalam beberapa tahun terakhir, sangat jarang meraih gelar prestisius di level benua. Pada 2011, Liga Inggris hanya mengirim dua wakilnya di FIFPro World XI, yaitu Rooney dan Vidic. Jadi dapat disimpulkan bahwa Liga Inggris adalah liga nomor 1 dan terbaik dalam hal entertain, karena sangat menghibur dan seru ketika ditonton.
Beralih ke Liga Spanyol, atau yang biasa disebut dengan Liga BBVA atau La Liga. Liga yang dikenal dengan permainan atraktifnya dan penuh strategi ini juga termasuk sebagai pilihan sebagai liga terbaik di ranah Eropa, meski banyak yang meranggapan bahwa Liga Spanyol tidak kompetitif karena hanya dikuasai oleh 2 tim bersar yaitu Barcelona dan Real Madrid. Anggapan itu sepenuhnya tidaklah benar. Liga Spanyol sebenarnya masih memiliki tim-tim lain yang bisa bertarung dengan tim-tim liga lain di level Eropa. Contohnya adalah Valencia, Sevilla, Atletico Madrid, dan Villareal. Apalagi, Malaga kini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi tim penganggu dominasi Barcelona dan Real Madrid di La Liga. Tim andalusia itu sedang diambil alih oleh pengusaha minyak asal Qatar, dan saat ini telah mendatangkan pemain-pemain bintang untuk berlabuh ke Malaga. Tinggal menunggu waktu, diprediksi Malaga akan berubah menjadi klub yang ditakuti lawan di La Liga, atau bahkan di Level Eropa.
Dominasi Barcelona dan Real Madrid di La Liga, memang tidak bisa dibantah lagi. Kedua tim ini selalu tampil konsisten dan jarang kehilangan angka. Hal inilah yang menyebabkan kedua tim ini hampir selalu mengisi posisi 1 dan 2 di klasemen liga. Rivalitas keduanya sangat terasa jika mereka bertarung dilapangan. Pertandingan bertajuk elclasico yang mempertemukan Barcelona dan Real Madrid, merupakan salah satu pertandingan paling menarik dan banyak diminati oleh rakyat sepakbola di seluruh dunia. Tidak hanya di lapangan, kedua tim ini juga saling merupakan aspirasi dari dua masyarakat yang bertikai karena konflik politik. Real Madrid merupakan tim ibukota yang mewakili pemerintah Spanyol, sedangkan Barcelona adalah simbol pemberontakan masyarakat Catalonia yang hendak melepaskan diri dari Kerajaan Spanyol. Sejarah rivalitas yang sangat kompleks dan mendunia dari kedua tim besar ini memang sedikit menutup pamor dari tim-tim Spanyol lainnya. Seakan-akan, Liga Spanyol hanyalah cerita dari persaingan 2 klub saja. Kemudian diperparah dengan dominasi keduanya, yang bersaing mati-matian dan bermain konsisten untuk mengumpulkan poin di setiap laga agar bisa juara di akhir musim dan mengungguli rival abadinya. Hal ini menjadikan Liga Spanyol kurang menarik perhatian dari rakyat sepakbola, karena kebanyakan orang menganggap bahwa sang juara liga sudah bisa ditebak sejak musim baru berjalan, antara Barcelona atau Real Madrid. Itu menjadi nilai minus bagi Liga Spanyol, karena sekali lagi, dianggap tidak kompetitif.
Berbicara soal kualitas dan gaya bermain, Liga Spanyol bisa disebut sebagai rajanya. Hal itu bukan tanpa alasan. Permainan taktis dan umpan-umpan pendek selalu menghiasi pertandingan di La Liga meski tim medioker sekalipun yang sedang bermain. Salah satu tim dari La Liga, Barcelona, saat ini dianggap oleh mayoritas pemain, pelatih, dan pengamat sepakbola di dunia, sedang berada di masa keemasaan. Melalui gaya bermain tiki-taka-nya, The Pep's Army kini dianggap menjadi tim terbaik dunia dan paling susah ditaklukkan oleh tim manapun di dunia ini. Gaya bermain Barcelona itu merupakan hasil adopsi antara totall football ala Timnas Belanda pada era Johan Cruyff, passing-passing satu-dua khas Spanyol dan mendominasi Ball Possession. Dibutuhkan kekompakan dan skill tinggi untuk menerapkan gaya bermain seperti yang diterapkan oleh asuhan Pep Guardiola saat ini. Berbeda dengan Real Madrid, tim asuhan Jose Mourinho ini lebih kental dengan nuansa direct football yang mengandalkan pemain-pemain dengan kecepatan tinggi. Hal ini dikarenakan punggawa Real Madrid secara keseluruhan tidak didominasi oleh pemain asli Spanyol. Secara umum, karakter bermain Liga Spanyol adalah passing satu-dua yang cepat dan penuh strategi. Jarang dijumpai tim-tim Spanyol yang menerapkan strategi umpan-umpan panjang untuk menusuk ke daerah lawan karena dianggap persentase keberhasilan untuk menciptakan peluang sangatlah sedikit. Gaya bermain tersebut kemudian merambah ke timnas Spanyol yang mana mayoritas dari punggawanya bermain di Liga Spanyol sendiri. Maka tak heran, Liga Spanyol merupakan rekomendasi untuk penikmat sepakbola yang mencari kualitas permainan di setiap pertandingan.
Jika berbicara tentang kualitas pemain-pemain yang ada di Liga Spanyol, penikmat sepakbola pasti setuju bahwa di Spanyol-lah pemain-pemain terbaik dunia saat ini berkarir. Sebut saja Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Casillas, Xabi Alonso, dan Kaka, mereka adalah nama-nama yang menghiasi nominator FIFA Ballon d'Or atau gelar pemain terbaik dunia dalam 3 tahun terakhir. Bahkan, sampai saat ini pun, Liga Spanyol merupakan "pabrik" pemain-pemain yang meraih gelar pemain terbaik dunia. Nama-nama besar yang meraih penghargaan tersebut ketika bermain di La Liga adalah Ronaldo de Lima, Ronaldinho, Luis Figo, Rivaldo, Fabio Cannavaro, dan bahkan Lionel Messi meraihnya tiga kali secara beruntun dan sedang bermain di La Liga. Tak hanya itu, La Liga juga merupakan pelabuhan bagi pemain-pemain bintang dunia. David Bechkam, Zinedine Zidane, Thierry Henry, Michael Owen, Robinho, Zlatan Ibrahimovic, Samuel Eto'o, Ronaldinho, Sergio Aguero, Diego Forlan, Wesley Sneijder, Rafael Van Der Vaart sampai Robben, dll, adalah nama-nama yang pernah bermain di La Liga dan juga ikut andil dalam menjadikan Liga Spanyol sebagai liga yang berkualitas. Belum lagi jika kita menyebut pemain-pemain yang sedang aktif bermain di LaLiga, seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Kaka, Xabi Alonso, Radamel Falcao, Diego Ribas, Jose Antonio Reyes, Iker Casillas, Dani Alves, Gerard Pique, dll, mereka adalah pemain yang paling disegani di dunia saat ini. Hal ini juga dipertegas dengan penghuni FIFPro World XI 2011 yang didomnasi oleh pemain di LaLiga. Maka, sangatlah pantas jika harus mengatakan bahwa LaLiga adalah liga yang berkualitas secara skill dan gaya permainan yang selalu menciptakan decak kagum bagi para penikmatnya.
Bagaimana dengan Liga Italia? Liga Italia atau Serie-A yang merupakan liga utama di Italia, pernah melewati masa keemasannya sebelum liga ini diguncang dengan kasus Calciopolli yang melibatkan tim-tim besar di Italia. Ketika Juventus sedang perkasa di Benua Biru, tim asal kota Turin ini terpaksa menerima pil pahit karena divonis bersalah dan mengharuskannya turun kasta ke Serie-B. AC Milan dan Fiorentina adalah contoh tim lain yang merasakan hukuman dari kasus pengaturan skor tersebut. Hanya saja, selain Juventus, tim-tim lain hanya menerima pengurangan poin dan harus memulai musim dengan poin minus. Untuk sekarang ini, Serie A memang tidak berbicara banyak di kancah Eropa. Dalam tulisan ini memang tidak mengulas sejarah masa silam secara mendalam, akan tetapi, sekedar untuk diketahui bahwa Serie A, sebelum terbukti kasus Calciopolli, adalah liga paling banyak peminat dan ditonton karena disana berkumpul pemain-pemain terbaik pada masa itu. Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Paolo Maldini, Edgar Davids, Hernan Crespo, Gabriel Batistuta, Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Erinco Chiesa, Fransesco Totti, Alessandro Del Piero, Andriy Shevcenko, Roberto Mancini, hingga David Trezeguet, dll, mereka adalah nama-nama yang melengkapi kejayaan Serie A pada saat itu. Meski dari nama-nama yang disebutkan sebagian masih aktif bermain, tetapi tajinya tidak setajam dulu lagi karena faktor usia.
Memang, dalam tulisan ini kita tidak membahas sejarah lama dari liga-liga di Eropa. Keberhasilan Serie A untuk bangkit kembali sejak kasus Calciopoli, dianggap mendapat nilai plus tersendiri bagi Serie A. Karena sejak musim-musim awal pasca dijatuhi hukuman kepada tim yang terbukti melakukan pengaturan skor tersebut, nyaris hanya Intermilan yang terlalu dominan di Italia. Tim-tim besar lainnya seperti AC Milan dan Juventus sedang berjuang untuk kembali menstabilkan timnya masing-masing dan mengembalikan derajatnya ke jalur yang seharusnya. Terlebih, para bintang yang menghuni dua tim tersebut lebih memilih meninggalkan klub dan mencari klub lain yang dianggap lebih baik. Hingga kini, baik Juventus maupun AC Milan, telah kembali ke jalur yang benar. Begitu juga dengan AS Roma, yang sempat dihadapi dengan konflik internal, kini perlahan-lahan menebar ancaman bagi tim lain di Italia. Munculnya Napoli dan Udinese di papan atas klasemen Serie A saat ini, dan berubah menjadi klub kuat di Italia, menjadi bumbu penyedap tersendiri bagi penikmat sepakbola jika ingin melihat gol-gol indah ala Italia yang memang terkenal sejak dahulu. Rivalitas yang kuat antara tim-tim di Italia juga menjadi daya tarik tersendiri, dan ditambah dengan aksi-aksi suporter garis kerasnya yang sangat disegani fans lawan.