Membayangkan tim-tim ini bertarung rutin dalam satu kompetisi tentu sudah terimajinasi betapa serunya tontonan yang akan disajikan dihadapan pencinta sepakbola. Seru sih tapi bukan berarti ide Liga Super Eropa ini luput dari cacat.
Berkumpulnya tim-tim elit Eropa dalam sebuah kompetisi bentukan sendiri demi bisa konsisten menyajikan laga "terbaik melawan terbaik" secara tidak langsung menyiratkan kesombongan tim-tim ini. Seakan-akan klub di luar mereka tidak berhak meladeni dan bertarung melawan mereka dalam kompetisi yang sama.
Hal seperti ini juga terang-terangan mematikan semangat berkompetisi dalam dunia sepakbola. Bagaimana pun sepakbola jaman now diperlakukan seperti sebuah bisnis, sepakbola tetaplah sebuah olahraga yang didalamnya mengandung semangat persaingan sehat untuk menjadi yang terbaik.
"Sudah jelas bahwa Liga Super Eropa akan merusak sepak bola Inggris dan Eropa pada semua tingkat dan akan menyerang prinsip kompetisi terbuka dan prestasi olahraga, yang di mana itu penting untuk olahraga kompetitif" ujar Federasi Sepakbola Inggris FA.
Yah, Liga Super Eropa memang menjanjikan keseruan yang jauh lebih baik daripada Liga Champions tetapi disaat bersamaan mematikan semangat berkompetisi yang juga tidak kalah menariknya.
Bukankah seru juga melihat musim lalu tim sekelas RB Leipzig menembus semifinal Liga Champions? Atau ketika Porto dan AS Monaco menyingkirkan Chelsea dan Real Madrid di semifinal untuk bertarung di final Liga Champions 2004.
Seru sih, tapi harus diakui final 2004 itu termasuk laga final Liga Champions dengan jumlah penonton tidak sebanyak laga-laga final lainnya.Â
Hmmm, jadi pilih yang mana nih? Pilih duel seru nan bergensi atau pilih semangat berkompetisi terbuka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H