Timnas U23 yang mentas di Sea Games 2019 adalah prototype timnas senior Indonesia di masa depan. Dua generasi Evan Dimas dan Egy bersatu dalam satu tim. Hasilnya memang belum membuahkan medali emas tapi jangan lupakan bagaimana tim ini lolos dari grup neraka dengan menundukkan Thailand dan Singapura serta menyarangkan 21 gol dalam perjalanan menuju final.
Kekalahan dari Vietnam memang jadi kekalahan terbesar Indonesia di final Sea Games tetapi saya tidak melihat ada yang salah dari cara Indra menyusun taktik. Pelatih yang akrab dengan Ustadz Yusuf Mansyur ini menyimpan Egy dan menurunkan Witan demi memberikan kejutan disisi sayap. Egy diharapkan bisa jadi pembeda dengan kecepatannya di babak kedua saat bek lawan sudah mulai capek.
Rencana kemudian berantakan ketika Evan Dimas "dicederai" dan harus mengakhiri laga lebih awal. Respon Indra pada situasi ini juga sudah tepat dengan memasukkan Syahrian Abimanyu. Gelandang serang ganti dengan gelandang serang. Sayangnya Syahrian memang belum sematang Evan dalam mengkreasikan serangan dari tengah.
Indonesia kemudian tidak bisa banyak mengolah serangan dari lini tengah dan apesnya lini sayap Garuda Muda beneran dibuat mati kutu oleh strategi Vietnam. Sayap-sayap Indonesia langsung ditempel minimal dua pemain setiap akan memulai serangan. Buntu disayap dan minim kreasi di tengah. Indonesia tinggal menunggu kebobolan saja.
Terlepas dari itu semua, Indra tetaplah pelatih yang bagus. Lagipula mana ada pelatih yang tidak pernah kalah telak. Sosok sekelas Jose Mourinho saja pernah menyaksikan Real Madrid besutannya dibantai 0-5 oleh Barcelona. Pun demikian dengan Pep Guardiola yang tidak sekali dua kali melihat Man City dikalahkan dengan skor telak.
Kekalahan mengajarkan lebih banyak ketimbang yang diajarkan kemenangan. Saya yakin Indra Sjafri akan belajar banyak dari kekalahan di final Sea Games. Inilah yang membuat saya yakin bahwa Indra Sjafri tetap pantas ditunjuk menangani timnas senior, alih-alih memilih Shin Tae Yong atau Luis Milla (kinerja Indra di Sea Games bahkan lebih baik daripada Luis Milla).
Timnas senior Indonesia dalam beberapa tahun kedepan kemungkinan besar akan banyak berisikan pemain-pemain yang pada level juniornya dibina oleh Indra Sjafri. Dari generasi Evan Dimas masih ada nama Ilham Udin Armayn, Hansamu Yama, Putu Gede, Zulfiandi sampai Ricky Fajrin. Mereka akan bersatu dengan generasi Egy Maulana Vikri yang mungkin akan menyumbang nama Witan Sulaeman, Nadeo Argawinata, M Riyandi, Firza Andika, Saddil Ramdani, Osvaldo Haay, Rivaldo Tood Ferre, Sani Rizki, Syahrian Abimanyu, Bagas Adi, Andy Setyo, Rahmat Irianto, Nurhidayat sampai Asnawi Mangkualam.
Dua generasi emas ini akan jauh lebih baik jika terus bersama sosok yang telah bersama mereka sejak junior yaitu Indra Sjafri. Bagi Evan dkk, Indra mungkin sudah menjadi "ayah angkat" mereka dalam urusan sepakbola. Ini sebuah ikatan psikologis yang luar biasa. Atas dasar tersebut dan progres baik yang telah ditorehkannya, Indra Sjafri layak untuk ditunjuk menjadi pelatih timnas senior Indonesia. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H