Penurunan kinerja itu untungnya tidak mengurangi minat Liverpool memboyongnya demi menggantikan posisi Luis Suarez.
Hasilnya?
Performa Balotelli memang sedang mentok.
Total dalam 28 laga berseragam The Reds, Super Mario hanya bisa bikin 4 gol.
Wajar jika kemudian dirinya dipinjamkan kembali ke AC Milan.
Parahnya, performa anak muda ini makin terjun bebas dengan hanya mencetak satu gol saja selama 20 kali turun bertanding, bayangkan, satu gol saja!?
Deretan perfoma buruk tersebut ditambah kisah-kisah negatifnya di luar lapangan hijau jadi paket lengkap untuk menjustifikasi bahwa pemuda yang memproklamirkan diri hanya kalah dari Messi ini diambang kejatuhan karir secara dini.
Tidak ada klub yang menginginkan dirinya.
Juergen Klopp tidak memasukkannya ke dalam rencana masa depan klub, walhasil alih-alih ikut pra musim, Super Mario bahkan harus berlatih bersama tim junior.
Kisah keterpurukan Balotelli makin diperparah dengan penolakan dari sejumlah klub pada dirinya.
Detail ceritanya makin mengenaskan karena penolakan klub-klub seperti Sampdoria dan Chievo pada Balotelli bukan semata gajinya yang ketinggian tetapi karena kekuatiran bahwa Balotelli tidak bisa menjaga sikap di luar lapangan dan akan mempengaruhi kinerjanya diatas lapangan hijau.