Pagi itu, matahari menyinari Desa Simpang Kopi dengan hangatnya, seolah memahami bahwa hari ini adalah hari yang istimewa. Di balai desa yang sederhana namun penuh kenangan, mahasiswa dan mahasiswi KKN 18 UINSU Batubara bersiap menghadapi momen yang telah dinanti namun sulit diterima---perpisahan. Setelah berminggu-minggu menjalani kehidupan di desa ini, mereka telah menorehkan banyak jejak yang tidak hanya berarti bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi masyarakat Simpang Kopi. Setiap sudut desa, setiap senyuman warga, seakan bercerita tentang kerja keras dan dedikasi para mahasiswa dalam mengabdi. Kini, tiba saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal.
Senin pagi itu, tepat pukul 10.00 WIB,pada tanggal  26 Agustus 2024, mahasiswa KKN 18 UINSU Batubara dengan berat hati memulai upacara penutupan KKN di balai desa. Suasana penuh keharuan telah terasa sejak awal. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan staf desa lainnya yang selama ini telah menjadi mitra serta pemandu dalam setiap program yang dijalankan. Kehadiran mereka bukan hanya sebagai formalitas, melainkan sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras dan kontribusi yang diberikan oleh para mahasiswa selama masa KKN.
Selama beberapa minggu terakhir, berbagai program kerja telah terlaksana dengan sukses. Dari sosialisasi kesehatan hingga pengembangan ekonomi masyarakat, semua dilaksanakan dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Mahasiswa tidak hanya sekadar menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga membangun hubungan yang erat dengan masyarakat desa. Kehadiran mereka membawa perubahan positif, baik dalam peningkatan pengetahuan maupun kualitas hidup warga.
Di tengah acara penutupan, perwakilan mahasiswa memberikan sambutan terakhir mereka. Dalam kata-katanya, tersirat rasa syukur dan terima kasih yang mendalam atas sambutan hangat dan kerjasama yang luar biasa dari seluruh warga desa. Mereka juga menyadari bahwa kehadiran mereka di desa ini bukan sekadar bagian dari kewajiban akademik, tetapi lebih sebagai pengalaman hidup yang akan mereka kenang selamanya. Kepala Desa juga memberikan pidato yang penuh kehangatan, mengapresiasi segala upaya dan kerja keras yang telah diberikan oleh para mahasiswa, serta berharap agar ilmu yang mereka bagikan akan terus berguna bagi kemajuan desa.
Namun, momen yang paling menggetarkan hati adalah ketika acara ini diakhiri dengan ungkapan perpisahan. Tangisan pun pecah di balai desa. Air mata para mahasiswa mengalir deras, menandakan betapa beratnya meninggalkan desa yang telah mereka anggap seperti rumah kedua. Begitu juga dengan warga yang hadir, mereka tak kuasa menahan haru melihat anak-anak muda ini harus kembali ke kehidupan mereka yang semula. Kepergian mereka seolah meninggalkan ruang kosong yang sulit untuk diisi kembali.
Seiring dengan berakhirnya acara, mahasiswa KKN 18 UINSU Batubara pun berpamitan satu per satu. Dalam setiap pelukan dan jabat tangan, terjalin ikatan emosional yang kuat antara mahasiswa dan warga desa. Perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kenangan yang akan selalu melekat di hati setiap orang yang terlibat. Simpang Kopi bukan lagi sekadar nama desa, melainkan tempat di mana mereka pernah berjuang, berbagi, dan belajar tentang makna pengabdian yang sesungguhnya.
Rangkaian akhir di Simpang Kopi ini akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup mahasiswa KKN 18 UINSU Batubara. Di tempat inilah mereka belajar bahwa pengabdian bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menerima kasih sayang dan pelajaran hidup dari mereka yang sederhana namun penuh kebijaksanaan. Dan ketika air mata perpisahan itu mengering, yang tersisa adalah kenangan abadi yang akan terus mereka bawa ke mana pun mereka melangkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H