Immanuel Kant
Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April tahun 1724 di Konigsberg tepatnya di Prusia Timur dari sepasang suami istri bernama Anna Regina Reuter dan Johann Georg Kant (Muthmainnah 2018). Ia wafat pada tanggal 12 Februari 1804 di usianya yang ke 80 tahun. Ia adalah orang yang terbiasa dengan rutinitas yang ketat, Keluarganya merupakan penganut Protestanisme yang sangat taat pada agama sehingga mempengaruhi pikiran Kant terhadap moral sejak ia kecil (Nirasma 2020). Kant hidup pada masa Filsafat Pencerahan yang berlangsung pada abad ke-17. Situasi zaman itu mendorongnya untuk menaruh minat pada filsafat. Pada saat usia Kant genap 8 tahun, Ia memulai pendidikan formalnya di Collegium Fridericianum, sekolah yang tak ia sukai namun kemampuan intelektualnya sangat tinggi. Demi menempuh pendidikan tinggi, Kant tidak membebani orang tuanya dengan biaya selama pendidikannya karena mendapatkan bantuan dari seorang pendeta, Keluarganya berada dalam kategori ekonomi lemah. Ayahnya hanya bekerja sebagai pembuat tali kekang dan pelana kuda (Gusmian 2014). Dia melanjutkan pendidikannya di University of Konigsberg untuk mempelajari teologi. Dan kant menjadi salah satu mahasiswa jurusan teologi di Universitas konigsberg pada usianya yang ke 18 tahun. Selama kuliah, ia memiliki minat dan bakat pada matematika dan fisika dari hasil karya-karya isaac newton saat itu.
Studinya juga sempat terhenti ketika ia berusia 22 tahun. Karena kematian ayahnya, Ia mulai mencari pekerjaan untuk memenuhi nafkah keluarganya dengan bekerja sebagai guru privat. Namun akhirnya Kant tetap dapat menyelesaikan studinya di umur 31 tahun dan menjadi pengajar di Universitas konigsberg sendiri dengan gelar professor di usianya yang ke 46 tahun di tahun 1770 (Kuehn 2001). Ia menjalani kehidupan pribadi yang sangat disiplin, meluangkan waktunya berjam-jam untuk belajar, menghargai setiap kebersamaan, dan berprestasi secara sosial tetapi tidak pernah menikah (Abror 2018).
Pada 1770 Kant dikukuhkan sebagai Guru Besar Logika dan Metafisika. Pada usia 60 tahun ia tinggalkan filsafat Wolff dan Leibniz dengan karyanya kritik atas rasio murni (1781), yang dikenal sebagai "filsafat kritisisme transendental" (Amin 2010).
PANDANG-PANDANGAN IMMANUEL KANT:
KETUHANAN
Kant merupakan seorang filsuf yang menggunakan argumen teleologi dalam mengungkapkan alam serta keberadaan Tuhan. Dalam argumen tersebut, semua gejala alam pasti terjadi karena ada yang mengaturnya dan bukan karena kebetulan saja. Kerapian alam menandakan bahwa alam ini diciptakan dengan tujuan dan maksud tertentu oleh suatu yang maha mengatur yang dikenal sebagai Tuhan. Selepas bertahun-tahun menyelesaikan jawaban filosofis, Kant Kembali lagi ke ilmu teologi 1790an. Dia membuat karya fenomenal bermah kota Agama pada tahun 1793. Pada saat itu kant sangat keras mengkritik ritual, takhayul, dan hierarki gereja. Menurutnya, agama yang berlembaga telah menghalangi proses keagamaan atau spiritualitas manusia yang sebenar-benarnya (Tafsir 2004).
Kant juga berpendapat bahwa maha mengatur dapat dinaikkan menjadi pencipta melalui penalaran yang cukup mendalam. Dan kant menerbitkan karya pertamanya pada 1763, yakni The Only Possible Ground for Demonstration of the Existence of God. Lewat tulisannya ini, Kant mempertanyakan argumen ontologis tentang Tuhan (A siregar 2021).
ASAL MULA TATA SURYA
Kant juga merupakan salah satu pemikir yang ikut mengkaji asal mula Tata Surya. Teori Nebula diketahui muncul pertama kali pada abad XVIII yang diawali oleh pendapat dari seorang filsuf Jerman bernama Immanuel Kant. Pendapat Kant mengenai tata surya yang terbentuk dari nebula ini kemudian diperkuat oleh Marquis de Laplace (Piere Simon), Dan merupakan salah satu pengikut mazhab Monoistik. Isi mazhab ini adalah salah satu dari dua mazhab yang menjelaskan Tata Surya hingga tahun 1960-an. Dalam mazhab ini juga terungkap bahwa unsur penyusun dari segala benda di Tata Surya berasal dari satu wujud yang sama (H herianto 2023).
Â
METODE FILSAFAT
Kant mempercayai bahwa segala sumber pengetahuan harus didasari oleh pengetahuan terhadap filsafat. Ia meyakini bahwa kenyataan yang didasari oleh pengetahuan bersifat objektif. Ia kemudian mengembangkan metode penelusuran filsafat yang transcendental. Ia mengangap ide transendental sebagai cita-cita yang mengendalikan pemikiran dalam kerangka kerja keilmuan. Ia memulai pemikiran filsafanyat dengan menggunakan pertanyaan mengenai sumber dari dasar ilmu alam dalam diri . Semua pertanyaan yang tidak terkait dengan pertanyaan utama tidak dipertimbangkan sama sekali. Penyelidikan filsafat ditelusuri dengan mengetahui segala bentuk peristiwa-peristiwa yang memiliki subjek yang dapat diselidiki dengan bukti yang cukup fakta. Dengan pemikiran tersebut, diketahui adanya sasaran pengetahuan di dalam subjek tersebut tetapi sifatnya tidak diketahui Ahmad 2001). Hal yang diketahui hanya apa saja yang ada dalam diri. Dalam semua bentuk pengetahuan, metode filsafat Kant memerlukan keaktifan dalam pekembangan subjek pengetahuannya (Muliadi dan Busro 2020).
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Kant melahirkan teori kritisisme yang mengungkapkan bahwa sumber ilmu pengetahuan itu sebenarnya berasal dari dua bagian yaitu akal dan pengalaman. Pemahaman Kant terhadap sumber pengetahuan menyamakan antara rasionalisme dan empirisme. Ia meyakini bahwa cita-cita dapat tercapai apabila adanya keseimbangan antara rasionalisme dan empirisme dalam hal kebebasan, kemajuan dan kesetaraan. Kant kemudian menyamakan keduanya menggunakan sintesis terhadap unsur awal pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima dengan akal berasal dari bukti heuristis yang mencakup akal dan pengalaman (Smith dan Raeper 2000).
MORAL DAN ETIKA
Kant menyebut teorinya tentang moral sebagai prinsip imperative katagoris. Dalam prinsip tersebut, semua orang diperlakukan setara dalam kebebasan. Setiap manusia memiliki hak untuk diperlakukan setara dan berkewajiban untuk memperlakukan orang lain dengan setara juga. Ia menganggap Tuhan sebagai kebaikan tertinggi yang menyediakan suatu kehidupan di masa yang akan datang  dalam bentuk abadi dari segi moral. Ia mengemukakan bahwa perbuatan baik manusia dilakukan untuk kebajikan manusia itu sendiri. Karena kant meyakini bahwa secara moral, setiap perbuatan manusia di dunia akan memperoleh keadilan oleh Tuhan di akhirat. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika Etika dan moral kant telah menulis tiga buku, pertama Fundations of Metaphysics of Morals, kedua Critique of Practical Reason dan ketiga Metaphysics of Ethics (Budi 2016).
KEADILAN DAN KEBEBASAN
Kant mengatakan adanya keterkaitan antara keadilan dan kebebasan. Pembenarannya ini dibagikan melalui karyanya yang berjudul Metaphysical Elements of Justice. Dalam buku tersebut kant menyatakan bahwa manusia hanya memiliki satu hak bawaan yaitu kebebasan. Hak atas kebebasan hanya dapat diperoleh selama kebebasan ini terjadi secara adil kepada setiap orang. Sifat dari hak atas kebebasan ini adalah hal-hal yang melekat pada seseorang sejak ia lahir karena bersumber oleh manusia dan disebabkan oleh manusian itu sendiri. Tidak hanya itu karena syarat adanya keadilan di dalam ruang ilngkup masyarakat adalah adanya prinsip kebebasan yang mengakui kebebasan orang lain juga. Prinsip ini dikenal dengan sebutan prinsip alteritas atau persamaan suatu pengakuan (H herianto 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H