Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keluarnya AS dari Paris Agreement: Apa Dampak terhadap Perubahan Iklim?

22 Januari 2025   20:01 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:00 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, dilansir dari climate.gov, emisi karbon dioksida per kapita AS pada tahun 1973 menghasilkan 20 kali lipat emisi karbon dioksida per kapita Tiongkok dan 66 kali lipat emisi karbon dioksida per kapita India. Pada tahun 2000, pembuat kebijakan menyadari hal tersebut dan berusaha menekan hingga emisi karbon dioksida per kapita AS turun menjadi lebih dari 21 metrik ton per tahun. Sejak saat itu, tingkat emisi karbon dioksida per kapita Amerika Serikat terus menurun, tetapi emisi karbon dioksida per kapita negara itu pada tahun 2021 masih hampir dua kali lipat emisi karbon dioksida per kapita Tiongkok dan hampir 8 kali lipat emisi karbon dioksida per kapita India.

Dalam analisis yang dilakukan oleh Scientific American pada tahun 2021,  Amerika Serikat telah melampaui anggaran karbonnya sekitar 346 miliar metrik ton untuk mengurangi emisi karbon. Meskipun demikian, our world data mencatat bahwa Amerika Serikat masih melepas sekitar 5 miliar metrik karbon dioksida pertahun. yang merupakan sekitar 13,49 persen dari total emisi global—lebih dari dua kali lipat dari gabungan semua 28 negara di Uni Eropa. Emisi tersebut akan terus mendorong pemanasan global.

Pandangan Ahli

Nah berdasarkan penjelasan diatas, Peneliti dari Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Dandy Rafitrandi menyebutkan bahwa keluarnya Amerika Serikat dalam Perjanjian Paris akan mempengaruhi beberapa hal yaitu:

1. Pendanaan untuk penanganan perubahan iklim (climate financing) akan semakin sulit.

Pasalnya, sebagaimana yang dilansir oleh NRDC, pada kepemimpinan Biden tahun 2021, Amerika Serikat menganggarkan 669 dollar AS untuk Mendanai program penanganan terhadap iklim, termasuk di dalamnya green climate fund, global enviroment facility, clean technology fund dan UNFCCC serta IPCC. Pada tahun 2022, Biden mengajukan budget sebesar 2,608 dollar AS, dan kongres mengalokasikan anggaran sebesar 1,056 dollar AS. Pun demikian tahun 2023 sampai 2025 yang meningkat sampai angka 3, 832 dollar AS.

Permintaan Anggaran Presiden dan Pengesahan Kongres tentang Pendanaan Iklim Internasional AS, Tahun Anggaran 2021-2025. Sumber: NRDC/Joe Thwaites
Permintaan Anggaran Presiden dan Pengesahan Kongres tentang Pendanaan Iklim Internasional AS, Tahun Anggaran 2021-2025. Sumber: NRDC/Joe Thwaites

Oleh sebab itu, keluarnya Amerika Serikat juga akan memengaruhi negara-negara maju dalam mengalokasikan anggaran dalam membiayai perubahan iklim. Sebab, Amerika Serikat merupakan pemimpin dari G7 atau organisasi tujuh negara dengan ekonomi maju terbesar di dunia.

2. Keputusan Trump akan berdampak terhadap negara-negara berkembang yang mengalami keterbatasan biaya dalam mengeksekusi proses energi transisi energi. Sebab, negara-negara berkembang memiliki limited financing dan budget dalam melakukan transisi energi kedepan.

Selain itu, Pakar hubungan internasional Teuku Rezasyah menilai upaya Donald Trump untuk menarik keluar AS dari Perjanjian Iklim Paris menunjukkan kemungkinan pemerintahannya untuk melakukan industrialisasi. Teuku menafsirkan narasi “manufactur country” yang disebutkan trump itu ingin menjadikan Amerika Serikat sebagai produsen atau penghasul produk, bukan sebagai pembeli. Sebab, Trump juga mengatakan bahwa dengan melakukan industrialisasi baru akan memuat AS memiliki teknologi yang lebih canggih dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara-negara lainnya. Selain itu, Rezasyah menyebutkan bahwa Trump memungkinkan untuk mewujudkan slogan “Make America Great Again” dengan mengalokasikan anggaran yang selama ini digunakan untuk membantu penanganan iklim untuk memberdayakan nya di dalam negeri. Meskipun demikian, Trump masih akan tetap membantu negara-negara yang dia anggap perlu dibantu dalam penanganan isu lingkungan hidup.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun