Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Desa Kanekes: Desa di Ujung Pulau Banten yang Berbatasan Langsung dengan Suku Baduy

13 Desember 2024   04:30 Diperbarui: 13 Desember 2024   04:27 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena letak geografisnya berbatasan langsung dengan adat suku baduy, maka kebudayaannya pun masih sangat terafiliasi dengan budaya baduy. Budaya masyarakat Baduy adalah budaya penghormatan terhadap alam. Bentuk rumah terbuat dari bahan bangunan kayu ditutup oleh bilik beratap daun Kiray. Masyarakat Baduy sangat menolak teknologi dengan tidak adanya penerangan listrik, TV dan lain-lain. Masyarakat Baduy adalah masyarakat agraris. Mereka sangat peduli dan melestarikan sumber mata air dan sungai yang memang berada di alur kampung mereka. Sebab, air adalah sumber penghidupan bagi masyarakat Baduy. Tak ayal, bagi masyarakat Baduy yang telah berkeluarga mereka wajib berhuma atau sistem menanam padi pada lahan kering (Huma). Di wilayah Baduy sendiri tidak ditemukan sawah (lahan pertanian basah), karena aturan adat melarang memotong alur air dan menyimpan air. Jenis padi yang ditemukan pada wilayah Baduy ada 18 jenis. Jenis padi ini merupakan warisan nenek moyang mereka. Sistem pertanian masyarakat Baduy dikenal dengan “Sistem Keorganikannya” baik pada pupuk, pembasmi gulma maupun pembasmi serangga menggunakan vegetasi yang tersedia disekitar mereka. 

Siklus pertanian dari mulai menanam, memanen Medan, pengeringan sampai dimasukan kedalam lumbung padi (leuit) dilakukan dengan proses alam dan meminta widi dari Gusti Alloh Nu Maha Soci . Begitu juga saat dilakukan penumbukan padi di Saung Lisung. Ada yang unik pada masyarakat Baduy saat melakukan penanaman padi diiringi oleh acara ritual Angklung Buhun yaitu kesenian tradisional terbuat dari bambu dengan menabuh angklung. 

Di samping itu masyarakat Baduy juga berkebun. Hasil perkebunan dari masyarakat Baduy adalah Durian (Durio zibethinus MURR.), Petay (Parkia speciosa HASSK.), Picung (Pangium edule REINW.), Aren (Arenga pinnata MERR.), Muncang (Aleurites moluccana WILLD.), Binglu (Mangifera caesia JACK.), Ranji (Dialium indum LINN.), Jatake (Bouea macrophylla GRIFF.), Kupa (Eugenia polycephala MIQ.), Duku (Dysoxylum domesticum CORR.), Pisitan (Dysoxylum domesticum CORR.), Kaweni (Mangifera odorata GRIFF.), Limus (Mangifera foetida LOUR.), Manggu (Garcinia mangostana LINN.), Tiwu endog (Saccharum officinarum LINN.), Hiris (Cajanus cajan MILLSPAUCH.), Kumili (Coleus tuberosus BENTH).   

Nah itulah sedikit banyaknya pengalaman sekaligus hasil pengamatan langsung saya bersama teman-teman MAHAPEKA Bandung saat melakukan Bakti Sosial dan Penyuluhan Lingkungan Hidup di Desa Kanekes.

 Apakah kalian tertarik untuk berkunjung?   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun