Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Prinsip Goldilocks: Mengambil Jalan Tengah adalah yang Terbaik

24 Mei 2024   07:15 Diperbarui: 24 Mei 2024   07:19 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"It always seems impossible until its done" ---Nelson Mandela

Ada aturan dalam hidup yang perlu kita ketahui, bahwa setiap harinya selalu ada hal baru yang akan kita hadapi, entah hal baik ataupun hal buruk. Tentu, semua orang di dunia ini menginginkan hal terbaik di dalam hidupnya. Wajar, tidak ada manusia yang ingin hidupnya menderita. Tidak ada juga satupun manusia yang ingin kegagalan. Oleh karena itu, trial and error menjadi salah satu cara yang dilakukan seseorang untuk bisa mencari kemanakah jalan yang akan dilalui untuk kedepannya.

Menurut survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup, bahwa 80 persen anak dan pemuda di Indonesia percaya bahwa dunia akan semakin baik kedepannya. Akan tetapi, secara bersamaan, hampir 29 persen mengalami depresi atau kekurangan minat untuk melakukan hal apapun. Hal ini mengingat populasi penduduk yang semakin meningkat, ditambah --menurut data dari Susenas pada tahun 2023--ada sekitar 64,17 juta jiwa pemuda di Indonesia. Tentu, ini menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri dalam mempersiapkan Bonus Demografis pada tahun 2045.

Lalu, apa kaitannya dengan tema yang akan kita bahas?

Ya. Banyaknya populasi pemuda di Indonesia menjadikan makin ketatnya persaingan di beberapa sektor, baik di sektor pendidikan, peluang kerja, peluang usaha, dsb. Selain itu, perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat manusia secara lambat laun akan dikalahkan oleh mesin, jika manusia tidak memiliki kompetensi dan kapasibilitas yang mumpuni. Alhasil,respon mayoritas penduduk Indonesia melihat data tersebut menjadi pesimis.

Tak perlu khawatir kawan. karena tulisan saya akan membahas solusi dari keadaan tersebut.

Oke, saya mulai dengan salah satu teori yang bernama Goldilocks.

Prinsip Utama Goldilocks

Asal mulanya, prinsip ini lahir dari analogi antara Goldilocks (seorang gadis muda) dan Tiga ekor beruang yang sedang mencicipi bubur yang berbeda dan mendapati dirinya yang lebih menyukai bubur yang tidak terlalu panas dan dingin tetapi memiliki rasa yang tepat. Konsep "rasa yang pas" ini lah yang kemudian menjadi disiplin ilmu yang membuat manusia tidak harus berlebihan dalam segala hal.

Jika ditarik ke prinsip way of life, kita seringkali merasakan demotivasi setelah mengetahui realita yang sebenarnya. Maksudnya adalah kita mengetahui bahwa kedepan akan ada persaingan yang begitu ketat untuk menghadapi berbagai sektor. Akan tetapi, sudut pandang yang kita lihat bukan hal yang dapat kita kendalikan, tetapi lebih melihat aspek hal yang tidak perlu kita pikirkan.

Dalam buku Atomic Habits, saya mendapatkan secercah harapan bahwa Demotivasi sering terjadi ketika kita tidak memahami apa yang sedang kita lakukan. Contohnya, jika kita ingin menjuarai sebuah pertandingan sepakbola. Kita harusnya melatih diri kita dengan berolahraga, latihan dribble, passing, dsb. Fokus kuta pada apa yang harus kita siapkan dan tingkatkan. Lawan kita siapa, postur tubuh nya seperti apa, hal itu merupakan faktor lain yang tidak perlu kita pikirkan. Just do what you want do!

Latihan setiap hari dengan 1 persen perkembangan itu lebih baik, ketimbang tidak pernah latihan tapi melakukan nya 1000 kali. Hal itulah, yang perlu kita siapkan.

Jika kita ingin memulai sesuatu, bagi saya mengambil jalan tengah adalah yang terbaik. Mengapa?

Demotivasi akan terjadi jika kita mempush diri kita terlalu ekstrem. Kehilangan konsentrasi, Gampang lelah, emosi tidak stabil, menjadi salah satu faktor jika kita langsung mempush diri kita. Lakukan dari hal yang kita sukai.

Kekhawatirkan itu hanya menjadi ketakutan jika kita tidak pernah memulai. Ketakutan itu juga jadi bumeran ketika kita tidak mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan.

Bagi saya, realita sosial hanya menjadi pendobrak saja supaya saya bisa terus disiplin dan berusaha secara keras dan cerdas. Fokus saya adalah bagaimana saya bisa mengembangkan passion dan apapun yang ingin saya tuju. Kendalikan fokus. Mudah tidaknya sesuatu, jika kita senang melakukannya, akan terasa mudah.

Lakukan lah setiap hari, sampai jika hal tersebut dilakukan oleh diri kita, akan menjadi kesenangan dan jika dilakukan oleh orang lain hanya akan membuatnya kesulitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun