Setiap orang memiliki cerita perjuangannya sendiri, dan bagi saya, menjalani kuliah sambil bekerja adalah salah satu babak terpenting dalam hidup. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah. Ada tanggung jawab besar di kedua sisi: di satu sisi, saya ingin meraih pendidikan tinggi demi masa depan yang lebih baik, sementara di sisi lain, pekerjaan adalah sumber penghidupan dan wadah untuk membangun karier lebih awal.
Sebelumnya perkenalkan saya Rizki illahi, panggil saja saya Zeky. Dalam perjalanan ini, saya menghadapi beragam tantangan yang tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental dan emosional. Namun, di balik semua itu, ada banyak pelajaran berharga dan momen tak terlupakan. Cerita ini adalah tentang perjalanan saya menyeimbangkan antara mimpi dan tanggung jawab, antara belajar di kelas dan bekerja di dunia nyata, serta bagaimana kedua pengalaman ini membentuk diri saya yang lebih tangguh.Â
Mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja adalah salah satu tantangan terbesar dalam hidup saya. Di satu sisi, saya merasa bersemangat untuk terus belajar dan memperbaiki kualitas diri. Di sisi lain, tanggung jawab pekerjaan menuntut saya untuk memberikan yang terbaik, tanpa memandang lelah atau waktu yang terbatas.
Awalnya, semuanya terasa berat. Saya harus membagi waktu antara kuliah, pekerjaan, dan kehidupan pribadi. Jadwal yang padat membuat saya sering tidur larut malam demi menyelesaikan tugas kuliah, sementara keesokan harinya saya harus bangun pagi untuk bekerja. Namun, di tengah kesibukan itu, saya belajar banyak hal.
Kuliah sambil bekerja mengajarkan saya tentang manajemen waktu yang baik. Saya mulai membuat jadwal harian, mencatat prioritas, dan belajar mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak penting. Tantangan ini juga mengasah kemampuan multitasking saya. Misalnya, ketika ada tugas kelompok, saya harus memastikan kontribusi tetap maksimal meskipun kadang tidak bisa sering hadir dalam diskusi.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika saya berhasil menerapkan teori yang saya pelajari di kelas ke dalam pekerjaan. Ada saat di mana sebuah proyek di tempat kerja berjalan lebih lancar karena strategi yang saya dapatkan dari mata kuliah pemasaran. Saat itu, saya merasa betapa berharganya perjuangan saya selama ini.
Tentu saja, ada momen sulit di mana saya merasa ingin menyerah. Ada kalanya saya merasa lelah, kewalahan, atau bahkan merasa kurang waktu untuk diri sendiri. Namun, dukungan dari teman-teman kuliah dan rekan kerja sangat membantu saya melewati masa-masa itu.
Keluarga adalah pilar utama dalam perjalanan ini. Meskipun mereka tahu betapa sibuknya saya, mereka selalu memberikan semangat dan memahami waktu-waktu ketika saya harus absen dari acara keluarga. Mereka percaya pada mimpi saya, dan keyakinan itu menjadi bahan bakar bagi saya untuk terus maju.
Selain keluarga, teman-teman adalah pelengkap dalam perjuangan ini. Mereka adalah orang-orang yang siap berbagi cerita, berbagi tawa, bahkan berbagi keluh kesah saat tugas dan pekerjaan terasa terlalu berat. Dukungan kecil seperti membantu dalam tugas kuliah atau sekadar mendengar cerita saya sudah cukup untuk membuat segalanya terasa lebih ringan.
Cerita ini bukan hanya tentang perjalanan saya menghadapi tantangan kuliah dan bekerja, tetapi juga tentang bagaimana orang-orang terdekat menjadi cahaya yang menerangi langkah saya, membuat perjuangan ini terasa lebih berarti.
Kini, setelah saya merasakan kuliah sambil bekerja, saya merasa bangga pada diri sendiri. Pengalaman ini membuat saya lebih tangguh, disiplin, dan menghargai waktu. Saya menyadari bahwa dengan tekad dan usaha yang kuat, tantangan apa pun bisa diatasi. Kuliah sambil bekerja bukan hanya tentang meraih gelar, tetapi juga tentang membentuk karakter yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H