Mohon tunggu...
Rizki Agus Nugraha
Rizki Agus Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, Saya Rizki Agus Nugraha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Pemberitaan Muslim Uighur dalam Media Internasional dan China

6 Januari 2023   03:24 Diperbarui: 6 Januari 2023   03:36 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki setiap orang, tanpa memandang ras, budaya, kebangsaan, bahasa, dan agama. Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat universal dan tidak dapat diabaikan atau dihilangkan atas dasar individu. Oleh karena itu, pelanggaran hak asasi manusia sangat besar dan tidak dapat ditolerir. Sesama manusia harus bisa menghargai perbedaan kita, dan kita harus menghormati hak asasi manusia satu sama lain. China adalah negara komunis dengan sistem satu partai dan atheisme. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa penduduk China didominasi oleh etnis Han. Etnis Han adalah etnis tanpa keyakinan agama dan telah diakui oleh dunia. China juga merupakan negara di mana 59% penduduknya tidak beragama dan sisanya 8% hingga 14% mengaku beragama.

Mayoritas penduduk China berasal dari kelompok etnis Han, minoritas adalah Uighur, salah satu minoritas resmi yang populasinya adalah Muslim. Kelompok etnis Uighur terletak di ujung barat China, Xinjiang. Masyarakatnya merupakan keturunan Turki dan berbahasa Uihur, termasuk varian bahasa Turki yang menggunakan aksara Arab. Sebagai salah satu kelompok minoritas dan muslim di China, keberadaan Uighur ini tentu sangat menarik untuk dikaji. Interaksi Han dan Uighur dalam kehidupan sehari-hari, berbagai dugaan seperti potensi konflik, masalah hubungan praktik sosial, dll. Kedua ras ini telah menarik perhatian seluruh masyarakat internasional dengan cara yang sangat menarik.

Media massa memiliki kualitas atau karakteristik mampu menjangkau jumlah yang besar, luas (universal), massa publik, dan mempopulerkan siapa pun yang muncul di media massa.

Pada zaman sekarang, media berita digunakan sebagai alat produksi informasi, fungsinya harus dipahami dengan baik. Memang, media berita tidak hanya digunakan untuk menceritakan fakta secara "sebenarnya", tetapi juga dapat digunakan oleh kalangan tertentu untuk mempengaruhi sesuka hati pembentukan opini publik, antara lain: ideologi, nilai-nilai sosial, pengaruh cara hidup, sistem politik, dll. Yang jelas, masyarakat tentunya tidak menyadari secara langsung pengaruh yang diberikan oleh seluruh media komunikasi massa.

Perbedaan pemberitaan mengenai muslim Uighur oleh media internasional dengan media China sendiri sangat jauh berbeda. Dikutip dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Winda Yustika Sari dan Udi Rusadi, "yang dilansir dari www.bbc.com, ketegangan antara Uyghur dengan pemerintah China bermula saat Uyghur ingin memisahkan diri dari China pada tahun 1990-an. Kemudian, pada 2009, kerusuhan terjadi di Urumqi yang menyebabkan tewasnya 200 orang yang sebagian besar adalah etnis Han. Pemerintah China menuduh separatis di Xinjiang adalah pelakunya. Beberapa tahun setelah kejadian itu, tepatnya pada 2018, otoritas China di wilayah Xinjiang mendeklarasikan kampanye 'anti-halal' dan mengesahkan undang-undang anti-ekstremisme. Undang-undang tersebut berisi larangan untuk menjalankan syariat agama, salah satunya yaitu larangan mengenakan jilbab bagi kaum wanita Uyghur".

Berdasarkan dari jurnal yang ditulis oleh Sun Wanting dan Kukuh Yudha Karnanta yang saya jadikan referensi, perbedaan pemberitaan muslim Uighur yang ditulis oleh media berita dari luar negeri yaitu BBC ( British Broadcasting Corporation) dan media berita online China Daily sangatlah bertolak belakang. Berita " China bans Xinjiang officials from observing Ramadan Fast" yang ditulis oleh BBC menyatakan bahwa pemerintah China melarang pejabat Xinjiang China untuk melakukan puasa pada bulan Ramadhan. Penulis berita ini ingin menggambarkan bahwa etnis Uighuy di China memiliki kehidupan yang tidak bahagia dan bebas, tidak ada hak dan kebebasan beragama.

Sedangkan berita " Rumors about Ramadan in Xinjiang are false" tentang etnis Uighur yang ditulis oleh China Daily menjelaskan bahwa di Xianjing ketika bulan Ramadhan tiba, mereka yang beragama Islam diizinkan untuk melaksanakan ibadah puasa dengan suasana damai. Penulis berita ini menyampaikan bahwa berita yang ditulis mengenai muslim di Xinjiang yang dilarang berpuasa pada bulan Ramadhan adalah salah. Penulis juga menegaskan bahwa rumor tersebut disampaikan oleh orang-orang yang berniat jahat untuk menggunakan masyarakat etnis Uighur untuk konspirasi mereka sendiri. Perbedaan yang sangat terlihat bahwa kedua media tersebut memiliki pendapat yang berbeda mengenai kasus diskiriminasi terhadap muslim Uighur.

Alasan perbedaan ini yang dapat kita tarik kesimpulan bahwa, China bermaksud untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, dalam konteks sosial media berita sebagai alat propaganda di China, wajib mendukung dan merepenstasikan etnis Uighur secara baik, seperti yang digambarkan oleh media berita online China Daily terkait persoalan etnis Uighur. China Daily yang berasal dari China memiliki pengaruh sosial China yang menekankan keharmonisan etnis.

Sedangkan hasil analisis dari pihak BBC, pembentukan teks berita dalam merepresentasikan etnis Uighur, BBC menciptakan citra Uighur dan pemerintaah China ke arah yang negatif. Media berita BBC yang berasal dari Inggris, sangat memperhatikan hak dan kebebasan manusia sesuai dengan ideologi yang mereka miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun