Mohon tunggu...
Mochamad Rizki Fitrianto
Mochamad Rizki Fitrianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer Writer

Menulislah agar dipahami, bicaralah supaya didengar, dan membacalah untuk mengembangkan diri - Gus Dur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Buku dan Dinamika Sebuah Buku

23 April 2020   12:22 Diperbarui: 23 April 2020   12:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

23 April, tepat hari ini diperingati sebagai hari buku sedunia. Beberapa dari kita masih awam tentang hari buku, bagaimana sejarahnya hingga akhirnya disepakati sebagai hari buku sedunia, bahkan bagi saya sendiri. Hari buku yang tepat jatuh pada hari ini merupakan moment yang sesuai bagi kita untuk merefleksikan diri. Merefleksikan diri tentang sejauh mana buku dapat berpengaruh dan memberikan pengaruh terhadap kita maupun sekitar kita.

Jauh sebelumnya, jika kita melihat keadaan sekitar kita tentang seberapa banya orang yang membaca buku atau bagaimana dinamika buku dalam keseharian di masyarakat kita, kita akan melihat betapa masih sangat minimnya pemahaman akan hal tersebut. 

Bukan tanpa alasan, jika kita menengok sedikit ke belakang, beberapa waktu yang lalu, saat dimana pandemi virus covid 19 mulai dinyatakan sebagai suatu wabah yang berbahaya dan pemerintah mengeluarkan himbauan tentang melakukan aktivitas untuk sementara waktu di rumah saja, kita atau mungkin saya mendapatkan banyak chat tentang bagaimana mengusir rasa bosan saat kita berada di rumah dalam jangka waktu yang tidak tentu dengan membagikan link bacaan/e-book secara cuma-cuma atau gratis, hmm menarik bukan? Iya, bagi saya sendiri saat itu yang membaca pesan tersebut juga merasa tertarik, terlebih dengan judul buku dan penulis yang ditawarkan seperti karya dee lestari, fiersa besari dll.

Terlepas dari hal tersebut, dalam proses sebuah buku merupakan satu rangkaian proses karya dan kreativitas yang sangat panjang dan tidak mudah, berawal dari menulis naskah, mengirimkan kepada edito, melalui tahap pencetakan, pendistribusian melalui toko buku dll. Kita kadang sering terlupa dengan proses tersebut, termasuk saya. Dalam sebuah karya ada perjuangan, menuliskan gagasan dan ide dalam wujud tulisan. Bagi saya sendiri itu sama halnya ketika mengerjakan sebuah jurnal atau karya ilmiah. Disana ada gagasan yang dituangkan, akan menjadi sayang apabila ada tulisan lain yang mengambil tanpa menunjukan sumber pengutipan ataupun sebaliknya. Hal itu juga sama dengan sebuah buku yang dihasilkan oleh seorang penulis, selain ada hasil kreativitas cipta rasa, disana juga ada hak komersil yang harus dijaga, termasuk e-book.

E-book sebagai wujud lain karya tulis juga termasuk ciptaan yang harus dijaga dan dilindungi, perlindungan hak cipta E-book sama dengan buku konfensional atau yang dicetak. Adapun ancaman dari pelanggaran tersebut adalah pidana, karena di dalam UU Hak Cipta dijelaskan mengenai adanya hak komersil dari seseorang atau pemegang hak cipta itu, termasuk dalam pendistribusian dalam bentuk yang bersifat elektronik maupun non-elektronik.

Selain hal tersebut, buku dalam kaitanya sebagai sumber literasi juga harus di sosialisasikan secara simultan kepada masyarakat. Harus diakui bahwa selain minat baca masyarakat kita yang masih belum cukup baik, tingkat pendidikan masyarakat kita juga masih belum cukup baik. Kedua hal tersebut kadang kerapkali diperparah dengan penyebaran berita bohong atau hoax yang banyak dijumpai seperti saat ini. 

Bagi saya sendiri, berita hoax yang masih ada saat ini sudah sangat memprihatinkan, tidak hanya bersifat menebar informasi sesat, namun juga bersifat propaganda bahkan cenderung kepada menghasut dan membingungkan. 

Dari hal tersebut, saya menilai bahwa begitu pentingnya keberadaan buku tidak hanya sebagai sumber literasi akan tetapi lebih dari itu, buku dapat menjadi sumber edukasi dan konfirmasi. Hal tersebut tidak lepas dari penulisan sebuah buku yang dimana melalui proses yang panjang, khususnya buku yang berisi tentang ilmu pengetahuan. Ada proses mengumpulkan data, korelasi, analisis dll. Sehingga akan sangat sesuai di dalam keadaan seperti yang saya jelaskan sebelumnya, buku digunakan sebagai salah satu pertahanan dalam mengurangi hoax.

Terakhir, dalam kaitanya dengan hari buku, bagi saya pribadi, ini bukan hanya terpaku pada buku yang menjadi objek utama, akan tetapi lebih dari itu. Ingat apa yang dikatakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, iya, "Iqro" (bacalah), perbanyaklah membaca, salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun