Aku menunduk, pada tanah aku berserah,
Di antara bayang-bayang, aku bernafas lemah.
Tak ada keangkuhan yang kupegang erat,
Hanya sunyi, di mana kehendak terikat.
Kekuatan mereka adalah dosa yang nyata,
Kelemahan ini kujalani dengan sukacita.
Di bawah derita, aku temukan jalan,
Dalam air mata, ada damai yang tak tertawan.
Pengampunan kuberi, meski luka menganga,
Bagi yang menyakiti, tak ada dendam tersisa.
Aku tak berjuang melawan badai besar,
Melainkan menari lembut dalam angin yang pudar.
Penderitaan adalah mahkota yang kugenggam,
Membawaku dekat pada kebenaran yang diam.
Tak perlu kuangkat tangan untuk membalas,
Karna dalam tunduk, kudapati harap tak terbatas.
Oh, biarlah dunia mereka penuh gairah dan perang,
Aku di sini, dalam ketenangan yang tenang.
Biarlah mereka memuja kekuatan dan kuasa,
Aku temukan surga dalam kerendahan yang fana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H