Oiya, sebelumnya mohon maaf nii, penulis dari awal bukan golongan yang mendukung stigma yang mengatakan bahwasanya, "Skripsimu enggak akan mengubah dunia, udah kerjain sekenanya aja". Pengerjaan skripsi sekadarnya itu bagaimana? Penulis bukan menyarankan dalam pembuatanya harus sempurna lho yaaa...
Bukan, hanya saja dalam pengerjaan skripsi perlu minimal kamu nikmati kalau belum bisa memaknai. Dari sini lah kamu bisa menemukan diri kamu sendiri lalu mengubah menjadi lebih baik. Hingga kamu bisa dengan tangan dan pikiranmu mampu mengubah dunia.
Pengerjaan skripsi yang sepenuhnya bergantung pada dirimu sendiri. Meskipun ada dosen pembimbing beliau perannya hanya mendampingi dan memberi saran masukan. Selebihnya ya kamu yang harus mengerahkan segala cara untuk maju.
Seperti contoh, jika dilihat seperti ada tantangan yang menghadang dalam penelitian dosen pembimbing penulis selalu mengatakan bahwasanya "Yaa, memang itu seninya meneliti, bagaimana membuat responden nyaman dan tidak bosan denganmu. Hingga ia menceritakan keadaan lapangan apa adanya."
Kesendirian juga membahayakan. Komponen itu cukup mampu membentuk dirimu. Pernah mendengar wejangan yang mengatakan, kebanyakan dosa dilakukan saat sedang sendirian atau minimal tidak banyak orang? Setan mulai bergentayang dan menghasut manusia untuk menghalalkan segala cara karena tidak akan ketahuan orang.
Ini lah, kejujuran dan integritas kita dilatih dan diuji ketahanannya. Jika semenjak kuliah aja sudah tidak ada kejujuran, bagaimana di tempat kerja yang kebanyakan idealisme sudah tergadaikan keadaan.
Semua terpaku pada dirimu bagaimana caramu mengatur diri kamu sendiri. Kedewasaan di sini juga tersentuh rasa tanggung-jawab penuh menghadapi rasa malas, skripsi yang membosankan lalu bukan prioritas, hingga revisi tak pernah disentuh sama sekali, sedangkan kegiatan lain yang ngga penting menjadi daily.
Kembali kepada diri sendiri, apalagi yang sudah menyambi kerja, harus lebih ketat juga dalam pengelolaan waktu, tenaga, dan pikirannya. Penulis tambah salut juga pada mahasiswa yang seperti ini.
Ia menyadari bahwasanya waktu yang teramat luang ini sayang jika tersia-siakan tanpa mencicipi pengalaman dunia kerja sekalian curi start. Hanya perlu diingat juga kestabilan kondisi badan dan pikiran. Biar tidak gampang sakit dan stress.
Bagi pembaca yang termasuk mahasiswa akhir juga, di sini penulis tidak menuntut kalian harus lulus secepatnya. Engga penting lagi waktu lulus, yang terpenting sekarang, buka dulu laptopnya, coba sayangi skripsi karena ia yang akan mengantarkanmu mengenali diri sendiri dari sanalah kedewasaanmu yang sedikit banyak mampu mengubah dunia.
Salam refleksi dari Feby