Dosen Pembimbing (Dosbing) Killer
Jika di kampus, terutama di jurusan saya, dalam pemilihan Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) banyak yang menghindari dosen killer. Ketakutan yang mereka pikirkan sebenarnya benar adanya, guncangan mental, hujatan, sindiran, komentar pedas, kriting, tajam menghujan deras layaknya hujan disertai halilintar.
Ada pemikiran, "Hindari aja dosen killer yang ruwet dikhawatirkan memperumit jalan menuju kelulusan". Oke, hal ini tidak ada yang salah, karena kemulusan hubungan antar dosen pembimbing (dosbing) dengan mahasiswa sangat berpengaruh pada bimbingan dan pengesahan apapun.
Sayangnya, kebanyakan mahasiswa memilih menutup mata hati untuk melirik sedikit saja alasan dosen killer bertindak demikian. Hanya mahasiswa sejati yang bisa menerima pernyataan ini. Dosen yang dikata killer tidak akan bertindak demikian tanpa sebab yang memicu pertempuran. Penyebab amarahnya keluar pun, tidak secara tiba-tiba. Tapi mahasiswa seringkali menampiknya dengan alibi perlindungan diri.
Tidak dipungkiri, bahkan saya termasuk ke dalamnya, kebanyakan mahasiswa manja, enggan berusaha namun minta dikabulkan segera. Mahasiswa egois, yang selalu ingin dihujani pujian manis. Mahasiswa cupu, yang ingin jalan mulus selalu. Mahasiswa tak tahu diri, sudah salah tidak mau mengintropeksi. Mahasiswa sombong, yang mengejar IPK namun ilmunya kosong.
Tulisan saya bukan bertujuan untuk meremehkan pihak yang berlainan pemikiran, sebatas ingin membagikan pengalaman pertaubatan dan penebusan kesia-sian. Pemilihan dosbing ini, jujur ini sangat berpengaruh besar tidak hanya pada pengerjaan skripsi namun sampai masa depan kalian.
Dosbing killer hadir bukan untuk menjadi halangan bagi mahasiswa. Jika alasannya, pemilihan dosbing yang B aja, biar mulus pengesahan dan bimbingan. Kenapa tidak belajar lebih untuk menjalin kedekatan dengan dosbing killer. Hal ini tentu akan dibutuhkan di masa mendatang menghadapi orang yang bermasalah.
Meskipun kadang dosen killer ini juga mengesalkan karena hujatan yang keluar kadang tidak disaring hati Nurani. Inilah yang menjadi titik perdebatan yang kadang dihindari mahasiswa jika tidak kuat mental. Di sisi lain, justru ini latihan menguatkan mental dengan segala hal yang menyakiti hati. Keras yang dosbing lakukan tidak sebanding dengan kerasnya dunia luar yang keji.
Pernah tidak, terpikir di benak kalian jika hal negatif yang akan keluar dari dosbing bisa mahasiswa atasi? Yaps, pasti bisa. Dengan apa? menjadi mahasiswa yang menuruti kemauan dosennya? Bukann!!!! Kalian cukup menjadi mahasiswa yang sebenar-benarnya.
Mahasiswa Bukan Mahasia-sia
Mahasiswa yang tahu bahwa dirinya maha dari segala siswa, dia sudah dewasa yang sudah bukan lagi anak kecil manja yang harus dituntun. Tingkat inisiatifnya harus ada. Mahasiswa yang tahu prioritasnya apa. Mahasiswa yang berani mengambil risiko atau peluang yang ada. Mahasiswa yang tidak mengedepankan emosi semata. Mahasiswa yang mampu berpikir logis saat perdebatan mewarnai.