Mohon tunggu...
RIZKI FEBY WULANDARI
RIZKI FEBY WULANDARI Mohon Tunggu... Editor - Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Menorehkan segala ambisi dan luka di atas tinta, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja terdapat kelegaan di sana. Pelajaran yang tercatat tidak akan musnah meski waktu menggerusnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat Penuh Tanya Milik Dina

14 Juni 2022   08:06 Diperbarui: 14 Juni 2022   08:23 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Din, kamu jangan terlalu overthinking. Apalagi besok kalau kamu kelak jadi ibu hamil jangan terlalu banyak khawatir. Kasihan nanti mental anakmu kena."

"Din, aku ajarin ya gimana cara menangkal dan bersilat lidah, biar kamu ga gampang kena tipu."

Begitulah setiap Wahyu bertemu Dina. Wahyu nampaknya ingin selalu melindungi Dina dengan mengajarinya untuk kuat. Begitupun Dina selalu senang dengan kebijaksanaan Wahyu melalui kelembutan tutur katanya yang mampu menenangkan perasaannya meski dalam keadaan sekacau apapun. Dina sangat bersyukur sekali bisa bertemu dengan Wahyu. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan rasa kagum ini berubah menjadi cinta, dan ternyata benar itu adanya. Diam-diam Dina menaruh rasa pada Wahyu. Namun, ada satu hal yang membuat Dina seorang anak lugu ini ragu, ia takut segala kebaikan Wahyu ini hanya sementara. Ia mencoba untuk tidak berfokus pada perasaannya.

Sewaktu rapat seperti biasa, tiba-tiba Wahyu minta tolong Dina untuk mengambilkan handphone Wahyu yang tertinggal di mobil. Terdengarlah handphone Wahyu berdering, Dina angkatlah siapa tahu penting, lagian Dina juga teman dekat Wahyu. Setelah diangkat, terdengar seorang cewek dengan nada manja memanggil

"Sayang, bisa minta tolong jemput dari arisan Bude." Tersentak mendengar kata-kata itu Dina terdiam seribu bahasa beberapa saat.

Sampai akhirnya ia sanggupkan untuk memberi tahu posisi Wahyu, "Maaf Wahyu sedang rapat." Ucap Dina dengan gemetar. Dina tidak ingin membahas hal itu pada Wahyu, dan pura-pura tidak tahu. Ia menunggu sampai Wahyu mau menceritakan sendiri kalau dia mau. Selang beberapa saat setelah rapat Dina masih canggung dengan hal itu, Wahyu pun heran kenapa Dina kelihatan memikirkan sesuatu. Wahyu akhirnya mengajaklah Dina ke tempat nongkrong Wahyu bersama teman-temannya. Jadi meskipun Dina sudah sedikit terbuka ia masih susah akrab dengan orang kecuali Wahyu.

"Din, aku dulu juga seperti kamu kayak gini, overthinking, susah akrab sama orang bawaannya takut, introvert pula." Ucap Wahyu.

Tidak memberi waktu untuk Dina menjawab, Wahyu melanjutkan perkataannya dengan ajakan.

"Ikut aku nongkrong yok sama teman-teman ku." Ajak Wahyu.

Di angkringan belakang kampus Dina bertemu dengan teman-teman Wahyu yang super gokil-gokil. Di sana ia lagi-lagi mampu untuk mengalihkan pikiran dan have fun bareng mereka, semua berkat Wahyu.

Waktu mulai malam, obrolan ngalor ngidul yang banyak candaan dan lontaran tawa perlahan mulai berubah menjadi mode serius. Sampai Wahyu melanjutkan percakapan yang menyoal siang tadi bahwa dulu Wahyu juga seperti Dina, anak kutu buku yang no life sampai akhirnya ia juga bertemu orang-orang gokil dan bisa kebawa menjadi pribadi yang hangat seperti sekarang ini. Semua itu berangkat dari didikan orang tua Wahyu yang otoritatif dan sangat protektif, beruntungnya ia mampu keluar dari kubangan ketidak percayaan diri kala itu. Karena orang tua yang terlalu keras atau lembut dalam mendidik anak juga tidak bagus dalam perkembangan anak itu sendiri. Dan tidak disangka, Wahyu baru bercerita bahwasanya ia adalah anak dari dosen favoritnya Dina yang ia kagum-kagumi karena kedisiplinan nya. Di mana hal itu tidak ia dapatkan dari orang tua Dina yang selalu memanjanya dan alhasil itu juga yang mejadi penyebab ia tidak percaya diri dan tertutup seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun