Pendekatan ini cocok untuk audit yang membutuhkan pemahaman mendalam terhadap konteks budaya, sosial, dan operasional perusahaan.
Perbandingan Utama:
-Dialektika Hegelian cenderung rasional dan linier yaitu berfokus pada logika penyelesaian konflik melalui tahap tesis, antitesis, dan sintesis. , sedangkan Hanacaraka lebih reflektif dan holistik yaitu mengintegrasikan prinsip budaya dan filosofi Jawa
-Hegelian efektif dalam situasi audit yang terstruktur seperti audit berbasis data kuantitatif atau laporan yang jelas. , sementara Hanacaraka unggul dalam audit yang membutuhkan interpretasi kualitatif dan konteks budaya. Cocok untuk menyelesaikan konflik yang kompleks dan melibatkan perspektif sosial atau lokal.
-Relevansi yaitu  Pendekatan Dialektika Hegelian dan Hanacaraka dapat diterapkan secara sinergis untuk menghasilkan audit perpajakan yang lebih efektif. Dengan menggabungkan rasionalitas dan harmoni, fiskus dapat menemukan solusi yang tidak hanya mematuhi regulasi tetapi juga mempertimbangkan kepentingan wajib pajak dan konteks perusahaan.
- Menggabungkan rasionalitas dari Hegelian dengan harmoni dari Hanacaraka memungkinkan terciptanya audit yang lebih inklusif, adil, dan efektif. Pendekatan ini tidak hanya menegakkan kepatuhan tetapi juga memperkuat hubungan antara fiskus dan wajib pajak melalui solusi yang bermakna dan berkelanjutan. Dialektika Hegelian dan Hanacaraka memiliki kekuatan unik yang dapat saling melengkapi sama lain.
Rekomendasi
1. Untuk audit berbasis konflik teknis, gunakan Dialektika Hegelian.
2. Untuk audit yang melibatkan dimensi budaya atau sosial, terapkan Dialektika Hanacaraka.
3. Penggunaan kedua pendekatan secara bersamaan dapat menciptakan audit yang lebih inklusif, bermakna, dan berorientasi solusi.
terimakasih