Mohon tunggu...
M Rizki B Dunggio
M Rizki B Dunggio Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Saya merupakan praktisi dan pengajar yang berfokus pada Ilmu psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adaptive performance sebagai kemampuan kunci di dunia kerja

6 Januari 2025   12:14 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:14 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada periode 1980-an hingga 1990-an, fokus utama dalam penelitian kinerja kerja berada pada dua dimensi utama, yaitu task performance (kinerja tugas) dan contextual performance (kinerja kontekstual). Kedua konsep ini menjadi landasan dalam memahami perilaku karyawan di tempat kerja. Kemudian dalam karyanya, Campbell (1990) mengusulkan model komprehensif yang mendefinisikan kinerja individu sebagai hasil dari berbagai dimensi yang berkontribusi terhadap keberhasilan kerja. Salah satu dimensi penting yang diidentifikasi dalam model ini adalah adaptabilitas. Maka dari itu Campbell (1990) pertama kali memperkenalkan adaptabilitas sebagai dimensi penting kinerja individu. Meski pada saat itu belum secara eksplisit disebut sebagai Adaptive Performance, konsep tersebut diuraikan sebagai kemampuan individu untuk menyesuaikan perilaku dengan perubahan tugas, lingkungan kerja, atau situasi yang tidak terduga.

Penelitian oleh Pulakos et al., (2000) merupakan salah satu tonggak penting dalam pengembangan konsep Adaptive Performance dalam psikologi industri dan organisasi. Studi ini memperkenalkan taksonomi yang menguraikan dimensi-dimensi utama dari kinerja adaptif, menjadikannya referensi utama untuk memahami kemampuan adaptasi individu dalam konteks kerja. Kemudian penelitian dari Ployhart dan Bliese (2006) yang memperkenalkan kerangka teoretis yang komprehensif untuk memahami adaptabilitas sebagai karakteristik individu yang dapat diukur, diprediksi, dan dikembangkan. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Griffin et al., (2007) memperkenalkan model baru dalam memahami kinerja peran kerja yang mencakup Adaptive Performance sebagai salah satu komponen utama. Penelitian ini berfokus pada bagaimana individu dapat berkontribusi dalam konteks pekerjaan yang kompleks, tidak pasti, dan saling bergantung, yang sering kali membutuhkan perilaku adaptif. Penelitian dari Charbonnier-Voirin dan Roussel (2008) menandai langkah penting dalam pemahaman dan pengukuran Adaptive Performance. Studi ini berfokus pada pengembangan skala baru untuk mengukur kinerja adaptif individu dalam organisasi, dengan pendekatan berbasis perilaku yang lebih operasional dan kontekstual.

Berdasarkan penelitian terdahulu, membuat kajian adaptive performance semakin berkembang. Seperti penelitian dari Huang et al., (2014) yang meneliti bagaimana sifat-sifat kepribadian memengaruhi kemampuan adaptif individu di tempat kerja. Huang et al. (2014) memberikan kontribusi besar dalam memahami faktor-faktor psikologis yang mendasari kemampuan adaptif. Dengan menunjukkan hubungan yang kuat antara kepribadian dan adaptive Performance, penelitian ini menjadikan sifat-sifat kepribadian sebagai elemen penting dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerja adaptif individu di tempat kerja. Selain itu juga penelitian dari Park & Park (2019) mengeksplorasi hubungan antara dukungan organisasi (organizational support) dan adaptive performance karyawan, dengan menyoroti peran mediasi job crafting. Studi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana faktor organisasi memengaruhi kemampuan adaptif individu, serta bagaimana perilaku proaktif karyawan berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kinerja adaptif.

Adaptive Performance menjadi kemampuan kritis yang dibutuhkan oleh individu untuk tetap kompetitif dunia kerja dalam menghadapi perubahan cepat akibat globalisasi, teknologi, dan dinamika sosial. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian yang mendukung pernyataan tersebut seperti penelitian dari Wamba et al., (2022) mengeksplorasi hubungan antara ambidexterity kecerdasan buatan (AI), kapabilitas transformasi adaptif (Adaptive Transformation Capability), dan kinerja kompetitif perusahaan selama krisis COVID-19. Studi ini menempatkan adaptive performance sebagai salah satu elemen kunci dalam membantu organisasi bertahan dan berkembang di tengah ketidakpastian global yang disebabkan oleh pandemi. Penelitian oleh Guo et al. (2023) mengeksplorasi bagaimana perusahaan menghadapi krisis sosial dengan menyoroti peran transformasi digital sebagai mediator dan kapabilitas adaptif sebagai moderator dalam hubungan antara krisis sosial dan kinerja perusahaan. Adaptive performance menjadi elemen inti dalam memahami bagaimana organisasi dapat beradaptasi dan bertahan dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun