Bingung juga mau nulis apa, mau tidur tapi belum ngantuk, akhirnya hidupkan Laptop trus coba buat nulis. Tentang apa juga masih bertanya, sampai akhirnya aku baca sebuah SMS yang masih tersimpan di inbox HP, SMS dari ayah….
Hmmm, A.Y.A.H. …
Satu kata yang terdiri dari 4 huruf, 2 huruf vocal yang sama dan dua huruf konsonan yang berbeda. Kata yang terkadang sering kita lupakan, kata yang tidak jarang kita anggap sebagai musuh karna membatasi setiap aktivitas yang kita sukai baik itu didalam ataupun diluar rumah.
Selama ini pasti yang selalu diingat pertama kali adalah mama atau ibu atau bunda, yach, memang peran seorang ibu sangatlah besar dalam hidupmu, k arna beliau lah yang telah melahirkanmu kedalam dunia ini. Baginda Nabi besar Muhammad SAW saja memposisikan ibu itu 3 tingkat lebih mulia dari pada seorang ayah, benar surga itu ada ditelapak kaki ibu, benar juga adanya pintu surga tidak akan terbuka buat kita tanpa restu dari ibu.
Tapi pernahkah kita berfikir kalau ayah juga sangat mulia?
Pernahkah kita mengingat ayah setidaknya setelah kita mengingat ibu?
Pernahkah kita membuat satu kejutan pesta untuk ayah?
Dan pernahkah kita lari pada ayah untuk membagi berita gembira padanya?
Mungkin pernah, tapi itu sangatlah jarang, jujur saja aku juga begitu, jarang mengingat ayah, jarang berfikir ayah itu mulia, tidak membuatkan pesta kejutan untuk ayah di hari ulang tahunnya, padahal saat ulang tahunku, aku akan sangat marah jika ayah lupa, dan aku jarang membagi berita gembira bersama ayah. Saat aku gembira, aku hanya memberitahu ibu dan teman-temanku, tidak pada ayah. Sedangkan saat aku sedih aku pertama kali ingat ayah. Berbagi kesedihan dengan ayah, tapi ayah tidak pernah marah.
Aku juga pernah berfikir ayah tidak menyayangiku, padahal kalau diingat lagi ayah hampir melakukan semua hal yang aku inginkan. Ayah bekerja siang malam untuk biaya sekolahku, biaya kost, makan dan lainnya. Bagaimana mungkin dia melakukannya jika dia tak menyayangiku.
Aku masih ingat kejadian 4 tahun lalu, saat aku bertengkar dengan kakak laki-lakiku, ayah tidak membelaku, aku marah dan pergi dari rumah, aku pergi kerumah kakak perempuanku, aku kecewa saat ayah tidak membelaku dan berfikir ayah tidak sayang padaku. Aku diam dirumah kakak, tidak memberi kabar pada keluarga dirumah, semuanya diam, tetapi lewat tengah malam ayah mengecek kamarku dan saat mendapati kamar itu kosong, ayah langsung mencariku dengan berjalan kaki. Ayah tidak pulang sebelum menemukanku dan memastikan kalau aku baik-baik saja. Tapi aku masih saja tidak sadar akan kasih sayangnya.
Dan saat ini, saat aku sudah dewasa, aku masih saja sering membantah ayah,tidak memperdulikan perasaan ayah yang sakit saat meliat anak yang telah di besarkannya membantahnya.Aku memang tidak peka, dan aku terlalu bodoh untuk memahami ayah. Maafkan anakmu ini ayah….
Ayah, aku tidak pernah tahu akan seperti apa aku tanpamu ayah,
Ayah, aku rindu…
Daun dan tanah masih basah sisa hujan….
Bau tanah basah menusuk hidung saat aku terbangun dipagi hari….
Saat aku membuka jendela, kutemukan dirimu sedang duduk santai diteras…
Ditemani secangkir kopi panas dan Koran pagi….
Rutinitas yang selalu kamu jalani setiap pagi sebelum berangkat kerja…
Namun kali ini berbeda…
Pagi ini saat aku terbangun aku berada jauh darimu…
Tak ada dirimu di teras sambil minum kopi dan membaca berita di Koran…
Tak ada kultum pagi darimu saat aku terlambat bangun yang biasanya kusambut dengan dumelan kesal….
Tak ada terdengar suaramu pagi ini….
Hanya ada aku sendirian yang menatap pagi yang kian beranjak…
Tiba-tiba saja aku rindu padamu ayah….
Aku rindu semua tentang dirimu yang sering tanpa sadar kulupakan
Maafkan putrimu yang bandel ini ayah….
Maaf juga karna putrimu ini malu mengatakan “Aku rindu ayah” atau “Aku cinta ayah”
Ya Allah, berikan kesehatan pada ayahku, aku masih ingin mendengar suaranya esok pagi…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H