ANTARA
1.Mainstream a.Penonton adalah patokan utama pada saat kita memilih untuk memproduksi sebuah film. Penonton di dunia ini terdiri dari mayoritas ABG perempuan yang mempunyai trend yang berkembang setiap saat. Idiom2 yang sudah pakem dan telah tertancap di pikiran dan perasaan penonton akan sangat sulit dirubah, misal:ungkapan sayang dilakukan dengan membelai, mencium dan sebagainya. Tidak mungkin kita akan mengubah ekspresi sayang dengan tamparan atau makian.Ini yang pertama harus dipahami. Dan penonton film bioskop di Indonesia tidaklah banyak, hanya sekitar 1,5 sampai 2 juta. Berarti kita mending muter film kita di televisi? Karena pasti ditonton orang yang lebih banyak? Ternyata tidak, televisi adalah sebuah media yang hanya akan memperkenalkan kita dengan masyarakat. Untuk sebuah bisnis yang berhasil, film bioskop menjanjikan banyak hal lebih dibanding televisi. b.Investor film bukan masjid atau gereja. Ini adalah sebuah pernyataan yang menarik. Setiap kali kita berhadapan dengan investor, pastilah hal yang pertama kali ditanyakan adalah tentang waktu pengembalian modal, berapa keuntungan yang bisa dihasilkan? Tidak mungkin investor akan melepas koceknya secara cuma2 seperti yang dilakukan masjid dan gereja ketika memberikan sumbangan kepada orang2 yang membutuhkan. c.Kompromi dengan diri sendiri Hal ini biasanya paling sulit dilakukan, apalagi oleh teman2 yang pernah bergerak di jalur underground/independen. Memandang script/skenario dari kacamata penonton dan bukan dari pembuat tidaklah mudah. Mengikuti trend dan keinginan penontonpun demikian halnya. 2.Under ground/independen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H