Mohon tunggu...
achmad rizki
achmad rizki Mohon Tunggu... Bankir - Hola aku warga Bumi yang bisa berbahasa Indonesia walau cuma dapet C pas Kuliah

aku mau ada peninggalan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Malapetaka dari "Celebrity Endorsement"

31 Januari 2018   10:13 Diperbarui: 3 Februari 2018   11:43 3613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini ada lagi permasalahan antara Brand Ambasador dengan si pemilik Brand. Ya Nikita Willy sebagai brand ambasador dan klinik perawatan kecantikan sebagai pemilik Brand. Disini gw bukan mau bahas tentang mereka tapi lebih bicara ke arah brand management seputar celebrity endorsement. Karena celebrity endorsement merupakan salah satu strategi atau upaya untuk dapat meningkatkan "value" dari sebuah Brand.

Motivasi utama pemilik brand meng-endorse selebriti atau menjadikan selebriti terkenal menjadi brand ambasador ialah agar brand tersebut menjadi lebih dikenal. Meningkatkan awareness pada sebuah brand dengan menggunakan populeritas sang selebriti. Jadi dengan mengendorse, selebriti pun akan mendongkrak/mengungkit populeritas si Brand tsb. Lalu, membuat Brand dan calon pelanggan menjadi lebih "connected", memiliki hubungan emosional karena si Brand Ambasador memiliki pengaruh besar kepada para fansnya, followernya, dan publik (masyarakat luas).

Tapi.... Tapi...

Celebrity endorsement tidaklah selalu berjalan mulus dan berdampak baik bagi si pemilik Brand. Bahkan dapat menjadikannya sebuah Malapetaka. Terdapat potensi-potensi masalah yang akan timbul saat mengendorse selebriti terkenal. Pada beberapa kasus bukan hanya pada pemilik brand yang terkena dampak negatif namun juga pada brand ambasadornya itu sendiri.

Contohnya:

Pertama, yang baru2 ini aja. Nikita Willy yang mengunggah foto klinik perawatan kecantikan lain selain brand di tempat ia menjadi brand ambasador. Hal ini dapat menyebabkan si pelanggan (konsumen) berpindah tempat (swicthing) dari yang awalnya di MD klinik pindah ke klinik yang lainnya (klinik yang diunggah oleh Nikita Willy di medsosnya).

entertainment.kompas.com
entertainment.kompas.com
kasus sebelumnya ada pula permasalahan selebriti sang brand ambasador yang menyatakan tidak menyukai berbelanja online karena lebih berisiko dan lebih rawan tertipu, padahal ia adalah seorang brand ambasador dari sebuah toko online. Hal itu pun mulai diperbincangkan oleh publik. Dan  beberapa waktu kemudian ia mengklarifikasi bahwa ia ga berani belanja online kalau bukan di Tokopedia (tempat ia menjadi brand ambasdor). Dalam klarifikasinya tersebut yang menjadi sorotan para nitizen ialah ia men-tweet di facebook (masa di fb?) eh  maksudnya ia men-tweet di twiteer menggunakan ponsel i-phone. Sedangkan ia adalah Brand Ambasador dari ponsel dengan brand bkn i-phone (ada yg tau dia brand ambasador apa? komen dibawah ya...). Nah loh kok sang brand ambasador lebih memilih brand lain??? kan ini sangat sensitif bukan. Kredibilitasnya sebagai brand ambasador pun mulai dipertanyakan.

Kemudian adapula kejadian yang merugikan perusahaan jamu karna kicauan brand ambasadornya yang seorang komika jg di media sosial. Kicauannya membuat banyak nitizen marah. Hingga berbuntut ajakan pemboikotan brand yang ia bintangi. Padahal kicauan atau tweet dia tidak berhubungan langsung dengan brand yang ia bintangi. tapi ya karna ia brand ambasador di produk tersebut mangkanya nitizen yang marah mengaitkan sang komika tersebut dengan produk yang ia bintangi. Dan akhirnya pemilik brand pun mengklarifikasi bahwa perkataan komika tersebut merupakan tanggung jawab komika itu sendiri tidak ada hubungannya dengan brand. Hal itu pun membuat sang komika tidak lagi menjadi brand ambasador di perusahaan tersebut. (yang tau boleh komen ya di bawah)

Kalau dilihat dari contoh-contoh diatas sih lebih terlihat dari pihak brand ambasador/selebritinya yang kurang mampu, kurang cakap dalam mengelola citra mereka sebagai brand ambasador dari sebuah brand, yang membuat kejadian tersebut terjadi yang merugikan pihak brand atau pemilik brand.  Selain itu  dapat menyebabkan image si artis pun berdampak negatif.

Ya karna sang selebriti masih terkait dengan brand tertentu. Ya sebaiknya mereka pun dapat mengelola image mereka --citra mereka- sebaik mungkin karena hal-hal yang berhubungan dengan sang brand ambasador(seleb) pun akan mempengaruhi brand dari produk tersebut walaupun secara tidak langsung. Selain itu pun pihak brand di upayakan dapat mem "briefing" -memberi arahan sebaik mungkin, namun ya kadang hal itu pun tetap terjadi. Peran manajemen sang artis pun sangat dibutuhkan untuk membuat citra si selebriti ini tetap dapat diterima oleh publik.

Nah ada juga nih kasus yang lebih merugikan image dari sang artis. Ya klo kasus yg ini sih kyanya menurut saya selebnya aj yang lagi sial. Kasus travel umroh dan haji, ada yang tau?         Ya Princess Syahrini yang sesuatu badai membahana itu. Nama Incesss Syahrini itu pun terseret-seret pada kasus travel umroh first travel tersebut saat ia diduga mendapatkan endorse dari travel itu dan mempostinnya di media sosial nya yang Cetaarrr membahanaa..... ya mungkin sebagai pengalaman kedepannya bkn hanya untuk Incess Syahrini namun semuanya yang akan menerima endorse an berhati-hati yaa... di lihat dulu bisnis si brandnya. Negatif positifnya si brand. Dipelajari dulu ttg bisnisnya si brand. seluk beluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun