Mohon tunggu...
Rizki Ardi
Rizki Ardi Mohon Tunggu... Penulis - Manajer Koperasi (open to work)

Seorang yang belajar menjadi hamba Allah.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memaknai Kembali "Bersama Kesulitan Ada Kemudahan"

17 Juli 2022   11:08 Diperbarui: 17 Juli 2022   11:12 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat ini :
Inna ma'al usri yusro, wa inna ma'al usri yusro

Sudah familiar bagi saya sejak SD serta mulai jadi ayat motivasi ketika beranjak dewasa dan mulai menghadapi kesulitan hidup. Pada awalnya saya memahaminya sebagai "setelah kesulitan ada kemudahan". Setelah jatuh ada bangun, setelah gagal akan ada sukses, setelah belajar mati-matian akan ada wisuda, setelah menganggur akan diterima kerja. Tidak salah, dan memang ayat tersebut berbunyi dalam kehidupan saya. Berulang kali saya mengalami kesulitan hidup dan berulang kali juga kemudahan itu datang setelahnya. Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.

Namun ada yang mengusik saya manakala episode hidup sudah semakin banyak, pun cobaan hidup semakin berat. Kesulitan datang dengan skala yang lebih besar dan durasi yang lebih lama. Sementara kemudahan yang ditunggu setelahnya tak kunjung menampakkan wajahnya. Sebaliknya setelah kesulitan malah datang kesulitan lainnya. Setelah berpisah dengan istri, kemudian berpisah dengan anak, kemudian dipecat, timbul hutang, konflik dengan saudara,  dan seterusnya. Dalam hati sempat bertanya "Mana kemudahan setelah kesulitannya ya Allah? Yang saya hadapi sekarang justru kesulitan setelah kesulitan". Sempat terkungkung lama disana dalam gelombang protes terhadap keputusan Allah, astagfirullah.

Ternyata Allah itu Maha Penyayang terhadap hamba-hambanya. Ia ingin hambanya bertumbuh, pemahamannya, kebijaksanaannya, ruhaninya. Karenanya Ia memberi saya kesulitan-kesulitan ini. Ternyata Allah mau saya menggali kembali makna dari ayatNya. Makna yang saya pahami sebelumnya tidaklah salah "Bahwa setelah kesulitan ada kemudahan" dan saya mengalami sendiri kebenaran ayat tersebut sesuai pemahaman tersebut. Tapi karena Allah Maha Baik, Ia tak ingin saya berhenti pada makna itu saja. Ia memberi saya ruang praktikum untuk memahami makna selanjutnya dari ayat Inna ma'al usri yusro, wa inna ma'al usri yusro, bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.

Coba visualisasikan kesulitan dan kemudahan sebagai dua orang sahabat yang selalu berdampingan. Berdua mereka mendatangi dan membersamai Anda disuatu waktu. Namun seringkali mata kita hanya melihat satu sosok saja yang bernama Kesulitan. Seolah kemudahan tidak hadir disitu, sehingga Anda masih menanti-nanti kehadirannya. Padahal dua sosok ini, Kesulitan dan Kemudahan hadir bersamaan, sesuai janji Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 5 "Bersama kesulitan ada kemudahan". Dan Allah tahu manusia pasti banyak yang kurang paham atau tidak percaya, karenanya Ia ulang dan yakinkan lagi di ayat berikutnya "Bahwa sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan".

Lantas mengapa kebanyakan kita, saya, Anda, dan banyak orang tak bisa melihat itu? Memang mereka datang secara bersamaan, namun sosok Kesulitan ini seperti berbentuk manusia besar atau bahkan raksasa, tergantung sebesar apa masalah yang Anda hadapi. Sedangkan kemudahan datang pula disaat yang bersamaan, tetapi tidak dalam bentuk yang besar dan eye-catching. Sosok kemudahan ini bisa jadi hadir seperti burung kecil atau kupu-kupu yang hinggap di bahu Anda. Bisa jadi ia seperti sosok anak kucing atau kelinci yang gusel-gusel manja di kaki Anda. Anda sudah begitu terpaku terhadap sosok kesulitan yang sebegitu besarnya sehingga tak memperhatikan kemudahan yang saat itu juga hinggap di bahu atau kaki Anda.

Allah tak pernah salah, Allah tak pernah ingkar janji. Hanya kita saja yang terlalu bodoh untuk memahami ayat-ayatNya, hanya kita saja yang terlalu terbutakan oleh nafsu dan ambisi pribadi. Sekali lagi, kesulitan tak pernah datang sendiri, ia selalu ditemani oleh kemudahan. Kesulitan tak perlu dipikir bagaimana bentuknya, karena ia terlihat jelas di depan mata. Entah dalam bentuk hutang, kegagalan, perpisahan, pengkhianatan, kedunguan, kesulitan ekonomi, dan sebagainya. Sementara kemudahan, Anda harus lebih jeli untuk melihat dan merasakan kehadirannya. Perhatikan sekeliling Anda, terutama yang paling dekat. Jika dimetaforakan, kesulitan mungkin berada satu, sepuluh, atau bahkan seratus meter di depan Anda. Namun kemudahan, ia seringkali justru tak berjarak, hinggap di pundak dan kaki Anda. Kesulitan seringkali adalah faktor eksternal diluar Anda, sementara kemudahan hampir selalu faktor internal yang ada dalam diri Anda.

Kesulitan itu berupa utang, misalnya. Di benak Anda kemudahan adalah kemampuan untuk melunasi utang tersebut. Tanpa Anda sadari, kemudahan sebenarnya berupa bisa berangkat sholat ke masjid, yang biasanya Anda sholat di rumah.
Kesulitan bisa berupa perpisahan, yang di benak Anda kemudahannya berbentuk suatu pertemuan yang indah. Tanpa disadari, kemudahan itu sudah ada tatkala Anda mudah meneteskan air mata di sholat malam, memohon-mohon kepada Allah.
Kesulitan itu bisa jadi berupa kesulitan ekonomi, dipecat atau punya penghasilan pas-pasan bahkan kurang. Kemudahan yang ada di pikiran Anda adalah mendapat pekerjaan dan penghasilan yang cukup. Padahal kemudahan itu sudah ada sedari awal berbentuk kesempatan untuk belajar sabar.


Sekarang saya tanya kepada Anda. Berapa harga sholat di masjid? Berapa harga air mata yang jatuh di sajadah di sepertiga malam terakhir? Berapa harga dari kesabaran? Priceless, tak terhingga, hanya Allah dan cuma Allah saja yang bisa menggantinya.
Lalu berapa nilai rupiah utang Anda? Berapa hari jumlah perpisahan yang berlalu? Berapa kekurangan penghasilan Anda? Masih bisa dihitung kan?
Di titik ini jujur saya merasa malu. Karena pernah merasa kemudahan tak kunjung datang sementara kesulitan sudah berlangsung sekian lama. Karena pernah merasa kemudahan yang dirasakan tak seberapa dibanding kesulitan yang dihadapi. Karena pernah merasa Allah tidak adil. Astagfirullah. Laa Ilaaha Illa Anta Subhaanaka Inni Kuntum minadzoolimiin.

Laa Ilaaha Illa Anta. Tiada Tuhan selain Engkau. Hanya Engkau yang Maha Memberi Kemudahan. Hanya Engkau yang sanggup membuka jalan keluar. Hanya ditanganMu lah ya Rabb takdir manusia berada.
Subhaanaka . Maha Suci Engkau. Dzat yang tak pernah salah dalam melakukan perhitungan, dalam membuat keputusan. Dzat yang tak pernah keliru barang sedikit pun. Dzat yang menyusun skenario kehidupan dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya.
Inni Kuntum minadzoolimiin. Hanya saja saya yang terlampau bodoh dan tidak mengerti. Saya yang berbuat banyak khilaf dan dosa. Saya yang keliru dan salah dalam mengambil keputusan.


Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun