Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Era Jokowi: Realita atau Sekadar Cerita?
Ngomongin soal korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), topik ini kayaknya nggak pernah basi buat dibahas, apalagi kalau kita tarik ke era pemerintahan Presiden Jokowi. Banyak yang bilang kalau Jokowi punya niat buat memberantas KKN sampai ke akar-akarnya. Tapi ya, kenyataan di lapangan sering banget nggak sesuai sama harapan. Jadi, yuk kita kupas tuntas gimana sih sebenarnya KKN di zaman Jokowi ini---apa bener udah jauh berkurang atau malah masih sama aja kayak dulu?
Jokowi dan Komitmen Anti-KKN
Sejak awal kepemimpinannya di tahun 2014, Jokowi udah tegas ngomong kalau dia pengen Indonesia bersih dari korupsi. Salah satu langkah konkretnya adalah memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam pidato-pidatonya, Jokowi sering banget menekankan pentingnya integritas dan transparansi, terutama di sektor pemerintahan. Tapi, ngomong doang kan gampang. Pertanyaannya, apa bener praktik KKN udah berkurang?
Jokowi juga sempat bikin gebrakan dengan menghapus beberapa izin yang ribet di pemerintahan. Tujuannya jelas, biar birokrasi jadi lebih simpel dan nggak ada celah buat pejabat main mata. Tapi, di sisi lain, kasus-kasus korupsi besar tetap aja muncul. Jadi, kayaknya langkah ini masih belum cukup nendang buat melenyapkan KKN.
---
Korupsi: Makin Canggih atau Masih Klasik?
Kalo ngomongin korupsi, era Jokowi nggak bisa dibilang bersih-bersih amat. Masih banyak pejabat yang ketangkep KPK gara-gara main suap, mark-up proyek, atau ngegelapin anggaran. Beberapa kasus besar yang bikin heboh di era Jokowi antara lain kasus korupsi e-KTP yang nyeret banyak nama pejabat besar, termasuk anggota DPR.
Yang bikin sedih, korupsi sekarang tuh kayak makin "modern." Kalau dulu korupsi kesannya kayak cuma soal amplop cokelat, sekarang bentuknya lebih canggih, kayak manipulasi proyek digital atau "jualan" data. Teknologi yang harusnya bikin pemerintahan lebih transparan, malah jadi alat baru buat korupsi.
Lucunya, meskipun KPK masih aktif ngerazia pejabat-pejabat nakal, ada yang bilang kalau lembaga ini sekarang nggak setajam dulu. Perubahan undang-undang KPK yang terjadi di 2019 bikin masyarakat jadi mikir, "Eh, ini KPK beneran diperkuat atau malah dilemahkan?"
---
Kolusi: Bisnis dalam Selimut
Kolusi alias kerja sama "gelap" antara pejabat dan pengusaha juga masih jadi PR besar di era Jokowi. Sering banget kita dengar proyek-proyek pemerintah yang akhirnya jatuh ke tangan perusahaan tertentu, yang kebetulan punya kedekatan dengan pejabat. Misalnya aja, proyek infrastruktur besar-besaran yang jadi program unggulan Jokowi.
Nggak sedikit yang mengkritik kalau beberapa proyek ini kurang transparan. Ada yang bilang, lelang proyek kadang cuma formalitas, karena pemenangnya udah diatur dari awal. Hal ini bikin publik jadi skeptis, meskipun infrastruktur emang kelihatan banget hasilnya.
---
Nepotisme: Warisan Lama yang Sulit Hilang
Kalau bicara nepotisme, ini salah satu isu sensitif yang sering banget dihubungkan sama Jokowi. Apalagi, anak-anak dan menantunya sekarang udah masuk ke dunia politik. Gibran Rakabuming Raka jadi Wali Kota Solo, sementara Bobby Nasution jadi Wali Kota Medan.
Banyak yang bilang kalau ini bentuk nepotisme gaya baru. Jokowi emang berkali-kali ngeklaim kalau anak-anaknya maju lewat jalur fair alias bersih. Tapi, publik tetep aja skeptis. Soalnya, di Indonesia, politik itu ibaratnya kayak keluarga besar. Siapa kenal siapa itu sering lebih penting daripada skill atau kapabilitas.
Meski begitu, ada juga yang membela Jokowi dengan argumen kalau anak-anaknya emang punya potensi dan layak buat menduduki posisi mereka sekarang. Tapi ya, tetap aja, image nepotisme susah banget buat dihilangin.
Apa yang Udah Dilakuin Jokowi?
Di sisi lain, Jokowi juga nggak diem aja. Beberapa langkah konkret buat ngurangi KKN di antaranya adalah:
1. Reformasi Birokrasi:
Pemerintah ngelakuin digitalisasi di berbagai sektor buat ngurangi interaksi langsung antara pejabat dan masyarakat. Misalnya, sistem perizinan online (OSS) yang katanya bikin proses perizinan jadi lebih transparan. Tapi ya, tetap aja ada celah kalau mental pejabatnya masih sama aja.
2. Penguatan Sistem Hukum:
Jokowi juga sering bilang kalau dia mendukung KPK sepenuhnya. Tapi, banyak yang ngerasa ini cuma jadi wacana. Soalnya, revisi UU KPK di 2019 malah bikin lembaga ini kehilangan banyak "taringnya."
3. Pengawasan Anggaran:
Pemerintah memperkuat sistem pengawasan anggaran lewat aplikasi seperti e-budgeting dan e-planning. Tapi ya, lagi-lagi, sistem ini nggak akan ngaruh kalau yang make masih doyan nyari celah buat "main cantik."
---
Apa Kata Masyarakat?
Masyarakat sendiri punya pandangan yang beragam soal KKN di era Jokowi. Ada yang bilang kalau sekarang udah mendingan dibanding zaman dulu, tapi nggak sedikit juga yang ngerasa kalau nggak ada bedanya. Beberapa survei menunjukkan kalau tingkat kepercayaan publik terhadap KPK mulai menurun setelah revisi UU KPK.
Di media sosial, banyak netizen yang sering banget ngomongin kasus-kasus korupsi terbaru. Mulai dari yang bikin meme, sampai yang serius ngekritik. Hal ini nunjukin kalau masyarakat sebenarnya sadar banget sama isu ini, cuma kadang ngerasa nggak berdaya buat ngubah keadaan.
---
Harapan ke Depan
Kalau ngomongin harapan, masyarakat jelas pengen Indonesia bebas dari KKN. Tapi, hal ini nggak akan tercapai kalau cuma ngandelin presiden atau KPK aja. Semua pihak, termasuk masyarakat, harus ikut ambil peran. Misalnya, dengan berani ngelaporin kasus korupsi atau nepotisme yang terjadi di sekitar.
Jokowi sendiri masih punya waktu buat ninggalin legacy sebagai pemimpin yang bener-bener serius memberantas KKN. Tapi ya, waktu terus berjalan, dan kalau nggak ada langkah konkret yang lebih tegas, harapan ini bisa jadi cuma mimpi.
---
Kesimpulan
KKN di era Jokowi itu ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, ada upaya buat ngurangin, tapi di sisi lain, praktik-praktiknya masih marak terjadi. Yang jelas, memberantas KKN itu bukan pekerjaan gampang. Butuh niat, keberanian, dan sistem yang kuat biar semuanya bisa berubah.
Jadi, menurut lo sendiri, KKN di zaman Jokowi ini udah bener-bener berkurang atau masih jalan di tempat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H